60 research outputs found

    Keterdapatan Sensitive Clay pada Lokasi Longsorlahan di DAS Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah

    Full text link
    Kajian mendalam mengenai faktor-faktor pemicu bencana longsorlahan sangat penting dilakukan. Salah satu faktor pemicu bencana longsorlahan adalah kandungan klei sensitif di dalam tanah. Kandungan klei sensitif menyebabkan kejadian longsorlahan di DAS Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Tujuan penelitian adalah: (1) Mengidentifikasi keterdapatan lapisan klei di DAS Bompon; (2) Mengetahui karakteristik lapisan klei di DAS Bompon; (3) Mengklasifikasi sensitivitas klei dan stabilitas tanah di DAS Bompon.Investigasi keterdapatan lapisan klei dan identifikasi stabilitas tanah ditinjau dari karakteristik morfologi dan fisik tanah. Karakteristik morfologi tanah yang diaplikasikan dalam penelitian adalah kedalaman dan ketebalan lapisan klei. Karakteristik fisik tanah yang digunakan untuk penentuan stabilitas tanah adalah tekstur, berat volume, berat jenis, kandungan air, konsistensi, dan kuat geser. Penentuan sensitivitas klei didasarkan pada nilai batas cair, kandungan air alami, dan indeks likuiditas.Kejadian longsorlahan di DAS Bompon yang memiliki hubungan dengan keterdapatan lapisan klei sensitif ditentukan oleh stabilitas tanah. Ada sepuluh lapisan klei yang memiliki tingkat sensitivitas tinggi di tiga longsorlahan DAS Bompon. Ketebalan lapisan klei sensitif di longsorlahan pertama adalah 13 meter, longsorlahan kedua setebal 16,08 meter, dan longsorlahan ketiga setebal 8,4 meter. Lapisan klei sensitif telah menyebabkan tanah di tiga longsorlahan menjadi lunak saat mengalami peningkatan kadar air. Peningkatan kadar air di dalam lapisan klei disebabkan proses alami dan pengolahan lahan oleh masyarakat sehingga memicu longsorlahan di DAS Bompon

    Minat Belajar Generasi Muda Kemuning Terhadap Alat Musik Tradisional Tiongkok Erhu

    Full text link
    Kebudayaan di Indonesia sangat beraneka ragam, banyak sekali kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia, salah satunya adalah kebudayaan Tionghoa. Kebudayaan Tionghoa di Indonesia sudah selayaknya kita pertahankan, dan banyak cara untuk melestarikan kebudayaan-kebudayaan tersebut. Hal yang paling inti dalam pelestarian adalah seberapa besar sumbangsih generasi muda di dalamnya. Sedangkan seberapa besar sumbangsih generasi muda, ditentukan oleh seberapa besar minat mereka di bidang itu. Dengan kata lain, kebudayaan Tionghoa dapat dilestarikan dan akan berkembang jika ada minat belajar setiap generasi muda terhadap budaya Tionghoa, salah satunya dengan mempelajari alat-alat musik Tradisional Tiongkok, khususnya erhu. Erhu merupakan alat musik yang terbilang sedikit peminatnya, karena untuk memainkan erhu membutuhkan kesabaran, dan ketekunan pada saat berlatih. Penulis berharap skripsi ini dapat membantu memperkenalkan erhu terhadap generasi muda, sehingga membangkitkan minat generasi muda terhadap erhu

    Capital Based Strategic dalam Meraih Peluang Pertumbuhan Sektor Pariwisata dan Industri Kreatif

    Full text link
    Jumlah perjalanan wisatawan mancanegara (wisman) di Indonesia pada tahun 2004 mengalamipertumbuhan sebesar 19,1% dibanding tahun 2003. Sedangkan penerimaan devisa mencapai US4,798miliar,meningkat18,8penerimaantahun2003sebesarUS 4,798miliar, meningkat 18,8% dari penerimaan tahun 2003 sebesar US 4,037 miliar. Berdasarkan laporan bidang investasi USAha dari Kementrian Pariwisata terkini bahwa realisasi PMA pariwisata dengan jenis USAha jasa biro perjalanan wisata sejak 2014 sampai 2016 adalah US 1,23juta,US 1,23 juta ,US 3,6 juta dan US 5,59juta,yangmanajikadibandingkandenganrealisasiPMDNuntukjenisbidangUSAhayangsamapadatahun2014,2015dan2016adalahberturutturutsebagaiberikutUS5,59 juta, yang mana jika dibandingkan dengan realisasi PMDN untuk jenis bidang USAha yang sama pada tahun 2014, 2015 dan 2016 adalah berturut turut sebagai berikut US 0,61 juta , US 0,09jutasertaUS 0,09 juta serta US 1,14 juta. Diberitakan juga bahwa pertumbuhan realisasi investasi sektor pariwisata sejak 2012 - 2016 adalah 55,30 % untuk jenis PMA dan 57,60 % untuk PMDN, dan yang perlu dicatat bahwa pertumbuhan investasi asing 62,84 % sedangkan investasi lokal anjlok 49,48 % (Kontan 2017, 3).Keseluruhan angka tersebut di atas, mencerminkan kemampuan pariwisata dalam meningkatkanpendapatan negara, baik dalam bentuk devisa asing maupun perputaran uang di dalam negeri.Permasalahannya, apakah penerimaan devisa dan perputaran uang tersebut mampumeningkatkankesejahteraan masyarakat? Oleh sebab itu makalah ini disusun untuk memberikan konsep berpikir(paradigma) baru dalam upaya pengembangan kepariwisataan di Indonesia.Suatu pemahaman bahwa keuntungan bukan melulu tujuan utama dalam bisnis, sebab suatu pemahaman yang lebih utama adalah bagaimana dunia pariwisata dapat berkontribusi optimum berupa dampak ekonomi. Dengan demikian perspektif capital based strategic perlu dibangun sebagai suatu konsep dalam berbisnis. Modal kerja (working capital) menunjukkan ketersediaan aset dan uang tunai dalam membangun bisnis.Human Capital merupakan aset kemampuan menjual, sehingga bagian pemasaran diharapkan memberikan keuntungan yang terukur.Capital Based Human Development merujuk kepada program pengembangan kompetensi, yang mana diharapkan dapat meminimalisir biaya human development.Capital Management merupakan pengelolaan modal untuk memberikan sebesar besarnya menghasilkan dampak ekonomi bagi Perusahaan serta berkontribusi terhadap masyarakat dan lingkungannya. Kata Kunci:working capital, human capital, capital based human capital, capital managemen

    Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Maxxiklin Surabaya

    Full text link
    : Business development in Indonesia is growing rapidly brings about changes in business competition is also increasingly competitive. One of a growing business is a service industry such as cleaning service, as MaxxiKlin which now has several competitors. These conditions require MaxxiKlin to be able to prioritize customer satisfaction through their quality services. This study aims to determine the effect partially, simultaneous and dominant among the dimensions of services quality consisting of the tangible, reliability, responsiveness, assurance, and empathy on customer satisfaction in MaxxiKlin Surabaya.This research is a causal using a quantitative approach. The samples in this study are customers of MaxxiKlin Surabaya from January 2016 - June 2016 who using the service in the past year as many as 100 people. The data collection is done by using a questionnaire. Data analysis technique used is multiple linear regression analysis. The results in this study indicate that all dimensions of service quality that consists of tangibles, reliability, responsiveness, assurance, and empathy hasi a significant effect either partially or simultaneously on customer satisfaction in MaxxiKlin Surabaya. Then a dominant effect shows that the reliability is the most dominant factor influencing on customer satisfactio

    Video Company Profile Wonderee Decoration

    Full text link
    Wonderee Decoration merupakan layanan profesional jasa dekorasi seperti mendekorasi meja atau ruangan pada event penting seperti pesta ulang tahun, pernikahan, tunangan, baby shower dan bridal shower yang berada di Surabaya. Perancangan Video Company Profile ini bermaksud agar bisa membuat nama Wonderee Decoration semakin di kenal masyarakat, bersaing dengan para kompetitornya di bidang dekorasi dan meyakinkan klie

    Performance of Machines Thresher Seeds Job\u27s Tears (Coix Lacryma-jobi L.) Rubber Roll Type

    Full text link
    Job\u27s tears (Coix lacrhryma jobi L.) was a plant that came from South Asia and East Asia. The distribution of this plant was expanded to Southeast Asia, especially Indonesia. In Indonesia, Job\u27s tears was found in Sumatra, Java and Kalimantan. Its seeds had many benefits as herbs or plant consumption. Threshing process of this plant was still using a traditional way. This research was purposed to design and test the performance of jali thresher machine type rubber roll. This research was conducted in February 2013 to March 2013 in the Laboratory of Agricultural Engineering, Department of Agricultural Engineering, Faculty of Agriculture, University of Lampung. This research procedure included several stages: design, assembly, testing results, and data analysis stage. Observations were made for machine capacity per hour, percentage of threshed seeds, and percentage of good or damaged threshed seeds. This research used 3 cylinder rotational speeds: 50 RPM, 38 RPM and 30 RPM. Results of this research indicated that this machine threshed seeds by 47 kg/ hour

    A reassessment of the early archaeological record at Leang Burung 2, a Late Pleistocene rock-shelter site on the Indonesian island of Sulawesi

    Get PDF
    This paper presents a reassessment of the archaeological record at Leang Burung 2, a key early human occupation site in the Late Pleistocene of Southeast Asia. Excavated originally by Ian Glover in 1975, this limestone rock-shelter in the Maros karsts of Sulawesi, Indonesia, has long held significance in our understanding of early human dispersals into 'Wallacea', the vast zone of oceanic islands between continental Asia and Australia. We present new stratigraphic information and dating evidence from Leang Burung 2 collected during the course of our excavations at this site in 2007 and 2011-13. Our findings suggest that the classic Late Pleistocene modern human occupation sequence identified previously at Leang Burung 2, and proposed to span around 31,000 to 19,000 conventional 14C years BP (~35-24 ka cal BP), may actually represent an amalgam of reworked archaeological materials. Sources for cultural materials of mixed ages comprise breccias from the rear wall of the rock-shelter-remnants of older, eroded deposits dated to 35-23 ka cal BP-and cultural remains of early Holocene antiquity. Below the upper levels affected by the mass loss of Late Pleistocene deposits, our deep-trench excavations uncovered evidence for an earlier hominin presence at the site. These findings include fossils of now-extinct proboscideans and other 'megafauna' in stratified context, as well as a cobble-based stone artifact technology comparable to that produced by late Middle Pleistocene hominins elsewhere on Sulawesi
    • …
    corecore