1,240 research outputs found

    Intensitas Dan Waktu Estrus Pada Berbagai Paritas Induk Sapi Perah Fries Holland Pasca Partus

    Full text link
    Profile Intensity And Estrus Time In Various Parity Fries Holland Dairy Cattle Postpartum. Parity is a period in the reproductive cycle of cattle with an indication of the amount of carrier confinement livestock. Feliciano, et al, (2003) states that the parity is classified into three parts, namely: (1) nuliparous , (2) primiparous and (3) pluriparous / multiparous.This study used one-way classification design with the observed 90 cows post-partum is composed of 30 first parity, 30 second parity and 30 third parity. Time of estrus observation data were analyzed with General Linear Model (GLM) followed by Duncan Multiple Range Test (DMRT).This study used one-way classification design with the observed 90 cows post-partum was composed of 30 first parity, 30 second parity and 30 third parity. Data observation of estrus time were analyzed with General Linear Model (GLM) followed by Duncan Multiple Range Test (DMRT).It could be concluded that the parity I, II and III with two estrus intensity (+ +), each for 63.3%, 46.7% and 73.4% and third estrus intensity (+ + +) respectively amounted to 36.6%, 53.3% and 26.6%. While the second estrus postpartum in various parity indicates a difference in means that the parity gives effect to the second estrus postpartum. While the second estrus postpartum in various parity indicated a significance difference that the parity gave effect to the second estrus postpartum

    Studi Alih–fungsi Cfb Boiler Sebagai Pembangkit Co–generation

    Full text link
    Demo–plant CFB boiler 30 ton steam/hour is a granted equipments of cooperation program between BPPT and NEDO Japan in technological study area of CFB Boiler to utilize low–rank coal which functioned as steam consumption supply as well as electricity at production process system in Paper Mill of Basuki Rachmat – Banyuwangi. But outside calculation in the year of 1998, Indonesia occured economic crisis which result activity of construction which have 90% perforced to be discontinued, because PKBR as area owner and construction funder expressed have national debt, so that the asset taken over by BPPN. Since the project activities discontinued, various effort of project solving have been conducted, one of them, BPPT propose study of CFB Boiler displace function as steam and electricity generation (co–generation). In this paper, writer try to elaborate result of study giving 5 option, that is (1) Stand–alone power station, (2) Co–generation 1 (new steam turbine), (3) Co–generation 2 (new steam turbine+cooling tower), (4) Co–generation 3 (existing steam turbine) and (5) Co–generation 4 (existing steam turbine+cooling tower)

    Uji Kualitas Briket Kokas Ombilin Pada Proses Peleburan Besi Menggunakan Kupola

    Full text link
    Industri pengecoran besi skala kecil-menengah menggunakan kokas sebagai bahan bakar padat, reduktor serta bahan yang membantu dalam proses pengecoran besi untuk meningkatkan kandungan karbon besi cor. Sebagian besar konsumsi domestik kokas berasal dari impor, sehingga krisis ekonomi yang tak berkesudahan menyebabkan suplai kokas menjadi jarang. Pada achir tahun 2003 harga kokas meningkat dan mutu berfluktuasi. Briket kokas Ombilin diupayakan sebagai substitusi kokas impor. Proses pengecoran besi menggunakan dapur kupola di Koperasi Industri Pengecoran Logam Batur Jaya Ceper dilakukan. Uji mutu menyatakan rasio kokas produktif 1:14 dinyatakan cukup memuaskan

    Makna Gaya Hidup Tengah Malam Anak Muda Urban Di Branded Convenience Store Dan Café 24 Jam

    Full text link
    Saat ini menjamur toko-toko miniswalayan dan kafe cepat saji bermerek (branded conveniencestore & café) yang buka 24 jam, terutama di kota-kota besar di Indonesia. Dengan fasilitas sambunganinternet gratis dan tempat yang nyaman, tak ayal, anak-anak muda pun setiap malam menyemutbegadang menikmati waktu tengah-malam dengan membawa ‘peralatan' kerja seperti laptop atausekadar berkumpul mengobrol bersama teman-teman sampai pagi ditemani minuman dan makananringan. Gaya hidup begadang anak muda urban ini—yang penulis sebut sebagai midnight culture,sesungguhnya bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia, karena aktivitas begadang bersama kerapdijumpai di kompleks-kompleks pemukiman dan perkampungan warga. Namun, setelah media dan merek-merek mereproduksi dan mengomodifikasinya, midnight culture menjadi tren dalam wujud baru. Tulisan ini berusaha menginvestigasi dan menangkap makna-makna terkait gaya hidup begadang anak muda urban di branded café dan convenience store 24 jam. Menggunakan metode Pendahuluan Dalam suatu pengamatan partisipatoris, ketika malam beranjak semakin larut menunjuk waktu angka 12 lebih, lazimnya kehidupan malam, bukannya makin sepi, sebuah café minimarket yang terletak di Jalan Kaliurang Yogyakarta justru semakin kebanjiran pengunjung yang kebanyakan adalah anak muda.Beberapa pengunjung langsung menuju kasiruntuk memesan sebungkus rokok, sementarapengunjung lain langsung menuju rak pendinginproduk bir.Dalam pengamatan ini, terlihat pengunjungberikutnya menuju stand minuman hangatdan langsung menarik sebungkus merek kopilalu menuangkannya ke dalam gelas kertas danmenyeduhnya dengan air panas yang telah tersedia.Beberapa saat kemudian, setelah membayardi kasir, pengunjung itu menuju sebuah mejapanjang kosong di salah satu sudut interior minimarket.Ia mengeluarkan laptop dari tas jinjingnya.Sejak itu ia mulai sibuk dengan layar laptopsambil sesekali meminum kopinya.Pengunjung lain datang dan memenuhiruang duduk di samping pengunjung tersebut.Ia melakukan ritual serupa: mengeluarkanlaptop dari tas dan larut dalam keasyikan denganperangkat komputer lipatnya. Hingga menjelangsubuh, ruang duduk dan meja panjang yangtersedia telah dipenuhi pengunjung dengan gayaseragam: asyik dengan laptop, sebagian adayang menghidupkan wi-fi, dan ada memasangheadphone mendengarkan musik.Pertanyaannya adalah apa yang sedangdikerjakan anak-anak muda tersebut? Kecenderungangaya hidup seperti apakah yang disajikandalam kehidupan mereka? Apapun yangdikerjakan anak-anak muda itu seperti: mengerjakantugas, online chatting and browsing, atausekadar mendengarkan musik dari laptop sambilminum kopi, yang pasti fenomena ini menyadarkanakan hadirnya fenomena menarik yangseolah-olah memindahkan aktivitas siang hari kemalam hari, atau bisa jadi pula kesibukan nonstop24 jam di ruang publik.Lebih menarik lagi, beberapa merekmengafirmasi fenomena ini dengan memberikanvalue atau memfasilitasi konsumennya. Beberapameter dari minimarket, terdapat sebuah kafe donatyang memberikan fasilitas dan layanan 24jam serupa yang memungkinkan konsumennyaleluasa melakukan aktivitas tengah-malam.Hanya berjarak belasan meter dari kafetersebut pula, terdapat beberapa angkringanyang memberikan layanan tengah-malam kepadakonsumennya, namun fokus hanya layanankuliner. Jika ditarik lebih lebar, sudah bukanhal yang asing lagi ada iklan pusat perbelanjaanyang memberikan penawaran diskon belanjajustru di waktu tengah-malam. Fenomena inibiasa dikenal dengan sebutan midnight shoppingpromo.Aktivitas tengah-malam masyarakatsebetulnya bukan hal yang baru. Masyarakatmengenal kebiasaan ronda warga di kampungkampungdan kompleks Perumahan menengahke bawah. Namun aktivitas tersebut merupakanaktivitas ‘khas malam', yang memang lazimdilakukan hanya pada malam hari untuk menjagakeamanan kampung warga, dan itu pun dilakukanetnografi kritis, penulis menemukan bahwa begadang bagi anak muda urban merupakan ekspresidan aspirasi insomniak yang berkelindan dengan pleasure sosial, hasrat kesuksesan dan konstruksiidentitas. Wacana personal ini tidak terlepas dari kuasa wacana media dan sosial yang berkembangdi masyarakat, sementara secara ekonomi-politik, komodifikasi begadang oleh media dan merekmemberikan dampak yang signifikan bagi ‘kelangsungan hidup' media dan merek (convenience storedan café) tersebut

    Model Komunikasi Berasa dalam Komunikasi Pemasaran Studi Mengenai Iklan Ambient Media dalam Meraih Kepercayaan Khalayak Konsumen

    Full text link
    Semakin padat dan ramainya pesan-pesan komunikasi pemasaran di media konvensional, membuat banyak pengiklan kini mulai melirik cara-cara berkomunikasi melalui media yang tidak biasa. Salah satunya melalui iklan berbentuk ambient media. Tulisan ini berusaha menelaah bagaimana pola komunikasi iklan ambient media sebagai salah satu bentuk komunikasi pemasaran alternatif dalam meraih kepercayaan khalayak konsumen. Dengan menggunakan metode studi kasus, penulis menemukan bahwa iklan ambient media memiliki ciri khas yaitu mampu menyinergikan pesan dan pembuktian pesan melalui pengalaman khalayak konsumen dengan suasana yang mendukung, sehingga khalayak konsumen dapat langsung merasakan kebenaran pesan yang disampaikan. Pola komunikasi semacam ini penulis sebut sebagai Komunikasi Berasa atau Experiential Communication atau Ambient Communication. Berbeda dengan konsep “pengalaman” dalam marketing yang lebih berorientasi pada pengalaman terhadap “produk”, konsep “pengalaman” dalam Komunikasi Berasa lebih berorientasi pada pengalaman terhadap “pesan”. Sehingga dengan pengalaman langsung atau seketika (tanpa tertunda) terhadap pesan yang disampaikan secara sinergis, maka khalayak konsumen cenderung pula untuk langsung memercayai kebenaran pesan tersebut. Model Komunikasi Berasa yang merupakan pola komunikasi iklan ambient media ini dapat menjadi salah satu solusi di tengah semakin menipisnya kepercayaan khalayak konsumen terhadap janji-janji atau pesan iklan di media konvensional

    Demokrasi dalam Islam Pandangan Al-Maududi

    Full text link
    Abu al-A'la al-Maududi merupakan salah satu pemikir muslim dari kawasan anak benua, India dan Pakistan. Sebagai anak yang lahir dan dibesarkan dari keluarga terpelajar, Al-Maududi sejak kecil dididik dengan pendidikan agama disamping pendidikan umum, termasuk bahasa Arab dan Urdu. Karir Al-Maududi dimulai dari jurnalistik dan mencapai puncaknya sebagai pemimpin editor dua surat kabar kenamaan, yaitu Muslim dan al-Jami'ati ‘Ulama-i. Hind. Empat tahun kemudian ia menjadi pemimpin majalah Turjuman Al-Qur'an, yang berorientasikan kebangkitan al-Islam. Selain itu, Al-Maududi muda ini tertarik pula dengan persoalan politik. Ini dapat dimaklumi karena situasi dan suhu politik yang terjadi di negerinya, mau atau tidak mau, dan langsung atau tidak langsung, mempengaruhi dan mancuri perhatiannya. Berkat perkenalannya dengan Muhammad Ali, Muhammad Iqbal, dan aktivis lainnya, semakin mematangkan pembentukkan kedewasaan berfikir dan ketajaman analisisnya dalam soal politik. Oleh karena itu, dari tangannya lahir pemikiran politik Islam. Bagi al-Maududi, negara Islam adalah sesuatu yang mutlak diperlukan. Ajaran Islam yang serba mencakup itu tak dapat dipraktekkan tanpa negara Islam. Alasannya, negara memiliki otoritas dan kekuasaan politik yang diperlukan untuk merealisasikan ajaran agama. Niat mencari kekuasaan dalam rangka menegakkan agama Allah adalah amal saleh dan jangan dicampur adukkan dengan ambisi kekuasaan. Konsekuensi logis dari teori politik Islam tersebut. Al-Maududi mengajukan rumusan baru mengenai arti demokrasi yang dipersepsi oleh Barat selama ini. Bagi dia tidak seorangpun yang dapat mengklaim, memiliki kedaulatan. Pemilik kedaulatan yang sebenarnya adalah Allah dan selain Dia adalah hamba-Nya. Atas dasar itu, dia mengajukan istilah “theodemokrasi”, yaitu suatu pemerintahan demokrasi yang berdasarkan Ketuhanan, karena dalam pemerintahan ini, rakyat diberi kedaulatan terbatas di bawah wewenang Allah
    corecore