8 research outputs found

    Non-Alcoholic Fatty Liver as A Risk Factor for Breast Cancer Among Indonesian Pre-Menopausal Women: A Case-Control Study

    Full text link
    Non-alcoholic fatty liver was commonly found in breast cancer patients. However, the role of fatty liver as risk factor for breast cancer development has not been established in Indonesian population. We designed a case-control study to evaluate the effect of obesity and/or fatty liver on breast cancer occurrence in Indonesian women. Subjects were breast cancer patients between July and December 2018 in Dharmais National Cancer Centre Hospital. Control group was female hospital staff. Characteristics of subjects included age, body mass index, and presence of fatty liver by abdominal ultrasound. Independent risk factor was identified using logistic regression analysis and expressed as adjusted OR with its 95% confidence interval (CI). A total of 218 patients and 218 controls were enrolled. Both of subject and control group had equal mean of age. Among breast cancer patients, tumor was predominated by estrogen-receptor positive (69.7%) and luminal A subtype (57.8%). Mean of body mass index was significantly higher in subject group compared to control (26.8 kg/m2 vs 25.7 kg/m2 ; p=0.007). Fatty liver (49.5% vs 35.8%; p=0.004) was significantly more common in subject groups than controls. In multivariate analysis, fatty liver was confirmed as risk factor for breast cancer in subjects (ORadj: 1.56; 95%CI: 1.04–2.33; p=0.032). Obesity and fatty liver are common in breast cancer patients. Fatty liver is an independent risk factor for sporadic breast cancer. These findings warrant further studies to evaluate the mechanism of breast cancer in younger women that associated with non-alcoholic fatty liver pathogenesis. Perlemakan Hati Non-Alkoholik sebagai Faktor Risiko Kanker Payudara pada Perempuan Pre-Menopause Indonesia: Studi Kasus-KontrolPerlemakan hati non-alkoholik sering ditemukan pada pasien kanker payudara namun studi terkait peran perlemakan hati sebagai faktor risiko kanker payudara, hingga saat ini belum ada di Indonesia. Studi kasuskontrol ini dilakukan untuk mengevaluasi efek obesitas dan atau perlemakan hati terhadap kejadian kanker payudara pada perempuan Indonesian. Subjek adalah pasien kanker payudara antara bulan Juli hingga Desember 2018 di RS Pusat Kanker Nasional Dharmais. Kelompok kontrol adalah staf perempuan rumah sakit. Karakteristik subjek yang diteliti adalah usia, indeks massa tubuh, perlemakan hati yang didiagnosis dari pemeriksaan ultrasonografi abdomen. Faktor risiko independen dinilai menggunakan analisis regresi logistik dan ditampilkan sebagai adjusted OR dengan interval kepercayaan 95%. Sebanyak 218 pasien dan 218 kontrol diikutsertakan dalam studi. Kedua kelompok memiliki nilai mean usia yang sama. Pada kelompok pasien kanker payudara, jenis kanker didominasi oleh tipe estrogen-receptor positive (69,7%) dan subtype luminal A (57,8%). Mean dari indeks massa tubuh lebih tinggi bermakna dibandingkan kelompok kontrol (26,8 kg/m2 vs 25,7 kg/m2 ; p=0,007). Perlemakan hati (49,5% vs 35,8%; p=0,004) secara bermakna lebih sering ditemukan pada kelompok subjek dibandingkan kelompok kontrol. Pada analisis multivariat, perlemakan hati terbukti bermakna sebagai faktor risiko kanker payudara (ORadj: 1,56; 95%CI: 1,04–2,33; p=0,032). Disimpulkan obesitas dan perlemakan hati sering ditemukan pada pasien kanker payudara. Perlemakan hati merupakan faktor risiko independen kasus kanker payudara yang sporadik. Temuan ini dapat menjadi landasan penelitian berikutnya untuk meneliti patogenesis perlemakan hati menyebabkan kanker payudara pada perempuan usia muda. &nbsp

    Rumah Sakit Kanker Dharmais (Pusat Kanker Nasional): Melangkah Untuk Melaksanakan Program Penanggulangan Kanker Di Indonesia

    Full text link
    Ketika anak terdiagnosis menderita kanker maka orangtua akan merasakan hal ini sebagai sesuatu yang mengejutkan dan pukulan yang berat, terutama bagi sang ibu, yang telah melahirkan dan umumnya menjadi pengasuh utama anak. Melalui penelitian ini, penulis membahas secara mendalam mengenai emosi-emosi yang dirasakan oleh ibu ditinjau dari teori Colin Murray Parkes. Parkes membagi emosi ke dalam empat fase yaitu: (a) shock, numbness, and disbelief; (b) acute distress, anger, and protest; (c) depression and despair; dan (d) acceptance and resolution. Dari penelitian didapatkan bahwa fase-fase tersebut timbul secara tidak berurutan dan berbeda untuk setiap individu. Perbedaan individu dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain kepribadian subyek, dukungan sosial, kondisi fisik anak, dan prediksi yang dilakukan individu. Selain itu, reiigiusitas juga terbukti menjadi faktor penting untuk membantu ibu menerima Kenyataan yang harus dihadapi
    corecore