Merekontekstualisasi Tafsir Hukmi di Era Kontemporer

Tulisan ini menelaah lebih lanjut mengenai tafsir hukmi dengan menjelaskan sejarah kemunculan corak hukum dalam dunia tafsir al-Quran, batasan istilah pembahasannya, perdebatan para ulama serta contoh kitab-kitab tafsir bercorak hukum. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis berbasis penelitian kepustakaan dengan pendekatan sejarah dan tafsir. Temuan dari penelitian ini bahwa Tafsir Hukmi merupakan salah satu nuansa penafsiran yang menggunakan teori-teori dan pendekatan hukum. Sejarah kemunculan corak hukum ini sudah muncul pada masa Nabi SAW yang berkelanjutan hingga munculnya imam-imam madzhab sampai adanya  fanatisme madzhab. Adapun batasan istilah tafsir hukmi  mencakup pembahasan yang berkenaan dengan hukum-hukum syariat dalam al-Qur’an. Dalam praktik penafsiran bercorak hukmi ini tidak terlepas dalam perbedaan pandangan dalam istibath hukum, kitab-kitab tafsir bercorak hukum dapat ditemukan dalam Tafsir-tafsir yang bermadzhab seperti madzhab syi’ah imamiyah, syiah zaidiyah, tafsir bermadzhab maliki, hanafi, hanbali, syafi’i dan zahiri

Telaah Metodologis Kitab Tafsir Irsyad al-‘Aql al-Salim Ila Mazaya al-Kitab al-Karim Karya Abu al-Su’ud Al-‘Imadi

The purpose of this paper is to analyze Abu al-Su'ud Al-'Imadi's exegetical manual, Irsyad al-'Aql al-Salim ila Mazaya al-Kitab al-Karim, focusing on the manual's sources of interpretation (mashdar), techniques of interpretation (manhaj), and interpretation orientation (ittijah). The mufassir's life story, his scientific discoveries, and the context of the commentary's composition are all briefly covered. This method of research is qualitative and takes a literature-based approach. From the perspective of the source, Abu al-Su'ud Al-'Imadi's commentary Irsyad al-'Aql al-Salim ila Mazaya al-Kitab al-Karim falls into the category of interpretation bi al-Ra'yi; from the perspective of the method, it employs the tahlili; and from the perspective of the orientation, it includes the lughawi. Abu al-Su'ud al-'Imadi was a scholar who lived during the Ottoman Empire's golden age, when the population enjoyed economic success, political stability, and scientific advancement. This seems to be the driving force behind Abu al-interpretation Su'ud's from a linguistic perspective. His ardor for the Arabic language and literature, which has elevated him to the level of an expert in the field, is another important factor in the linguistic focus of his interpretations (lughawi)