8 research outputs found

    Tes Pap, Tes HPV dan Servikografi sebagai Pemeriksaan Triase untuk Tes IVA Positif: Upaya Tindak Lanjut Deteksi Dini Kanker Serviks pada Fasilitas Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas beserta Analisis Sederhana Efektivitas Biayanya

    Get PDF
    Tujuan: Memperoleh informasi tentang efektivitas pemeriksaan dalam bentuk Nilai Prediksi Positif dan Analisis Efektivitas Biaya tes Pap, tes HPV, servikografi dan gabungan dari dua atau tiga pemeriksaan tersebut sebagai pemeriksaan triase untuk tes IVA positif dalam upaya mendeteksi lesi prakanker serviks. Tempat: Poliklinik Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Rancangan/rumusan data: Selama kurun waktu penelitian yaitu antara bulan Januari 2005 hingga Januari 2006 poliklinik Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta menerima 130 orang perempuan dengan hasil tes IVA positif dan 1 orang dengan dugaan kanker serviks yang dirujuk dari 8 Puskesmas dan Klinik Bersalin di Jakarta Pusat dan Jakarta Timur. Empat belas orang bidan dari Puskesmas dan Klinik selama kurun waktu tersebut telah melakukan pemeriksaan terhadap 1250 perempuan sesuai kriteria inklusi yaitu berusia antara 25 hingga 45 tahun. Terhadap seluruh kasus yang dirujuk peneliti melakukan berturut-turut pengambilan sampel tes Pap, sampel tes HPV untuk pemeriksaan dengan metode Hybrid Capture 2, pemeriksaan servikografi dan dilanjutkan dengan kolposkopi. Bila didapatkan lesi epitel putih dilakukan biopsi-histopatologi. Data hasil pemeriksaan dianalisis untuk uji diagnostik dengan komputer menggunakan program Stata 7.0. Analisis efektivitas biaya dilakukan dengan menggunakan program Treeage@. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan hasil tes IVA positif pada 130 perempuan (10,4%) dari 1250 perempuan usia 25-45 tahun yang diperiksa. Hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan hasil positif lesi prakanker pada 67 perempuan (persentasenya sekaligus menggambarkan Nilai Prediksi Positif dari pemeriksaan kolposkopi + biopsi pada kasus dengan tes IVA positif, yaitu: 51,5%). Prevalensi lesi prakanker serviks pada penelitian ini adalah 5,4% dengan prevalensi lesi derajat tinggi 0,2% yaitu sekitar 2% dari seluruh kasus IVA positif yang dirujuk. Satu kasus yang dirujuk dengan kanker serviks ternyata memang positif menderita kanker serviks stadium 3B. Seluruh kasus lesi derajat tinggi (3 kasus) adalah NIS2. Hasil Nilai Prediksi Positif yang sekaligus menggambarkan efektivitas masing-masing pemeriksaan sebagai triase pada tes tes IVA positif: tes Pap 82% (CI 95% 75%; 88%), tes HPV 58% (CI 95% 49%; 66%), servikografi 94% (CI 95% 90%; 98%), tes Pap+HPV 73% (CI 95% 64%; 79%), tes Pap+servikografi 86% (CI 95% 81%; 90%), tes HPV+servikografi 78% (CI 95% 72%; 84%), tes Pap+HPV+servikografi 77% (CI 95% 72%; 82%). Pemeriksaan triase yang lebih efektif biaya dibandingkan rujukan langsung tes IVA positif untuk kolposkopi apabila diasumsikan bahwa pasien dari dalam kota adalah servikografi, tes Pap dan gabungan tes Pap+servikografi, sedangkan bila diasumsikan pasien dari luar kota maka seluruh pemeriksaan triase yang diteliti terbukti lebih efektif biaya. Kesimpulan: Pemeriksaan triase dengan tes Pap, tes HPV dan servikografi maupun gabungannya dapat meningkatkan efektivitas pemeriksaan dan efektivitas biaya tes IVA dalam mendeteksi lesi prakanker serviks. [Maj Obstet Ginekol Indones 2007; 31-4: 201-11] Kata kunci: tes IVA, tes Pap, tes HPV, servikografi, pemeriksaan triase, analisis efektivitas biay

    Identifying Causes of Vaginal Discharge: The Role of Gynecologic Symptoms and Signs

    Get PDF
    Abstract Objective: To attain diagnostic accuracy of various gynecologic symptoms and signs in identifying causes of vaginal discharge. Method: Eighty-two subjects were included in this cross sectional study. Gynecologic symptoms and signs were inquired from each subject and further laboratory examinations were carried out to identify the etiology. Diagnostic accuracy for each symptom and sign was compared to the laboratory examination as the standard reference. Symptoms and signs with positive predictive value (PPV) of more than 50% were considered to have good diagnostic accuracy. Result: For bacterial vaginosis, excessive wetness in genital area; vulvar maceration; and thin, turbid, yellowish vaginal discharge had PPVs of 53%; 52%; and 52%, respectively. For candidal vaginitis, vulvar maceration; and white, curd-like vaginal discharge had PPVs of 58% and 100%, respectively. For trichomoniasis, thin, turbid, frothy, yellowish vaginal discharge; and strawberry-cervix appearance had PPVs of 60% and 100%, respectively. There were no symptoms or signs with PPV of more than 50% for chlamydial cervicitis. Diagnostic accuracy for clinical findings in gonorrheal cervicitis could not be calculated due to the small number of subjects. Conclusion: Various gynecologic symptoms and signs were found to be accurate in diagnosing bacterial vaginosis, candidal vaginitis, and trichomoniasis. No symptoms or signs were considered accurate to aid etiological diagnosis for chlamydial and gonorrheal cervicitis. Keywords: bacterial vaginosis, Candida sp, Chlamydia trachomatis, gynecologic symptoms and signs, Neisseria gonorrhoeae, Trichomonas vaginali

    Efektivitas Tes Pap pada Tes IVA Positif sebagai Usaha Penapisan Dua Tahap dalam Skrining Kanker Serviks

    Get PDF
    Tujuan: Mengetahui efektivitas (sensitivitas dan spesifisitas) tes pap pada tes IVA positif sebagai usaha penapisan dua tahap dalam skrining kanker serviks. Bahan dan cara kerja: Uji diagnostik dengan baku emas histopatologi. Merupakan studi deskriptif, desain penelitian potong lintang. Populasi penelitian adalah wanita seksual aktif berusia berusia 25 - 45 tahun, de-ngan kriteria eksklusi: (1) penampakan serviks mencurigai suatu kega-nasan atau memperlihatkan infeksi; (2) pada pemeriksaan tidak dapat dikenali daerah SSK; (3) dan sudah menjalani pengobatan atau tindakan pada serviks atau rahim. Dalam kurun waktu bulan Oktober 2004 hingga Maret 2005 dilakukan tes IVA di puskesmas/balkesmas oleh bidan yang telah mendapatkan pelatihan IVA. Wanita dengan tes IVA positif dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di poliklinik kolposkopi Departemen Obstetri Ginekologi FKUI-RSCM yakni tes pap dan kolposkopi, serta biopsi bila ditemukan lesi. Pengolahan dan pembacaan sediaan pap dan biopsi dilakukan di laboratorium Sitologi dan Patologi Obstetri dan Ginekologi FKUI RSCM. Hasil: Telah dilakukan pemeriksaan IVA terhadap 1156 wanita, 1 orang tidak dimasukkan ke dalam sampel penelitian karena secara makroskopik didiagnosis sebagai kanker serviks stadium IIA. Dari 1155 didapatkan IVA negatif 1057 sampel dan IVA positif 98 sampel. Angka positif palsu tes IVA yang dilakukan Bidan sebesar 50%. Sensitivitas pemeriksaan serial dua tahap IVA-Pap berdasarkan histopatologi yang dikelompokkan atas ada/tidaknya lesi intraepitel skuamosa (LIS) adalah 22,45% dan 8,16%, dan spesifisitasnya adalah 93,88% dan 100%. Sedangkan bila hasil histopatologi dikelompokkan atas ada tidaknya lesi intraepitel skuamosa derajat tinggi (LISDT) maka sensitivitasnya adalah 50% dan 25% dan spesifisitasnya adalah 87,23% dan 96,81%. Faktor-faktor risiko yang mempunyai hubungan bermakna dengan temuan lesi prakanker serviks (histopatologi LISDR/LISDT) pada penelitian ini adalah adalah usia saat hubungan seks pertama kali di bawah 20 tahun, menikah lebih dari 1 kali, pengguna kontrasepsi pil, keputihan, merokok, dan wanita PSK. Kesimpulan: Efektivitas pemeriksaan serial dua tahap IVA-Pap lebih baik daripada pemeriksaan satu tahap, dalam hal spesifisitas dan menurunnya angka positif palsu. Rendahnya sensitivitas tes pap pada kasus IVA positif perlu penelitian lebih lanjut, salah satu kemungkinan adalah karena semua lesi pada penelitian ini adalah lesi-lesi kecil (< 10% area SSK), yang mengakibatkan tingginya angka negatif palsu tes pap. Spesifisitas pemeriksaan dua tahap IVA-Pap sangat baik, sehingga bila sensitivitas pemeriksaan serial ini diperbaiki maka dapat digunakan sebagai alternatif penyaring kasus-kasus lesi prakanker yang akan dikirim/ dirujuk untuk tindak lanjut. {Maj Obstet Ginekol Indone 2006; 30-3: 164-74] Kata kunci: tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat), tes pap, histopatologi, efektivitas, sensitivitas, spesifisitas

    Exclusive Breastfeeding Intention Among Pregnant Women

    Full text link
    Exclusive breastfeeding intention is a mother's intention to provide her baby only breast milk since the infant was born until at the age of 6 months. Intention in prenatal period is the direct affirmation of exclusive breastfeeding. This study aimed to find out the most dominant factor related to exclusive breastfeeding intention among pregnant women at a mother and child hospital in South Tangerang. A cross-sectional study design was conducted primarily. The samples were 143 pregnant women on their third trimester pregnancy selected by purposive sampling. Intention was measured by the Infant Feeding Intention scalequestionnaire. Meanwhile, attitude, subjective norms, and perceived behavioral control were measured by the modified Breastfeeding Attrition Prediction Tool questionnaire. Data were analyzed using the multivariate logistic regression analysis. It was 61.5% mother had strong exclusive breastfeeding intention. Perceived behavioral control dominantly influenced the exclusive breastfeeding intention (p value = 0.007; Odds Ratio 3.030; 95% CI = 1.361-6.746). The other factors influencing intention were attitude, exposure to exclusive breastfeeding from social media, health workers' support, previous breastfeeding experienceand mothers' occupation. A mother with high perceived behavioral control has three times more likely to have ‘high exclusive breastfeeding intention' than those having the low ones

    Does Breastfeeding Intention Among Pregnant Mothers Associated with Early Initiation of Breastfeeding?

    Full text link
    Background: Early initiation of breastfeeding is defined as breastfeed started immediately after birth delivery up to one hour , and it will lead to successfull exclusive breastfeeding. Skin-to-skin contact during early initiation of breastfeeding gives positive health impact to both mother dan baby. However, national coverage of early initiation of breasfeeding in Indonesia was 34,5% in 2014 which was lower than global coverage (50%). Objective: To examine the relationship of of breastfeeding intention among pregnant mothers towards early initiation of breastfeeding in two Mother and Child Hospitals, in South Tangerang. Methods: A prospective study conducted in August-November 2016. A sample of 152 third trimester pregnant mothers were from the 2 selected hospitals, taken by purposive sampling. Early breastfeeding initiation (EBI) was measured by interview based structured questionnaire and breastfeeding intention measured by The Infant Feeding Intention scale (IFI). Results: A total of 56.6% of mothers breastfeed during 1 hour after delivery. EBI was done by 71.1% of mothers with high breastfeeding intention. It was the most dominant variable related to early breastfeeding (p = 0.000; OR=5.249;95%CI:2.321-11.870) after controlling other variables. Conclusion: Mother with high breastfeeding intention 5 times more likely to initiate breastfeeding, than those having the low ones. Early promotive, preventive and intervention can be done by measuring breastfeeding intentions during pregnancy. Further research is needed to analyze breastfeeding initiation towards exclusive breastfeeding

    Profil flora vagina dan tingkat keasaman vagina perempuan Indonesia

    No full text
    Tujuan: Mendapatkan data profil flora vagina dan tingkat keasaman vagina pada perempuan Indonesia. Tempat: Puskesmas di Kabupaten Karawang, Balai Kesehatan Batalyon 201 Cijantung, dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Bahan dan cara kerja: Penelitian ini merupakan studi deskriptif. Populasi adalah semua perempuan Indonesia berusia 15-50 tahun. Populasi terjangkau adalah semua perempuan Indonesia berusia 15-50 tahun yang datang memeriksakan diri ke beberapa Puskesmas di Kabupaten Karawang, Balai Kesehatan Batalyon 201 Cijantung dan Laboratorium Mikrobiologi FKUI pada periode Mei 2008 - Februari 2009. Dilakukan wawancara dan pengisian kuesioner untuk mendapatkan data demografik dan karakteristik medik, pemeriksaan tingkat keasaman (pH) vagina dengan tes celup (Merck@), pemeriksaan Gram untuk mencari morfotipe flora vagina, serta deteksi bakterial vaginosis (BV) menggunakan tes Whiff dan kriteria Nugent. Hasil: Jumlah subjek penelitian adalah 492 orang, rata-rata umur 30,9 tahun dengan jumlah terbanyak pada kelompok umur 26 - 40 tahun (59,1%). Kelompok menikah adalah yang terbanyak (76,4%). Sebagian besar subjek adalah ibu rumah tangga (69,1%). Sebagian besar subjek berpendidikan setingkat SMU (46,3%). Rata-rata pH vagina yang didapatkan pada penelitian ini adalah 4,8. Didapatkan subjek dengan pH ≤ 5 sebesar 65,4%, sisanya sebesar 36,6% mempunyai pH > 5. Pada tiap kelompok umur lebih banyak yang mempunyai pH ≤ 5 dibandingkan pH > 5, dan tampak jelas perbedaannya pada kelompok umur 15-19 tahun di mana 89,1% mempunyai pH ≤ 5 dan 10,9% mempunyai pH > 5 (ratarata 4,6; median 4,5). Terdapat perkecualian untuk kelompok umur 41- 45 tahun di mana subjek yang mempunyai pH ≤ 5 lebih sedikit (46,7%) dibandingkan subjek yang mempunyai pH > 5 (53,3%). Dari pemeriksaan Gram didapatkan prevalensi Lactobacillus sp sebesar 63%, Gardnerella sp. sebesar 51,4%, Coccus gram positif sebesar 48,7%, dan Candida sp. sebesar 4,6%. Terdapat perbedaan yang cukup besar pada prevalensi BV berdasarkan pemeriksaan dengan tes Whiff dan skor Nugent, masing-masing sebesar 5,7% dan 30,7%. Kesimpulan: Rata-rata pH vagina yang didapatkan pada penelitian ini pada kelompok umur < 20 (15-19) tahun, 20-40 tahun dan 41-50 tahun berturut-turut adalah 4,6; 5,3 dan 5,6 dengan rata-rata keseluruhan 4,8. Prevalensi Lactobacillus sp, Gardnerella Sp, Coccus gram positif pada penelitian ini sebesar 63%, 51,4%, 48,7%. Prevalensi kandidiasis adalah 4,7%. Prevalensi bakterial vaginosis (BV) dengan kriteria Nugent adalah 30,7%. [Maj Obstet Ginekol Indones 2009; 33-2: 124-31] Kata kunci: flora vagina, tingkat keasaman (pH) vagina, bakterial vaginosis (BV

    Biomechanically compliant gynecologic training simulator

    No full text
    Introduction Pap smear training is commonly conducted using simulators before practicing with humans. Unfortunately, existing simulators do not well simulate the biomechanical properties of pelvic tissues, and this may negatively impact the training outcome. In this study, we used finite element analysis (FEA) to identify a material that most accurately simulates pelvic tissues in terms of biomechanical properties for fabricating gynecologic training simulators. The selected material was then used to fabricate a vagina and cervix model using a hybrid technique of fused deposition modeling and molding to qualitatively confirm the structural integrity of the simulator. Methods The vagina and cervix were reconstructed in a 3-dimensional feature according to geometrical parameters reported in the literature. The biomechanical compliance of the simulators was investigated by comparing 5 materials—RTV615, Dragon Skin 10, Dragon Skin 30, Dragon Skin FX-Pro, and Ecoflex 00-30—and a pelvic tissue model (control) using 2 FEA modules. The structural mechanics module simulated the insertion and opening of a vaginal speculum, and the (1) horizontal opening of the vagina and peak von Mises stress at the anterior and (2) posterior walls of the vagina were obtained. The explicit dynamics module estimated (1) the fracture stress during punch biopsies and (2) maximum perpendicular deformation of the cervix before break. The most biomechanically compliant material was subsequently used to fabricate the simulator using the hybrid technique. Results From the FEA, the horizontal opening of the vagina, peak von Mises stress at the anterior wall of the vagina, peak von Mises stress at the posterior wall of the vagina fracture stress, and maximum perpendicular deformation of the cervix before break were obtained; the results of Dragon Skin 10 and the control were most similar. Therefore, the simulator was fabricated using the material. A qualitative evaluation of the simulator by the naked eye verified its structural integrity. Conclusions Of the materials studied, the FEA results showed that Dragon Skin 10 was the most accurate material for simulating pelvic tissues in terms of the biomechanical properties in a gynecologic training simulator. The simulator was also successfully fabricated using the hybrid technique. Further studies may also involve experimental testing to support the simulation results
    corecore