3 research outputs found
Manajemen Pengambilan dan Pengelolaan Spesimen Darah di Laboratorium RSUD Wangaya Denpasar
Kesalahan tahap pra-analitik memberikan kontribusi paling besar pada kesalahan laboratorium. Kesalahan pada tahap pra-analitik yang sering terjadi adalah hemolisis (53,2%), volume spesimen kurang (7,5%), tulisan tangan yang tidak bisa dibaca (7,1%), kesalahan identifikasi pasien, ada bekuan, vacum container yang salah/antikoagulan, volume antikoagulan yang tidak sesuai, spesimen diambil dari jalur infus, dan kesalahan waktu dalam pengambilan spesimen. Penelitian dilakukan untuk menganalisis tahapan pengambilan dan pengelolaan spesimen darah di laboratorium RSUD Wangaya Denpasar. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara total sampling sebanyak 18 orang petugas ATLM di laboratorium Patologi Klinik. Data primer dikumpulkan dari hasil wawancara dan kuisioner untuk menganalisis pengetahuan terkait pengambilan dan pengelolaan spesimen darah. Hasil dengan skor tertinggi dan dalam kategori sangat baik yaitu pada pengambilan spesimen (97,8%). Skor terendah dan dalam kategori baik adalah pemberian identitas pasien (82,5%). Petugas laboratorium di RSUD Wangaya telah melakukan tahapan pengambilan dan pengelolaan spesimen darah sesuai peraturan Menteri Kesehatan RI tahun 2013 dan masuk dalam kategori sangat baik yaitu 91,48%
Penilaian Hasil Dipstik Urine (Nitrit Dan Leukosit Esterase) Sebagai Prediktor Bakteriuria
Bacteriuria is the leading indicator of Urinary Tract Infection (UTI), which is detected through urine culture examination. Significant bacteriuria indicates the growth of microorganisms as much as ≥ 100,000 cfu/ml in urine culture. There are drawbacks to this examination that requires a screening test with a short time and lower cost. This study aimed to determine differences in the results of nitrite and leukocyte esterase examination using a urine dipstick with urine culture as a predictor of bacteriuria. The type of research used is analytic with an experimental approach. The sample used in this study was ten samples of urine. Based on the bivariate analysis results, the p-value was 0.541, which means that there was no difference in the results of leukocyte esterase and urine culture. This indicates the presence of leukocytes in the urine can be an indication of bacteriuria. The results for the nitrite examination obtained a p-value of 0.000, which means there is a difference between the results of the nitrite examination and the results of the urine culture. This shows that the presence of nitrites in the urine cannot indicate of bacteriuria. However the data on the sensitivity and specificity of dipstick examination are still low for leukocyte esterase and urine nitrite tests. However, urine dipstick examination to detect bacteriuria and UTI is still an option for faster screening. Keywords : leukocyte esterase, nitrites, urine cultur
Pengaruh pemberian variasi konsentrasi biotin terhadap kadar kolesterol total dan kolesterol ldl pada tikus dengan resiko dislipidemia: The effect of giving variant biotin concentration on total cholesterol and ldl cholesterol levels in rat with dyslipidemia
Dislipidemia dapat menyebabkan aterosklerosis sehingga risiko penyakit jantung koroner, penyakit kardiovaskular atau Cardiovascular Disease (CVD) dan stroke meningkat. Kolesterol LDL diketahui terlibat dalam tahapan perkembangan lesi awal aterosklerosis. Pemberian suplemen seperti penambahan biotin perlu diberikan untuk menjaga kadar lipid dalam darah. Biotin disebut juga vitamin B7 atau vitamin H yaitu vitamin larut dalam air, bertindak sebagai kelompok prostetik karboksilase dalam beberapa jalur metabolisme. Biotin dinyatakan vitamin yang aman, asupan dengan kadar 300 kali lipat dari normal terbukti tidak beracun. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian variasi konsentrasi biotin terhadap kadar kolesterol total dan kolesterol LDL pada tikus wistar dengan resiko dislipidemia. Tikus wistar jantan usia 8 minggu dengan berat awal 150-200 gram diadaptasi selama 7 hari, diberi pakan standar dan air minum ad libitum. Sampel setelah adaptasi, dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok kontrol negatif diberikan pakan standar, kelompok kontrol positif diberikan pakan dengan diet tinggi lemak. Kelompok perlakuan 1, 2 dan 3 diberi pakan diet tinggi lemak dan dosis biotin berturut-turut 1,232 mg/kg; 68,39 mg/kg dan 97,72 mg/kg selama 6 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada hasil pemeriksaan kolesterol total dan kolesterol LDL dengan uji One Way ANOVA (p ≤ 0,05). Simpulan ada pengaruh pemberian variasi konsentrasi biotin terhadap kadar kolesterol total dan kolesterol LDL pada tikus wistar dengan resiko dislipidemia.Dislipidemia dapat menyebabkan aterosklerosis sehingga risiko penyakit jantung koroner, penyakit kardiovaskular atau Cardiovascular Disease (CVD) dan stroke meningkat. Kolesterol LDL diketahui terlibat dalam tahapan perkembangan lesi awal aterosklerosis. Pemberian suplemen seperti penambahan biotin perlu diberikan untuk menjaga kadar lipid dalam darah. Biotin disebut juga vitamin B7 atau vitamin H yaitu vitamin larut dalam air, bertindak sebagai kelompok prostetik karboksilase dalam beberapa jalur metabolisme. Biotin dinyatakan vitamin yang aman, asupan dengan kadar 300 kali lipat dari normal terbukti tidak beracun. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian variasi konsentrasi biotin terhadap kadar kolesterol total dan kolesterol LDL pada tikus wistar dengan resiko dislipidemia. Tikus wistar jantan usia 8 minggu dengan berat awal 150-200 gram diadaptasi selama 7 hari, diberi pakan standar dan air minum ad libitum. Sampel setelah adaptasi, dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok kontrol negatif diberikan pakan standar, kelompok kontrol positif diberikan pakan dengan diet tinggi lemak. Kelompok perlakuan 1, 2 dan 3 diberi pakan diet tinggi lemak dan dosis biotin berturut-turut 1,232 mg/kg; 68,39 mg/kg dan 97,72 mg/kg selama 6 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada hasil pemeriksaan kolesterol total dan kolesterol LDL dengan uji One Way ANOVA (p ≤ 0,05). Simpulan ada pengaruh pemberian variasi konsentrasi biotin terhadap kadar kolesterol total dan kolesterol LDL pada tikus wistar dengan resiko dislipidemia