3 research outputs found

    Alur Kerja Video Editor di Divisi News Production Non-Bulletin Metro TV

    Get PDF
    Metro TV merupakan salah satu media yang mengalami digitalisasi media. Konvergensi ke media digital tidak terlepas dari internet yang kemudian melahirkan jurnalisme daring. Jurnalisme daring merupakan "generasi baru" dalam dunia jurnalistik sehabis munculnya jurnalisme konvensional, seperti jurnalisme media cetak dan jurnalisme media penyiaran (Romli, 2018, p. 15). Metro TV melakukan digitalisasi dengan membuat situs web metrotvnews.com dan juga memiliki berbagai media sosial, termasuk Instagram dengan nama pengguna @metrotv. Kebanyakan konten yang diunggah dalam akun Instagram Metro TV merupakan produk berita video. Berita video menawarkan cara yang penting bagi sebuah media untuk membedakan diri dari pesaing dan membangun loyalitas para konsumennya. Hal ini merupakan salah satu tuntutan dari konvergensi media di era digital ini. Penulis memilih untuk menjalankan praktik kerja magang di Metro TV karena reputasi Metro TV sebagai media nasional terpercaya yang mampu menghasilkan produk jurnalistik yang berkualitas dan akuntabel. Dengan bekerja sebagai peserta magang video editor di divisi News Production Non-Bulletin, penulis dapat menerapkan ilmu yang telah penulis pelajari di perkuliahan

    Investigative Journalism in The Era of Big Data: Audience Reception of “62 Menit Operasi Pembakaran Halte Sarinah” Video by Narasi.tv

    Get PDF
    Penelitian ini membahas tentang resepsi khalayak terhadap video "62 Menit Operasi Pembakaran Halte Sarinah" yang dibuat oleh tim investigasi Narasi.tv dan diunggah ke kanal Youtube Narasi Newsroom pada 28 Oktober 2020. Melalui teori konsep encoding-decoding Stuart Hall, penelitian ini akan terlebih dahulu menjelaskan pemaknaan yang dikemas oleh pembuat video, Arby Sumandoyo selaku produser video tersebut, dan juga pemaknaan yang didapatkan oleh para penonton atau khalayak umum. Para informan decoder merupakan masyarakat umum berumur 20-49 tahun--berdasarkan penetrasi penggunaan internet di Indonesia. Setelah pemaknaan dari encoder dan decoder telah didapatkan, penelitian ini akan menunjukkan di mana posisi khalayak tersebut setelah menonton video tersebut dan mengelompokkannya dalam tiga kategori: dominan-hegemonis, negosiasi, dan oposisi. Penelitian ini dijalankan secara kualitatif dengan metode analisis resepsi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara semi-terstruktur dengan ketujuh informan melalui pertemuan daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keenam informan decoder memiliki pandangan yang sama dan berada di posisi dominan-hegemonis walaupun mereka memiliki latar belakang yang berbeda-beda yang memiliki pengetahuan UU Cipta Kerja yang minim serta paparan terhadap topik dan pengalaman terkait demonstrasi yang juga minim

    Investigative Journalism in The Era of Big Data: Audience Reception of “62 Menit Operasi Pembakaran Halte Sarinah” Video by Narasi.tv

    Get PDF
    Penelitian ini membahas tentang resepsi khalayak terhadap video "62 Menit Operasi Pembakaran Halte Sarinah" yang dibuat oleh tim investigasi Narasi.tv dan diunggah ke kanal Youtube Narasi Newsroom pada 28 Oktober 2020. Melalui teori konsep encoding-decoding Stuart Hall, penelitian ini akan terlebih dahulu menjelaskan pemaknaan yang dikemas oleh pembuat video, Arby Sumandoyo selaku produser video tersebut, dan juga pemaknaan yang didapatkan oleh para penonton atau khalayak umum. Para informan decoder merupakan masyarakat umum berumur 20-49 tahun--berdasarkan penetrasi penggunaan internet di Indonesia. Setelah pemaknaan dari encoder dan decoder telah didapatkan, penelitian ini akan menunjukkan di mana posisi khalayak tersebut setelah menonton video tersebut dan mengelompokkannya dalam tiga kategori: dominan-hegemonis, negosiasi, dan oposisi. Penelitian ini dijalankan secara kualitatif dengan metode analisis resepsi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara semi-terstruktur dengan ketujuh informan melalui pertemuan daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keenam informan decoder memiliki pandangan yang sama dan berada di posisi dominan-hegemonis walaupun mereka memiliki latar belakang yang berbeda-beda yang memiliki pengetahuan UU Cipta Kerja yang minim serta paparan terhadap topik dan pengalaman terkait demonstrasi yang juga minim
    corecore