20 research outputs found

    PEMANFAATAN BIOGAS UNTUK KEMANDIRIAN ENERGI PEDESAAN

    Get PDF
    Pemanfaatan energi yang tidak dapat diperbaharui secara berlebihan dapat menimbulkan masalah krisis energi. Salah satu gejala krisis energi yang terjadi akhir-akhir ini yaitu kelangkaan bahan bakar minyak (BBM), seperti minyak tanah, bensin, dan solar. Kelangkaan terjadi karena tingkat kebutuhan BBM sangat tinggi dan selalu meningkat setiap tahunnya. Sementara itu, minyak bumi bahan baku pembuatan BBM berjumlah terbatas dan membutuhkan waktu berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya. Biogas merupakan teknologi pembentukan energi dengan memanfaatkan limbah, seperti limbah pertanian, limbah peternakan, dan limbah manusia. Selain menjadi energi alternatif, biogas juga dapat mengurangi permasalahan lingkungan, seperti polusi udara dan tanah.Kondisi tersebut sebenarnya merupakan peluang usaha untuk dijadikan bahan baku pembuatan biogas. Hasil dari pembuatan biogas dapat dijadikan sumber energi serta sisa keluaran berupa lumpur (sludge) dapat dijadikan pupuk siap pakai sehingga dapat menambah penghasilan bagi peternak sapi itu sendiri. Selain itu biogas juga dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari seperti memasak dan penerangan, dan dapat digunakan sebagai bahan bakar pure biogas dengan genset skala 2.500 Watt karena produksi biogas rata-rata sebesar 0,040 m3 per 30 menit atau 0,080 m3/jam

    Pengaruh Fraksi Volume Terhadap Sifat Bending Komposit Widuri-Polyester

    Full text link
    This research is aimed to know the effect of volume fraction toward the characteristics of composite bending of widuri – polyester with volume fraction 20%, 30%, and 40%. The materials used in this research are widuri fiber bark in condition before floworing,during floworing,fruting with polyster resin matrix. The sample of bending experiment are made to the standard of ASTM D790 than during the experiment. The result of research, the bending high value happens to the volume fraction 40% with value of 63,322 MPa, and the lowest is on the condition of plant before floworing with folume fraction 20% is 37,584 Mpa, the highas elastisition molulus happens to the condition of floworing to volume fraction 20% is 99,654 MPa, in other words, the bending moment , which is the highest, to the condition of flowering to the volume fraction 40% is 7501,59 Nmm, and the lowest appears two the condition of plant before floworing with the volume fraction 20% is 4984,72 Nmm, from the result of marco photo shows that the type of many factures are on the sample of bending experiment

    Pengaruh Fraksi Volume Terhadap Sifat Bending Komposit Widuri-Polyester

    Get PDF
    ABSTRAK Salah satu serat alam yang dapat dieksplorasi menjadi bahan baku untuk komposit adalah serat kulit batang widuri (calotropis gigantea), karena jenis serat ini masih tergolong baru dan merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh di Indonesia terutama diwilayah  NTT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fraksi volume terhadap sifat bending komposit widuri-polyester dengan fraksi volume 20%, 30% dan 40%. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serat kulit batang widuri dalam kondisi sebelum berbunga, saat berbunga dan berbuah dengan matrix resin polyester. Spesimen uji bending dibuat sesuai standar ASTM D790, spesimen uji dicetak dengan metode hand lay up dengan beban tekan sebesar 10 Kg dan dibiarkan seharian, selanjutnya papan komposit dipotong sesuai dengan standar ASTM D790 kemudian dilakukan uji bending. Hasilnya Nilai tegangan bending yang tertinggi terjadi pada fraksi volume 40% dengan nilai 63,322 MPa, dan yang terendah ada pada kondisi tanaman sebelum berbunga dengan fraksi volume 20%, yaitu 37,584 Mpa, molulus elastisitas yang tertinggi terjadi pada kondisi tanaman berbuah pada fraksi volume 30% yaitu 140,834 MPa, dan yang terendah pada kondisi tanaman berbunga pada fraksi volume 20% yaitu 99.654 MPa, sedangkan momen bending yang tertinggi pada kondisi tanaman berbunga dengan fraksi volume 40% yaitu 7501,59 Nmm, dan yang terendah ada pada kondisi tanaman sebelum berbunga dengan fraksi volume 20% yaitu 4984,72 Nmm. Dari hasil foto makro menunjukan jenis patahan banyak pada spesimen uji bending

    Analisis Pengaruh Temperatur Dan Perlakuan Korosi Terhadap Ketahanan Putus Tabung Silinder Asetilin Bermaterial Drum Besi Bekas (Baja AISI 1045)

    Get PDF
    corrosion rate of cylinder tube materials. The temperature variations determined by the specimen were 200ºC, 250ºC and 300ºC. The specimens were subjected to corrosion treatment with Calcium Carbide (Carbide) corrosion media, then tested. The results showed that the lowest corrosion rate was the treatment specimen, namely 48.57142 mg/cm2 day, while the specimen with the highest rate was the specimen with the provisions of 70.47619 mg/cm2 day. For the tensile test, the highest value of fracture tensile stress (σp) was the untreated specimen of 243.35 MPa, while the lowest value of fracture stress (σp) was the specimen with a temperature of 300oC of 156,786 Mpa, the highest value of fracture tensile strain (É›p) was the specimen with 300oC of 0.166875%, while the lowest value of fracture tensile strain (É›p) is the specimen with the provision of 250 °C of 0.12025%, the highest modulus of elasticity is the specimen with the 200oC requirement of 1569.2026 MPa, while the lowest modulus of elasticity is the specimen with 300 °C of 939.5415 MPaPeneletian ini bertujuan menganalisis pengaruh variasi temperatur dan pemberian perlakuan korosi terhadap kekuatan tarik dan laju korosi material tabung silinder asetilin. Variasi temperatur pemanasan spesimen yaitu 200ºC, 250ºC, dan 300ºC. Spesimen diberikan perlakuan korosi dengan media korosi Kalsium Karbida (Karbid), setelah itu dilakukan pengujian tarik. Hasil penelitian menunjukan bahwa spesimen dengan laju korosi terendah adalah spesimen tanpa perlakuan yaitu 48,57142  mg/cm2hari, sedangkan spesimen dengan laju korosi tertinggi adalah spesimen dengan pemanasan 300oC yaitu 70,47619  mg/cm2hari. Untuk pengujian tarik, nilai tegangan tarik patah (σp) tertinggi yaitu spesimen tanpa perlakuan sebesar 243,35 MPa, sedangkan nilai tegangan tarik patah (σp) terendah yaitu spesimen dengan pemanasan pada temperatur 300oC sebesar 156,786 Mpa, nilai regangan tarik patah (É›p) tertinggi yaitu spesimen dengan pemanasan 300oC sebesar 0,166875 %, sedangkan nilai regangan tarik patah (É›p) terendah yaitu spesimen dengan pemanasan 250°C sebesar 0,12025 %, nilai modulus elastisitas tertinggi yaitu spesimen dengan pemanasan 200oC sebesar 1569,2026 MPa, sedangkan nilai modulus elastisitas terendah yaitu spesimen dengan pemanasan 300°C sebesar 939,5415 MP

    Simulasi Computational Fluid Dynamic (CFD) Rumah Pengering Kopi Menggunakan Plastik UltraViolet (UV) Solar Dryer

    Get PDF
    Pengeringan hasil pertanian secara khusus pada biji kopi adalah pengeluaran air dari suatu hasil pertanian sampai tercapai kadar air keseimbangan dengan udara lingkungan atau sampai tingkat kadar air dimana jamur, serangga dan enzim yang bersifat merusak tidak dapat aktif lagi. Pemanfaatan energi surya dengan menggunakan plastik ultra violet (UV) juga merupakan alternatif untuk mengatasi kendala pengeringan dengan sinar matahari langsung yang umum berlaku di masyarakat seperti kapasitas yang rendah dan membutuhkan waktu yang lama. Dengan menggunakan simulasi computational fluid dynamics (CFD) dalam penelitian ini untuk dapat mengetahui distribusi temperatur dan kecepatan aliran pada rumah pengering kopi. Dari hasil simulasi CFD maupun eksperimen dengan kecepatan aliran 0,1 m/s, 0,5 m/s dan 1,36 m/s baik tanpa beban maupun dengan beban pengeringan terdapat perbedaan temperatur dimana pada kecepatan 0,1 m/s dan 0,5 m/s nilai rata-rata temperatur hasil simulasi CFD dengan model aliran turbulen lebih rendah dari hasil eksperimen sedangkan pada  kecepatan 1,36 m/s relativ mendekati hasil eksperimen. Dari hasil analisis distribusi temperatur udara di dalam rumah pengering menunjukkan pada laju aliran tetap untuk waktu simulasi yang berbeda, distribusi temperatur cenderung seragam. Sedangkan pada jam 11:00 dan 13.00 dengan kecepatan rendah menunjukkan peningkatan temperatur di bagian inlet (sebelah utara rumah pengering), namun pada jam 15:00 mengalami peningkatan tempereratur pada bagian keluar rumah pengering (sebelah selatan rumah pengering)Drying of agricultural products, especially coffee beans, is the removal of water from an agricultural product until a moisture content is reached in balance with environmental air or until a moisture content level where fungi, insects and destructive enzymes can no longer be active. Utilization of solar energy using ultra violet (UV) plastic is also an alternative to overcome the constraints of drying with direct sunlight which is common in society, such as low capacity and requires a long time. By using computational fluid dynamics (CFD) simulations in this study to determine the temperature distribution and flow velocity in the coffee dryer house. From the results of CFD simulations and experiments with flow rates of 0.1 m / s, 0.5 m / s and 1.36 m / s, both without load and with drying load, there are differences in temperature where at speeds of 0.1 m / s and 0 , 5 m / s the mean temperature of the CFD simulation results with the turbulent flow model is lower than the experimental results, while at a speed of 1.36 m / s it is relatively close to the experimental results. From the results of the analysis of the air temperature distribution in the drying house shows that at a constant flow rate for different simulation times, the temperature distribution tends to be uniform. Meanwhile, at 11:00 and 13:00 with low speed shows an increase in temperature at the inlet (north of the dryer house), but at 15:00 there is an increase in temperature at the exit of the dryer house (south of the dryer house)

    Pengaruh Perendaman NaOH Lima Persen terhadap Kekuatan Tarik Serat Widuri

    Get PDF
    ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik serat widuri (Calostropis Gigantea) sebagai penguat komposit. Adapun penelitian ini terbagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama pengambilan serat berdasarkan ciri fisiknya sebelum berbunga, saat berbunga, dan saat berbuah. Serat yang diuji di bagi menjadi dua  bagian yaitu, serat tanpa perendaman dan serat dengan perendaman NaOH 5 % selama 1 jam, 2 jam, dan 3 jam. Kandungan air pada serat dipastikan hilang dengan cara serat dipanaskan dalam oven selama 3 jam pada temperatur 105 0C. Tahap selanjutnya dihitung densitas serat, diameter serat dan sifat tarik serat widuri. Dari hasil penelitian, diperoleh kandungan air serat tertinggi pada kondisi serat sebelum berbunga pada serat tanpa perendaman dengan nilai 12.409 %. Diameter serat mengalami penurunan setelah diberi perendaman pada serat, dengan diameter tertinggi yaitu sebesar 0.057 mm diperoleh pada serat sebelum berbunga tanpa perendaman. Kekuatan tarik serat juga mengalami penurunan dengan nilai tertinggi 428.979 MPa pada serat tanpa perendaman pada kondisi serat saat berbuah sedangkan terendah sebesar 156.403 MPa diperoleh pada serat dengan perendaman NaOH 3 jam pada kondisi sebelum berbunga. Pengamatan baik pada foto mikroskop optik maupun foto SEM, diperoleh hasil bahwa dengan perendaman NaOH 5 % membuat permukaan serat menjadi bersih dan diameternya semakin kecil. Hal ini karena dengan perendaman NaOH, kandungan lignin, wax, dan pengotor lainnya menjadi hilang dari permukaan serat. Dari informasi ini, dapat disimpulkan serat widuri secara keseluruhan dapat dikembangkan menjadi penguat komposit dengan matriks polyester
    corecore