61 research outputs found

    Analisis Kelayakan Ekonomis Cloud Computing Pada Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia Dengan Metode Ranti's Generic Is/it Business Value Dan Economic Value Added: Studi Kasus Pada Bank Perkreditan Rakyat Di Jakarta

    Full text link
    Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai salah satu pemain terbesar dalam bisnis keuangan mikro di Indonesia telah meningkatkan penggunaan Sistem Informasi/Teknologi Informasi (SI/TI) untuk mendukung bisnis mereka. Namun, hanya sedikit dari mereka yang menyadari isu-isu seputar investasi TI. Ada kekhawatiran tentang tidak tersedianya sumber daya yang cukup untuk membeli, memelihara, dan mengamankan SI/TI mereka sendiri. Di sisi lain, investasi yang besar diperlukan dan akhirnya menjadi momok bagi BPR yang paling menerapkan SI/TI untuk mendukung pengembangan bisnis mereka. Penelitian ini menganalisis nilai ekonomi dari penerapan komputasi awan di BPR. Analisis dilakukan, pertama dengan mengidentifikasi dan mengukur relevansi manfaat SI/TI menggunakan Ranti's IS/IT Generic Business Values dan kedua dengan menempatkan nilai-nilai yang diukur atau manfaat pada metode Economic Value Added (EVA), untuk melakukan analisis keuangan. Komputasi awan mampu memberikan solusi bagi masalah yang dihadapi oleh BPR seperti dapat dilihat dari nilai EVA positif. Oleh karena itu, komputasi awan merupakan pendekatan yang berharga bagi BPR untuk bergerak maju. Resiko investasi SI/TI dapat ditransfer ke penyedia komputasi awan, dengan kata lain, tidak ada waktu untuk berpikir tentang teknologi USAng sebelum Return of Investment (ROI) tercapai. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) as one of the biggest players in Indonesia's microfinance business has increased their use of Information Systems/Information Technology (IS/IT) to support their business. However, only few of them are aware of issues around IT investment. There are concerns about the unavailability of sufficient resource to purchase, maintain, and secure their own IS/IT. On the other hand, a large investment is needed and it eventually becomes the scourge for most rural banks to apply IS/IT to support their business development. This research analyzes the economic value of implementing cloud computing in BPR. Analysis is done, firstly by identifying and quantifying the relevant IS/IT benefits using Ranti's IS/IT Generic Business Values and, secondly by putting the quantified values or benefits into Economic Value Added (EVA) method to do the financial analysis. Cloud computing is able to provide solutions for problems faced by BPR as can be seen from the positive EVA value. Hence, the cloud computing is a valuable approach for BPR to move forward. IS/IT investment risk can be transferred to cloud computing providers, in other words, there is no time to think about outdated technology before Return of Investment (ROI) is achieved

    Studi Pembuatan Teh Daun Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L) sebagai Minuman Penyegar

    Full text link
    Pada budidaya tanaman kakao perlu dilakukan pemangkasan daun pada setiap waktu tertentu. Daun hasil pangkasan belum dimanfaatkan secara optimal, padahal daun kakao mengandung polifenol dan mempunyai aktivitas antioksidan setara dan serupa dengan teh hijau, bahkan lebih besar dari pada teh hijau. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemungkinan pemanfaatan daun tanaman kakao hasil pangkasan sebagai teh untuk minuman penyegar yang dipersiapkan seperti pada pengolahan teh hijau. Daun kakao muda yaitu pucuk ditambah 3 daun dibawahnya (1-4) dan daun tua yaitu daun nomer 5 dan 3 daun dibawahnya dilayukan pada suhu 90-100 C RH <70% selama 5, 10 dan 15 menit. Daun layu kemudian digiling/digulung pada suhu ruang, dikeringkan pada suhu 90-100 oC selama 4 jam hingga dihasilkan daun kakao kering berkadar air 3-5%. Dilakukan pengamatan dan analisis meliputi kadar air, warna, kadar total polifenol, aktivitas antioksidan dan uji sensoris pada air rebusan teh daun kakao sebagai minuman penyegar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minuman penyegar hasil rebusan teh daun kakao dapat diterima oleh panelis, dan yang paling disukai adalah air rebusan teh yang dibuat dari daun kakao muda dilayukan 10 menit. Air rebusan tersebut warnanya sangat coklat, sedikit berbau daun, agak pahit dan sedikit sepat. Bubuk teh daun kakao mengandung total polifenol antara 0,42-0,74 mg/100 g, mempunyai aktivitas antioksidan antara 20,31 ā€“ 36,86%

    Potensi Senyawa Bioaktif Mesocarp Buah Lontar (Borassus Fl Abeliffer L.) sebagai Sumber Antioksidan Alami

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk karakterisasi senyawa bioaktif dalam mesocarp buah lontar berdasarkan sifat ļ¬sik dan kimia, mengetahui jenis pelarut terbaik untuk mengekstrak senyawa bioaktif dengan metode maserasi, serta mengevaluasi sifat antioksidan senyawa bioaktif mesocarp dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Dasar pemisahan karotenoid dengan metoda KLT (kromatograļ¬ lapis tipis) pada ekstrak lalu dikuatkan dengan hasil scanning menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mesocarp buah lontar mengandung kadar air 77,31%; total lemak 0,11%, kadar abu 1,43%; tanin 0,08%; total karotenoid 8324,6 Āµg/100g dengan kandungan senyawa karoten 6217,48 Āµg/100g. Perlakuan pelarut terbaik untuk proses ekstraksi senyawa bioaktif adalah etanol dan aseton dengan rasio (1:1). Hasil rendemen tertinggi yaitu 4,3% dan potensi senyawa bioaktif dalam ekstrak mesocarp buah lontar sebagai antioksidan dengan metode DPPH yaitu sekitar 87%, sehingga berpotensi sebagai salah satu senyawa antioksidan. Identiļ¬ kasi dengan metode KLT yang menghasilkan 2 noda yaitu noda 1 diduga karotenoid dari golongan xantoļ¬ l dan noda 2 yatu karoten

    Asap Cair Kayu Sengon sebagai Chelating Agents Logam Timbal (Pb) pada Model Menggunakan Biji Kedelai (Glycine Max)

    Get PDF
    Soybean (Glycine max) is one of the plants that strongly accumulate heavy metals. Therefore, soybeans need to be given a pre-treatment so that no accumulation of heavy metals in the human body. The aim of this study was to determine the influence of Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen wood liquid smoke concentration to the reduction of Pb metal in soybean seeds and determine the influence of liquid smoke compounds to the reduction of Pb metal in soybean seeds. The study used a completely randomized design with three replications. Factor to be examined was the effect of liquid smoke concentration to the reduction of Pb metal in soybean seeds with variations 0; 12.5; 25; 50 and 100 % by 25 ml. Parameters measured were Pb metal reduction, the changes of acid, phenol, carbonyl and pH liquid smoke after chelation and Pb metal reduction because of liquid smoke compounds. Model of Pb metal was made from soybean seeds that have been contaminated by Pb (NO3) 2 with the 2 ppm concentration. The results showed that the greater the concentration of liquid smoke, the greater the reduction of Pb metal. The liquid smoke with the 100% concentration gives the highest reduction of Pb metal in soybean seeds 59.12%. Carbonyl compounds of liquid smoke give the highest reduction of Pb metal in soybeans seeds 46.42 %, followed by acetic acid 43.97 % and phenol 41.55 %

    Distribusi Plumbum, Cadmium pada Biji Kedelai, dan Deprotonasi Gugus Fungsional Karboksil Asam Sitrat dalam Khelasi

    Full text link
    Telah dilakukan penelitian tentang distribusi plumbum, cadmium pada biji kedelai dan deprotonasi gugus fungsional karboksil asam sitrat dalam proses khelasi. Penelitian ini merupakan tahapan deprotonasi gugus fungsional karboksil asam sitrat, yaitu tinjauan secara kimiawi keaktifan (jumlah proton) gugus fungsional asam sitrat akibat Perubahan pH lingkungan khelasi. Faktor penelitian meliputi ratio asam sitrat terhadap air yang terdiri dari tiga taraf 0,1:1, 0,2:1 dan 0,3:1 dengan pH lingkungan khelasi yang terdiri dari tiga taraf 5; 7,5 dan 10. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, akumulasi plumbum (Pb) pada jaringan kulit biji kedelai rerata 0,37 Ā± 0,03 ppm, sedangkan Pb pada jaringan kotiledon rerata 0,39 Ā± 0,07 ppm. Akumulasi cadmium (Cd) pada jaringan kulit biji kedelai rerata 0,02 Ā± 0,004 ppm sedangkan Cd pada jaringan kotiledon rerata 0,02 Ā± 0,004 ppm. Deprotonasi gugus fungsional chelating agent asam sitrat tertinggi 9,43 cmol + kg ā€“1 dicapai pada kondisi khelasi dengan ratio asam sitrat terhadap air 0,3:1 pada lingkungan khelasi pH 10 (A). Keadaan tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan ratio asam sitrat 0,2:1 dan 0,1:1 pada lingkungan khelasi pH 10

    Khelasi Plumbum (Pb) Dan Cadmium (Cd) Menggunakan Asam Sitrat Pada Biji Kedela

    Full text link
    A study on the chelation of plumbum and cadmium by citric acid in soybean seeds, it was aimed to identify the effect of chelation treatment (chelating ratio, time contact and seeds condition) on plumbum reduction and cadmium in soybean seeds. A factors of research covering 1st) chelating ratio (citric acid/ā€Cā€) consisting of three (1, 2 and 3 grams of citric acid); 2nd) the time contact (ā€œDā€) consisting of three (90, 120 and 180 minutes) and the 3rd factors is condition of the seeds (ā€œEā€) consisting of three standard (whole qualify e.i. passing sieve of 0.3 inch and restrained at 0.2 inch), ruptured e.i. restrained for sieve at 10 mesh, and flour qualify for pass for sieves 50 mesh. The result showed that the combination of three factors were able to reduce Cd maximaly (non detected/detect limit 0.01 ppm). Reduction Pb maximaly (non detected /detect limit 0.09 ppm) occured in treatment C1D1E1, C1D1E2, C1D2E1, C1D2E2, C1D2E2, C2D1E1, C2D1E2, C2D2E1, C2D3E1, C2D3E2, C3D1E1 and C3D2E1. A combination of citric acid chelation (C) with the time contact (D) showing significant difference and both showed interactions, the reduction of the highest was C1D1 treatment. A combination of citric acid chelation (C) with the condition of the nut (E) showed significant difference and both no interaction, the reduction of the highest was C2E1 treatment. The combination between the time of contact (D) with the condition of the seed (E) showed significant difference and both no interaction, the reduction of the highest were D1E1 and D2E1 treatments

    Profil Aroma Asap Cair Tempurung Kelapa Hasil Distilasi Fraksinasi Bertingkat pada Berbagai Perlakuan Suhu

    Get PDF
    Telah dilakukan distilasi asap cair secara bertingkat pada suhu 90; 100; 110; 120; 130 dan 140 Ā°C, yang bertujuanmengkaji penurunan intensitas aroma asap cair tempurung kelapa melalui distilasi fraksinasi bertingkat. Dari hasil penelitian diperoleh total rendemen sebesar 90,52 % dengan hasil tertinggi pada suhu distilasi berkisar 100-130 Ā°C yakni88,88 %. Hasil pengujian sensoris menunjukkan bahwa asap cair fraksi ll yang didistilasi pada suhu 120 Ā°C memperoleh persentase penerimaan tertinggi oleh panelis yakni 65%. Komponen volatil utama sebagai kontributor aroma asap cair dikelompokkan ke dalam empat golongan yaitu: (1) Kelompok alkohol, asam dan ester, (2) Kelompok karbonil, (3) Fenol dan turunannya serta (4) Guaiakol dan turunannya. Seluruh fraksi asap cair yang diujikan mengandung kelompok senyawa tersebut dengan intensitas yang bervariasi
    • ā€¦
    corecore