30 research outputs found

    Pengaruh Bagian Organ dan Persentase Ekstrak Tanaman Kayu Putih (Melaleuca leucadendra L.) terhadap Perkecambahan Benih Jagung (Zea mays) dengan Metode Bioassay

    Get PDF
    Maize production has recently declined. This is as a result of shifting the utilization of productive lands into unproductive lands. Therefore, intercropping becomes one of alternative food production. The most potential land for growing food crops is the kayu putih based production forest. This study aims to determine the effect of organ parts and the percentage of kayu putih extracts on germination of maize seeds by bioassay method and determine the level of germination level resistance to allelopathy. The study was conducted in March-May 2015 in Bangun Tapan, Bantul, Yogyakarta. The design used in this research is Completely Randomized Design (CRD) Factorial. The first factor is the parts of the plant organ (E) used as the extract, consisting of 9 levels, namely: root 1 zone extract, 2 zone root extract, bark extract, fresh leaf extract, leaf litter extract, root 1 zone extract + bark extract + extract fresh leaf + litter extract, 2 zone root extract + bark extender + fresh leaf extract + litter extract, bark extract + fresh leaf extract + litter extract, fresh leaf extract + leaf litter extract and a second factor is an extract concentration of 6 levels i.e control, 20 % extract, 40 % extract, 60 % extract, 80 % extract, 100 % extract with 10 mL size. There are 54 treatment combinations each repeated 3 times so the total research unit is 162 trays. Variable observation in this research is counting seed vigor and stress tolerance index on seed vigor. Research results indicates that there is no interaction between part treatment and percentage of kayu putih extract to germination of maize seeds, all parts of fresh organs of kayu putih plants at various concentrations are able to inhibit the growth and development of sprouts and put the maize sprouts at moderate level until susceptible in grouping stress tolerans index.Produksi tanaman jagung akhir-akhir ini terus mengalami penurunan. Hal ini sebagai akibat dari pergeseran pemanfaatan lahan-lahan produktif menjadi lahan tidak produktif. Oleh karena itu, tumpangsari menjadi salah satu alternatif produksi bahan pangan. Lahan yang paling berpotensi untuk menanam tanaman pangan adalah hutan produksi berbasis kayu putih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bagian organ dan persentase ekstrak tanaman kayu putih terhadap perkecambahan benih jagung dengan metode bioassay serta menentukan tingkat ketahanan kecambah terhadap alelopati. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2015 di Bangun Tapan, Bantul Yogyakarta. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial. Faktor pertama adalah bagian organ tanaman (E) yang digunakan sebagai ekstrak, terdiri dari 9 aras yaitu ekstrak akar zona 1, ekstrak akar zona 2, ekstrak kulit batang, ekstrak daun segar, ekstrak serasah daun, ekstrak akar zona 1 + ekstrak kulit batang + ekstrak daun segar + ekstrak serasah, ekstrak akar zona 2 + ekstrak kulit batang + ekstrak daun segar + ekstrak serasah, ekstrak kulit batang + ekstrak daun segar + ekstrak serasah, ekstrak daun segar + ekstrak serasah daun dan faktor kedua adalah konsentrasi ekstrak yang terdiri dari 6 level yaitu kontrol, ekstrak 20%, ekstrak 40%, ekstrak 60%, ekstrak 80%, ekstrak 100% dengan ukuran 10 mL. Terdapat 54 kombinasi perlakuan masing-masing diulang 3 kali sehingga total unit penelitian adalah 162 nampan. Variabel pengamatan dalam penelitian ini adalah menghitung vigor benih dan stress tolerance index pada vigor benih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan bagian organ tanaman dan persentase ekstrak kayu putih terhadap perkecambahan benih jagung, seluruh bagian organ segar tanaman kayu putih pada berbagai konsentrasi mampu menghambat pertumbuhan dan perkembangan kecambah dan menempatkan kecambah jagung pada level moderat sampai rentan dalam pengelompokan stress tolerance index

    Efek Model Tumpangsari dan Pengaturan Barisan Jagung terhadap Evaluasi Keuntungan Hasil Jagung dan Kacang Nasi Kultivar Lokal Timor dalam Tumpangsari

    Get PDF
    The decrease of agricultural products is currently one of the challenges for agricultural researchers because of the increasingly narrow farmland and highly not used land areas. The land productivity and crop production with utilize joined crops in some areas of both seasonal and long life crops as a solution. Cultivation of rice been is intercrop between maize crops. The objective of this research is to know the effect of intercropping models and the arrangement of maize cropping on the results and to evaluate the benefits of Timor cultivars and beans in intercropping system. All treatments of the plot experiment were arranged in a Factorial Randomized Completely Block Design 3×2+monoculture with three replicates Treatment, the first factor is intercropping model consisting of three levels: interspace intercropping; and Salome intercropping (Timor model); Alternative intercropping and the second factor is the arrangement of maize cropping spacing: Single row; Double row. The parameters observed were the weight of the maize seed per plot (t/ha), the weight of the rice beans per plot (t/ha), total LER, total ATER, crop aggressivity, Plant Competition Ratio. The data collected were analyzed using Factorial Randomized Block Design Anova and then continued with Duncan test at level α 0,05 using SAS 9.01 program. The results showed that there was an interaction of dry weight of maize kernels per plot, total LER, total ATER, and the ratio of maize competition. Intercropping yields ≥1, which is advantageous in the intercropping model treatment as well as on the arrangement of crop rows. Menurunnya produksi hasil pertanian saat ini menjadi salah satu tantangan bagi peneliti-peneliti pertanian karena lahan pertanian semakin sempit serta tingginya luas lahan tidur. Salah satu cara tepat meningkatkan produksi lahan dan tanaman adalah dengan memanfaatkan ruang antara tanaman baik pada tanaman semusim maupun tanaman umur panjang. Salah satu ruang yang memungkinkan untuk membudidayakan tanaman kacang nasi adalah sela antar tanaman jagung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek model tumpangsari dan pengaturan barisan tanam jagung terhadap hasil dan evaluasi keuntungan hasil jagung dan kacang nasi kultivar lokal Timor dalam sistem tumpangsari. Perlakuan dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial 3×2+kontrol dan diulang 3 kali, faktor pertama adalah model tumpang sari yang terdiri dari tiga aras yaitu tumpangsari sela; dan tumpangsari Salome (model Timor ); tumpangsari gabungan dan faktor kedua adalah pengaturan barisan tanam jagung: Single Row; Doblerow. Parameter yang diamati adalah berat biji jagung per petak (t/ha), berat biji kacang nasi per petak (t/ha), total LER, total ATER, Agresivitas tanaman, Rasio Kompetisi tanaman. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan Analisis Anova Rancangan Acak Kelompok Faktorial kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf α 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi terhadap berat kering biji jagung per petak, total LER, total ATER, dan rasio kompetisi jagung. Tumpangsari memberikan hasil ≥1, yang berarti menguntungkan pada perlakuan model tumpangsari maupun pada pengaturan barisan tanaman

    Pengaruh Jarak Tanam dan Takaran Pupuk Kandang Babi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.)

    Get PDF
    Peanut is one of the legume plants that play an important role for food needs, but it has a high economic value so much that makes peanuts in addition to food as well as industrial materials. This study aims to determine the effect of plant spacing and pig manure dosage on the growth and yield of peanut plants (Arachis hypogaea L.). This research was conducted in December 2016 - March 2017 in experimental farm of Agricultural Faculty of Timor University, using Randomized Block 3 Factor 3 × 3 repeated. The first factor is spacing with three stages: Planting spacing 40 cm × 20 cm, spacing 40cm × 30 cm, and spacing 40 cm × 40 cm; the second factor is the dosage of pig manure with three levels namely: 0 t / ha, 5 t / ha, 10 t / ha. The results showed no interaction between the treatment of pig manure dosage with the treatment of plant spacing on all parameters of observation except on the root length parameter. Provision of pig manure with a dose of 10 t / ha yielded the heaviest dry weight per hectare (1.72 t / ha.) And significantly different from the control. Planting spacing of 40 cm × 40 cm yields the number of plant pods (20.37 pods), dry seeds per heaviest plant (60.97 g), and 100 heaviest seeds (40.93 g.). Keywords: Planting Spacing, Pig Manure, Arachis hypogaea L.Kacang tanah merupakan salah satu tanaman leguminose yang sangat berperan penting bagi kebutuhan pangan, tetapi memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga banyak yang menjadikan kacang tanah selain bahan pangan juga sebagai bahan baku industri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak tanam dan takaran pupuk kandang babi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2016 - Maret 2017 di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Timor, dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial 3 × 3 diulang 3 kali. Faktor pertama adalah jarak tanam dengan tiga taraf yaitu: Jarak tanam 40 cm × 20 cm, Jarak tanam 40cm × 30 cm, dan Jarak tanam 40 cm × 40 cm; faktor kedua adalah dosis pupuk kandang babi dengan tiga taraf yaitu: 0 t/ha, 5 t/ha, 10 t/ha. Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan takaran pupuk kandang babi dengan perlakuan jarak tanam terhadap semua parameter pengamatan kecuali pada parameter panjang akar. Pemberian pupuk kandang babi dengan takaran 10 t/ha menghasilkan biji kering per hektar terberat (1,72 t/ha.) dan berbeda nyata dengan kontrol. Pengaturan jarak tanam 40 cm × 40 cm menghasilkan jumlah polong pertanaman (20,37 polong), biji kering per tanaman terberat (60,97 g), dan 100 biji terberat (40,93 g)

    Pengaruh Model Tumpangsari dan Pengaturan Jarak Tanam Kacang Nasi (Vigna angularis L.) Kultivar Lokal terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.)

    Get PDF
    Maize and bean crops are two types of plants suitable for intercropping. The objective of this research is 1) growth and yield of maize in intercropping cropping pattern; 2) the best intercropping models in improving the growth and yield of maize; and 3) good plant spacing arrangement in cropping pattern of intercropping of maize and rice beans. The experiment was conducted in experimental garden of Fakultas Pertanian, Universitas Timor from December 2016 until March 2017. All treatments of the plot experiment were arranged in a Factorial Randomized Completely Block Design (RAK) 3 × 2 + monoculture with three replicates Treatment, the first factor is intercropping models consisting of three levels: interspace intercropping; and Salome intercropping; Alternative intercropping and the second factor is the arrangement of maize cropping spacing: Single row; Double row. The results showed the interaction between intercropping model and plant spacing arrangement to observation parameter of dry seed weight per plot, dry weight of seed per hectare. Maize crops intercropped with rice beans in the treatment of intercropping model of Salome with arrangement spacing double row resulted in the highest dry weight of seeds per plot of 269.31 g and 0.89 t / ha.Tanaman jagung dan kacang nasi adalah dua jenis tanaman yang cocok diterapkan  pada pola tumpangsari.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) pertumbuhan dan hasil jagung dalam pola tanam tumpangsari; 2) model tumpangsari terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil jagung; dan 3) pengaturan jarak tanam yang baik dalam pola tanam  tumpangsari jagung dan kacang nasi. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Timor, pada bulan Desember 2016 sampai Maret 2017, menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang diulang tiga kali. Faktor pertama adalah model tumpangsari  yang terdiri dari tiga aras yaitu tumpangsari standar nasional (sistem sela), tumpangsari salome (model timor) dan gabungan. Faktor kedua adalah pengaturan Jarak tanam yang terdiri dari dua aras yaitu single row dan doble row. Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara model tumpangsari dan pengaturan jarak tanam terhadap parameter pengamatan berat kering biji per petak, berat kering biji per hektar. Tanaman jagung yang ditumpangsarikan dengan kacang nasi pada perlakuan model tumpangsari salome dengan pengaturan jarak tanam doble row menghasilkan berat kering biji per petak paling tinggi yaitu sebesar 269,31 g dan 0,89 t/ha

    Pengaruh Jenis Teh Kompos dan Mulsa Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Mungo (Vigna mungo (L.) Hepper) Var. Lokal Timor

    Get PDF
    These mungo beans come from India and have been cultivated since ancient times and are one of the most valuable beans in India and Pakistan. Mungo beans in East Nusa Tenggara, especially in South Central Timor District, subdistrict Amanatun Utara known as 'fue metan'. Along with the development era of production fue metan decreased even almost extinct because only a handful of farmers who still maintain save by continuing to cultivate this type of beans. This study aims to determine the effect of compost tea and mulch type on growth and yield of mungo been plant. The design used in this research is Factorial Randomized Block Design, 4 × 3 and repeated 3 times. The first factor is compost tea consisting of four levels namely: without compost tea, compost tea leaf kerinyu, compost tea leaves Gamal, compost tea leaves kerinyu + leaf Gamal and the second factor is the type of organic mulch consists of three levels of control, the organic mulch of grass, mulch organic from sawdust. The results showed that compost tea was able to increase the harvest index by 26-37% from control. Giving mulch on soil increases moisture level indicates better soil binding power so as to increase the weight of crop seeds. Kacang mungo ini berasal dari India dan telah dibudidaya dari zaman kuno serta merupakan salah satu kacang yang sangat berharga di India dan Pakistan. Kacang mungo di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kecamatan Amanatun Utara dikenal dengan nama ‘fue metan’. Seiring dengan perkembangan zaman hasil produksi fue metan semakin menurun bahkan hampir punah karena hanya segelintir petani yang masih menjaga, menyelamatkan dengan terus membudidayakan jenis kacang ini.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis teh kompos dan jenis mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang mungo. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial 4 × 3 dan diulang 3 kali. Faktor pertama adalah jenis teh kompos terdiri dari empat aras yaitu kontrol, teh kompos daun kerinyu, teh kompos daun gamal, teh kompos daun kerinyu + daun gamal dan faktor kedua adalah jenis mulsa organik terdiri dati tiga aras yaitu kontrol, mulsa organik dari rumput, mulsa organik dari serbuk gergaji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian teh kompos mampu meningkatkan indeks panen sebesar 26-37% dari kontrol. Pemberian mulsa pada tanah meningkatkan kadar lengas tanah mengindikasikan daya ikat air tanah lebih baik sehingga mampu meningkatkan berat biji per tanaman.&nbsp

    Karakterisasi Morfologi dan Komponen Hasil Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Asal Pulau Timor

    Get PDF
    Cayenne pepper is one of the germplasm from the island of Timor known as un makaos, un lili, un fua melu or una. Timor cayenne has a unique form that is small in size ranging from 0.5-2 cm in length and a very spicy taste. Small in size between 0.5-2 cm long and very spicy taste. The purpose of this study was to identify the morphological characters and components of the results of cayenne pepper un makaos. The research method is based on the framework of the provisions of UPOV (International Union for the Protection of New Varieties of Plants) and the standards set by IPGRI (International Plant Genetic Resources Institute). The results showed that the characterization of the morphology of cayenne in the island of Timor was identified as having plant habitus with compact branching, cylindrical stem shape, shortening of more than three segments and having green stems. The chili leaves are ovate and green with flat leaf edges and tapered leaf tips. It has a white flower crown with anther blue flowers and an upright flower position on the cayenne tree. Green fruit color before ripe and red when cooking. Has a hornshaped fruit shape (horn shaped) with a blunt fruit tip and has the form of calix enveloping (wrapping). The character of the yield component has a measured average value of 9,47-15,08 g of fruit plant, the average number of fruit plants is 0,73-0,82 g, cayenne has a fruit length of 0,73-0,82 cm and fruit has a diameter of 0,36-0,38 cm.Cabai rawit merupakan salah satu plasma nutfah asal pulau Timor dikenal dengan sebutan un makaos, un lili, un fua melu  atau un ana. Cabai rawit Timor memiliki kekhasan bentuk yakni berukuran kecil dengan panjang berkisar 0,5-2 cm dan rasa yang sangat pedas. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi karakter morfologi dan komponen hasil un makaos. Metode penelitian dilakukan berdasarkan kerangka ketentuan UPOV (International Union for The Protection of New Varieties of Plants) dan standar yang ditetapkan oleh IPGRI (International Plant Genetic Resources Institute). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakterisasi morfologi cabai rawit pulau Timor teridentifikasi memiliki habitus tanaman dengan percabangan yang kompak, bentuk batang silindris, pemendekan ruas lebih dari tiga dan memiliki batang berwarna hijau. Daun cabai berbentuk ovate (bentuk bulat telur, bagian terlebar dekat pangkal daun) dan berwarna hijau dengan tepi daun rata dan ujung daun meruncing. Mahkota bunga berwana putih dengan anter bunga berwarna biru serta kedudukan bunga tegak pada pohon cabai rawit. Warna buah hijau pada saat sebelum matang dan berwarna merah pada saat masak. Memiliki bentuk buah hornshaped (berbentuk tanduk) dengan ujung buah yang tumpul serta memiliki bentuk kaliks enveloping (membungkus). Karakter komponen hasil diantaranya bobot buah per tanaman memiliki nilai rata-rata sebesar 9,47-15,08 g, rata-rata jumlah buah per tanaman sebanyak 125,67-169,67 buah, cabai rawit memiliki panjang buah 0,73-0,82 cm dan buah memiliki diameter 0,36-0,38 cm

    Pengaruh Jenis Sulur dan Jumlah Ruas terhadap Pertumbuhan Sirih Buah Asal Desa Tunmat Kecamatan Io Kufeu Kabupaten Malaka (Piper betle, L)

    Get PDF
    Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis sulur dan jumlah ruas terhadap pertumbuhan sirih buah asal desa Tunmat, kecamatan Io Kufeu, kabupaten Malaka. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan percobaan faktorial. Faktor pertama adalah jenis sulur, yang terdiri dari sulur panjat dan sulur tanah. Faktor kedua adalah jumlah ruas yaitu 3 ruas, 5 ruas, dan 7 ruas yang diulang sebanyak 6 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terjadi interaksi antara perlakuan jenis sulur dan jumlah ruas pada parameter pengamatan jumlah tunas cabang 90 HST, dan jumlah daun 90 HST. Jenis sulur tanah yang dikombinasikan dengan jumlah ruas 7 menghasilkan jumlah tunas cabang, tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun paling tinggi. Jenis sulur panjat yang dikombinasikan dengan jumlah ruas 5 tidak terjadi interaksi namun memberikan hasil tanaman sirih buah tertinggi pada parameter luas daun, berat segar daun dan berat segar total. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis sulur dan jumlah ruas terhadap pertumbuhan sirih buah asal desa Tunmat, kecamatan Io Kufeu, kabupaten Malaka. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan percobaan faktorial. Faktor pertama adalah jenis sulur, yang terdiri dari sulur panjat dan sulur tanah. Faktor kedua adalah jumlah ruas yaitu 3 ruas, 5 ruas, dan 7 ruas yang diulang sebanyak 6 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terjadi interaksi antara perlakuan jenis sulur dan jumlah ruas pada parameter pengamatan jumlah tunas cabang 90 HST, dan jumlah daun 90 HST. Jenis sulur tanah yang dikombinasikan dengan jumlah ruas 7 menghasilkan jumlah tunas cabang, tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun paling tinggi. Jenis sulur panjat yang dikombinasikan dengan jumlah ruas 5 tidak terjadi interaksi namun memberikan hasil tanaman sirih buah tertinggi pada parameter luas daun, berat segar daun dan berat segar total.&nbsp

    Pengaruh Takaran Biochar Sekam Padi dan Kompos Kotoran Ayam terhadap Pertumbuha dan Hasil Kubis Bunga (Brassica oleraceae, L.)

    Get PDF
    Cabbage flower (Brassica oleracea, L.) or cauliflower is a vegetable commodity consumed by curd. This type of vegetable is very appreciated by the general public because it tastes good and delicious to make soup and also contains high nutrition. The purpose of this study was to determine the effect of biochar dosage of Rice Husk and Compost of Chicken Manure on the growth and yield of flower cabbage. This research was carried out in August to October 2017, in the experimental garden of the Faculty of Agriculture, University of Timor, Sasi village, Kefamenanu city District, TTU Regency. Using a 3x3 factorial Randomized Block Design (RBD) repeated 3 times. The first factor was rice husk biochar consisting of 3 levels, namely without the use of biochar, biochar 2.5 t/ha, biochar 5 t/ha and the second factor was chicken manure compost consisting of three levels, namely without compost, 2.5 compost t/ha, compost 5 t/ha. The results showed that there was no interaction between parameters in both environmental parameters and yield parameters, but the administration of 5 t/ha biochar treatment and 5 t/ha chicken manure compost provided the best growth of flower cabbage plants.Kubis bunga (Brassica oleracea, L.) atau kembang kol merupakan komoditas sayur yang dikonsumsi massa bunganya (curd). Jenis sayuran ini sangat di gemari masyarakat umum selain karena cita rasanya enak dan lezat untuk di buat sop dan juga mengandung gizi yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh takaran biochar sekam padi dan kompos kotoran ayam terhadap pertumbuhan dan hasil kubis bunga. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2017, di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Timor, Kelurahan Sasi, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten TTU. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 3x3 yang diulang 3 kali. Faktor pertama adalah biochar sekam padi yang terdiri dari 3 aras yaitu tanpa penggunaan biochar, biochar 2,5 t/ha, biochar 5 t/ha dan faktor kedua adalah kompos kotoran ayam yang terdiri dari tiga aras yaitu tanpa kompos, kompos 2,5 t/ha, kompos 5 t/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antar parameter baik pada parameter lingkungan maupun pada parameter hasil, namun perlakuan biochar 5 t/ha dan kompos kotoran ayam 5 t/ha memberikan pertumbuhan tanaman kubis bunga terbaik

    Penilaian Kompetisi dan Keuntungan Hasil Tumpangsari Jagung Kedelai di Bawah Tegakan Kayu Putih

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kompetisi dan keuntungan hasil dalam tumpangsari jagung varietas pioner 21 dan kedelai varietas grobogan dibawah tegakan hutan kayu putih. Penelitian ini menggunakan metode percobaan lapangan yang terdiri atas dua faktor dan dirancang dengan menggunakan Rancangan Petak ber-alur. Faktor pertama sebagai petak utama berupa Posisi bidang olah dari kedudukan tegakan kayu putih (Zona) dan faktor kedua sebagai anak petak adalah jarak tanam jagung. Petak utama berupa zona bidang olah terdiri dari 2 aras yaitu zona 1 terletak pada posisi bidang olah yang berjarak 0-1 m dari kedudukan tegakan (Z1); zona 2 terletak pada posisi bidang olah yang berjarak 1-2 m dari kedudukan tegakan (Z2), Anak petak adalah jarak tanam jagung yang terdiri atas 3 aras yaitu: 50 cm x 20 cm (J1), 70 cm x 20 cm (J2) dan 90 cm x 20 cm (J3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tumpangsari tanaman jagung dan kedelai dibawah tegakan kayu putih sangat menguntungkan.Tanaman jagung lebih agresif dan competitif daripada tanaman kedelai sehingga menyumbangkan keuntungan pada land equivalent ratio total dan area time equivalent ratio dan Actual Yeild loss total pada perlakuan zona pengolahan lahan maupun jarak tanaman. Zona pengolahan lahan 0-1 m dari kedudukan pohon kayu putih  memberikan hasil land equivalent ratio total, area time equivalent ratio, dan actual yield loss total paling tinggi yaitu sebesar 1,71, 1,66 dan 0,82 sedangkan   Jarak tanam 50 cm x 20 cm memberikan hasil land equivalent ratio total, area time equivalent ratio, dan actual yield loss total paling tinggi yaitu sebesar 2,27, 2,25 dan 1,58.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kompetisi dan keuntungan hasil dalam tumpangsari jagung varietas pioner 21 dan kedelai varietas grobogan dibawah tegakan hutan kayu putih. Penelitian ini menggunakan metode percobaan lapangan yang terdiri atas dua faktor dan dirancang dengan menggunakan Rancangan Petak ber-alur. Faktor pertama sebagai petak utama berupa Posisi bidang olah dari kedudukan tegakan kayu putih (Zona) dan faktor kedua sebagai anak petak adalah jarak tanam jagung. Petak utama berupa zona bidang olah terdiri dari 2 aras yaitu zona 1 terletak pada posisi bidang olah yang berjarak 0-1 m dari kedudukan tegakan (Z1); zona 2 terletak pada posisi bidang olah yang berjarak 1-2 m dari kedudukan tegakan (Z2), Anak petak adalah jarak tanam jagung yang terdiri atas 3 aras yaitu: 50 cm x 20 cm (J1), 70 cm x 20 cm (J2) dan 90 cm x 20 cm (J3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tumpangsari tanaman jagung dan kedelai dibawah tegakan kayu putih sangat menguntungkan.Tanaman jagung lebih agresif dan competitif daripada tanaman kedelai sehingga menyumbangkan keuntungan pada land equivalent ratio total dan area time equivalent ratio dan Actual Yeild loss total pada perlakuan zona pengolahan lahan maupun jarak tanaman. Zona pengolahan lahan 0-1 m dari kedudukan pohon kayu putih  memberikan hasil land equivalent ratio total, area time equivalent ratio, dan actual yield loss total paling tinggi yaitu sebesar 1,71, 1,66 dan 0,82 sedangkan   Jarak tanam 50 cm x 20 cm memberikan hasil land equivalent ratio total, area time equivalent ratio, dan actual yield loss total paling tinggi yaitu sebesar 2,27, 2,25 dan 1,58.&nbsp

    Pengaruh Model Defoliasi Daun Jagung dan Jumlah Benih terhadap Hasil Jagung dan Kacang Nasi pada Sistem Tumpangsari Salome (Kearifan Lokal Timor)

    Get PDF
    Salome, a traditional intercropping system that planting several species of crops in the same hole, was established in Timor Island especially in Timor Tengah Utara district for century. To gain the positive interaction among plants and maximize the yields, however, the competition among plants both in vertical and horizontal directions should be reduced. The objectives of this research are to determine the effect of defoliation models and the number of seeds on the yield of maize and rice bean (Vigna umbellata Thunb), and to study Land Equivalent Ratio (LER) in the intercropping system of salome. All treatments of the pot trial were arranged in a Factorial Randomized Completely Block Design 6 x 4 + monoculture with three replicates. The maize leaf defoliation was the first factor consisted of six levels: without defoliation, 50 % leaves defoliation at the upper stem, 100 % leaves defoliation at the upper stem, defoliation of maize leaves leaving only 100% base to flag leaf, leaf blade defoliation  from flag leaves to cob, leaf blade defoliation  from stem to the cob. The second factor was the comparison of the maize seed numbers to rice bean. It consisted of 4 levels: one of the maize seed to one bean, one seed of local Timor maize to two beans, two seeds of maize to one bean, two seeds of maize to two beans. The results indicated that the maize leaf blade defoliation, maize leaves defoliation from stem to the cob, and the number of seeds increases the maize yield significantly, however, did not significantly affected the yield of rice bean. The LERs intercropping system on Salome models have a total value > 1. Sistem tumpangsari yang dilakukan di pulau Timor khususnya Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) masih sangat tradisional yaitu dengan menanam beberapa jenis tanaman yang berbeda spesies dalam lubang tanam yang sama. Sistem ini biasanya disebut dengan Salome atau satu lubang rame-rame. Sistem tumpangsari salome tentunya memiliki kelemahan yaitu terjadi persaingan secara vertikal maupun secara horizontal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model defoliasi dan jumlah benih terhadap hasil jagung dan kacang nasi serta untuk mengetahui Land Equivalend Racio (LER) dalam sistem tumpangsari salome. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) factorial 6 x 4 + monokultur yang diulang 3 kali. Faktor pertama adalah model defoliasi daun jagung, Tanpa defoliasi, defoliasi batang atas 50% dari tongkol, defoliasi batang atas 100% dari tongkol, defoliasi daun jagung dengan hanya meninggalkan tulang daun 100% dari pangkal hingga daun bendera, defoliasi daun jagung dengan hanya meninggalkan tulang daun dari daun bendera hingga tongkol, defoliasi daun jagung dengan hanya meninggalkan tulang daun dari daun pangkal hingga tongkol. Faktor kedua adalah perbandingan jumlah benih jagung umur genjah kultivar lokal timor dan benih kacang nasi tipe tegak, satu jagung satu kacang, satu jagung dua kacang, dua jagung satu kacang, dua jagung dua kacang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model defoliasi daun jagung dan jumlah benih mempengaruhi hasil jagung secara signifikan tetapi tidak berpengaruh terhadap hasil kacang nasi dan tumpangsari salome menghasilkan nilai total LER>1.&nbsp
    corecore