2 research outputs found

    EPIDEMIOLOGI BRUCELLOSIS PADA SAPI PERAH DI DAERAH KANTONG SUSU DAN JALUR SUSU DI JAWA TIMUR

    Get PDF
    Bovine brucellosis (Brucella abortus) terutama menyerang sapi betina umur usia dikawinkan. Bakteri ini umumnya masuk ke tubuh melalui mulut, hidung, kulit atau mata dan kemudian masuk ke dalam sistem aliran limfatik setelah terjadi fase bakteraemi. Penyakit ini mudah dikenal karena mengakibatkan keguguran pada umur kebuntingan tua dan diikuti dengan tingkat kemajiran yang tinggi. Faktor-faktor dan kejadian brucellosis yang berhubungan dengan timbulnya, terpeliharanya, penyebaran, pengendalian atau pemberantasan brucellosis dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu sifat populasi hewan, sistem manajemen yang diterapkan dan gambaran biologis dari penyakitnya. Penyebaran penyakit dari satu kelompok ternak ke kelompok yang lain atau dari satu daerah ke daerah lain disebabkan akibat perpindahan hewan yang terinfeksi. Epidemiologi mempelajari penyebaran dan faktor-faktor penentu yang berhubungan dengan status kesehatan atau suatu kasus kejadian pada suatu populasi / kelompok tertentu dan penggunaan dari hasil penyidikannya untuk mengendalikan masalah kesehatan tersebut. Apakah terdapat faktor tertentu dalam sistem manajemen peternakan pada daerah kantong susu di Jawa Timur yang berpengaruh terhadap penyebaran brucellosis dan bagaimana sejarah penyakit brucellosis pada daerah yang diselidiki ini ? Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan suatu metode questionnaire untuk memperoleh informasi (data) tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyebaran penyakit brucellosis dan sejarah penyakit ini pada sapi pada daerah yang disurvei. Pengumpulan informasi dilakukan dengan mewawancarai pemilik atau pengelola peternakan dengan rumusan pertanyaan baku dalam kuesioner tentang umur, tanggal pembelian, tempat pembelian, tanggal beranak yang terakhir, jumlah pedet, status kebuntingan, kasus aborsi sebelumnya, jumlah produksi susu setiap hari. Informasi lain yang dicari adalah tentang jumlah ternak, sistem perkandangan, setoran susu ketempat penempungan susu, kandang pedet, sistem perkawinan, kasus keluron, vaksinasi, serta mutasi sapi. Mutasi ternak dilakukan terhadap daerah yang positif terinfeksi brucellosis dan daerah kontrol yang bebas brucellosis. Sebanyak 104 petani peternak anggota 2 Koperasi Unit Desa (KUD) di kabupaten Tulung Agung dengan pemilikan 488 ekor sapi perah (dewasa sedang laktasi, sapi dara dan pedet) dilibatkan dalam penelitian ini. Sebanyak 68 petani peternak anggota KUD Tani Wilis, merupakan daerah peternakan yang positif terinfeksi Brucella sedangkan daerah peternakan yang negatif brucellosis adalah peternakan wilayah KUD Sriwigati dengan 36 petani peternak responden. Penetapan status kedua daerah tersebut didasarkan dari hasil uji saringan Milk Ring Test (MRT) terhadap kontainer susu yang disetor ketempat penampungan susu. Proporsi jumlah susu yang disetor dan jumlah ternak mempunyai arti yang penting dalam menggambarkan keadaan daerah secara keseluruhan. Suatu peternakan yang positif terinfeksi brucellosis dan tidak menyetor susunya ke KUD akan luput pemeriksaan MRT namun tidak luput dalam survei lapangan dengan rumusan quesioner yang hendak dibakukan ini. Peternakan yang tidak menyetor susunya harus dianggap terduga brucellosis dan harus dilacak lebih lanjut. Hasil survei lapangan yang dilengkapi pemeriksaan laboratorium dan metode questionnaire menghasilkan suatu informasi (data) tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyebaran penyakit brucellosis dan sejarah penyakit ini pada sapi di daerah yang disurvei tersebut. Disarankan untuk melakukan surveillance secara periodik di daerah kantong susu dan jalur susu untuk mengetahui keadaan infeksi brucellosis dan perlu pemberlakuan karantina terlebih dahulu sebelum memasukkan sapi baru ke peternakan

    PETA RESISTENSI ANTIBIOTIKA KUMAN PENYEBAB MASTITIS PADA SAPI PERAH DI WILAYAH KERJA KUD DADI JAYA PURWODADI KABUPATEN PASURUAN PROPINSI JAWA TIMUR

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi mastitis klinis dan sub klinis, jenis kuman penyebab mastitis, mengetahui antibiotika yang efektif yang dapat digunakan dalam pengobatan dan pengendalian mastitis secara tepat, serta untuk membuat peta kejadian mastitis dan resistensi kuman penyebabnya pada sapi perah di wilayah kerja Koperasi Unit Desa (KUD) Dadi Jaya, Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Penelitian menggunakan sample susu dari 301 kwartir ambing yang berasal dari 76 ekor sapi perah, di 10 desa wilayah kerja KUD Dadi Jaya. Penentuan kasus mastitis sub klinis berdasarkan Californian Mastitis Test (CMT) dan mastitis klinis berdasarkan gejala klinis yang tampak. Penilaian kondisi hygiene dan sanitasi pemeliharaan sapi perah dilakukan dengan pengumpulan data kuestioner dengan cara pengamatan lapangan dan wawancara langsung dengan peternak sapi perah. Hasil penelitian disajikan secara deskriptif. Prevalensi mastitis klinis yang teramati 2,6 % dan mastitis sub klinis 42,11 % dari 76 ekor sapi perah yang diuji dengan California Mastitis Test. Sebanyak 28,24 % (85 sample) dari 301 sample susu kwartir menunjukkan basil uji CMT positif. Hasil isolasi dan identifikasi penyebab mastitis pada sapi perah adalah Staphylococcus spp. sebesar 13,3 %, Streptococcus spp. sebesar 5,3 %, E. coli 5,3 Hasil uji resistensi dari 23 isolat kuman penyebab mastitis terhadap 5 macam antibiotika menunjukkan Oxytetracyclin sangat efektif untuk Streptococcus spp. (100 %) dan E. coli Coliform (100 %), Cloxacillin dan Erythromycin mencapai efektifitas 90 % untuk Staphylococcus spp., serta Amphycillin, Cloxacillin dan Oxytetracyclin masing-masing hanya mencapai 50 % untuk E.coli. Berdasarkan hasil wawancara dengan peternak dan pengamatan langsung di kandang menunjukkan hampir secara keseluruhan peternak belum melakukan cara pengelolaan petemakan sapi perah yang memenuhi standar hygiene dan sanitasi yang minimal
    corecore