21 research outputs found

    Bioakumulasi Logam Berat Timbal (Pb) dan Hubungannya dengan Laju Pertumbuhan Ikan Mujair (Oreochromis Mossambicus)

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bioakumulasi logam berat timbal (Pb) dan hubungannya dengan laju pertumbuhan ikan Mujair (Oreochromis mossambicus). Penelitian ini meliputi uji pendahuluan penentuan konsentrasi PbCl2, persiapan ikan uji, uji AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometry), pengamatan pertumbuhan ikan dengan parameter yang diamati adalah panjang dan berat ikan.Hasil uji pendahuluan penentuan konsentrasi PbCl2 diperoleh nilai LC5096jam sebesar 313,232 mg/L. Variasi konsentrasi yang digunakan adalah 0%; 2,5%; 5%; dan 10% dari LC5096jam. Konsentrasi timbal (Pb) dan hari paparan mempengaruhi konsentrasi timbal (Pb) pada daging ikan dengan nilai p pada uji ANOVA two – way adalah 0,000 dan konsentrasi yang paling berpengaruh adalah konsentrasi 10%LC5096jam pada hari paparan ke – 30. Terkait laju pertumbuhan ikan semakin besar konsentrasi yang digunakan dan semakin lama paparan timbal, maka laju pertumbuhan (laju pertumbuhan spesifik dan laju pertumbuhan panjang harian ) menurun, sedangkan setelah dilakukan uji ANOVA one – way menurunnya laju pertumbuhan spesifik dan laju pertumbuhan panjang harian ternyata tidak dipengaruhi oleh kandungan logam berat timbal (Pb) yang ada di dalam daging ikan. Hal ini dapat diketahui dari nilai p uji ANOVA one – way pada laju pertumbuhan spesifik (SGR) adalah 0,453 dan nilai p pada laju pertambahan panjang harian sebesar 0,22

    Struktur Komunitas Polychaeta Kawasan Mangrove Muara Sungai Kali Lamong-Pulau Galang, Gresik

    Full text link
    Penelitian bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas Polychaeta pada kedalaman 0-5 cm, 5-10 cm, dan 10-15 cm pada 4 stasiun dengan dominasi mangrove Avicennia alba (M1), Bruguiera gymnorrhiza (M2), Rhizophora mucronata (M3), dan Sonneratia alba (M4) di kawasan mangrove muara sungai kali Lamong-pulau Galang. Parameter fisika kimia yang diukur meliputi suhu, pH, DO, salinitas, analisa granulometri (tipe sedimen) dan TOM (Total Organic Matter). Analisa data menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan metode ordinasi dengan menggunakan program Canoco for Windows 4.5. Hasil penelitian menunjukkan di kawasan mangrove muara sungai kali Lamong-pulau Galang ditemukan 7 jenis dari 7 famili Polychaeta. Jenis Polychaeta terbanyak adalah spesies Capitella sp. yang ditemukan di stasiun M1 pada kedalaman 5-10 cm, yaitu sebanyak 11 individu (47.5 %) dari total individu yang ditemukan. Polychaeta pada kawasan mangrove muara sungai kali Lamong-pulau Galang memiliki komposisi spesies yang berbeda di setiap stasiun dan kedalaman substra

    Struktur Komunitas Spons Laut (Porifera) di Pantai Pasir Putih, Situbondo

    Full text link
    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui komunitas spons laut (Porifera) yang terdapat di perairan Pantai Pasir Putih, Situbondo pada kedalaman 7 dan 14 meter. Data diambil bersama dengan parameter fisik perairan yang mendukung yaitu suhu, salinitas, kecerahan dan tipe substrat. Data spons laut diambil menggunakan metode transek kuadran dengan panjang transek 100 meter di setiap stasiun pengambilan sampel. Hasil dari data yang didapatkan dianalisis menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon - Wienner, Dominansi, Kemerataan Pielou, serta kesamaan komunitas Morisita – Horn. Distribusi spons laut dilihat menggunakan metode multivarian yang digambarkan dengan diagram ordinasi. Hasil dari observasi yang dilakukan diketahui bahwa terdapat 11 spesies porifera dengan nilai indeks keanekaragaman berkisar antara 1,17 – 2, 33 dan dominansi berkisar antara 0,15 – 0,35, sedangkan untuk kemerataan spesies berkisar antara 0,24 – 0,67. Spesies yang mendominasi di kedalaman 7 meter adalah Aaptos suberitoides sedangkan pada kedalaman 14 meter adalah Xestospongia testudinaria dan spesies yang tersebar merata di semua transek adalah Petrosia (strongylophora) corticat

    Bioakumulasi Logam Berat Kadmium (Cd) oleh Chaetoceros Calcitrans pada Konsentrasi Sublethal

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan Chaetoceros calcitrans dalam menyerap kadmium (Cd) pada konsentrasi sublethal. Penelitian ini menggunakan logam berat kadmium (Cd) yang dipaparkan pada fitoplankton uji selama 96 jam. Konsentrasi yang digunakan adalah konsentrasi sublethal (10% dari LC50), Analisa kandungan kadmium dilakukan pada seluruh tubuh Chaetoceros calcitrans dan air media pemaparan dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Chaetoceros calcitrans dapat menyerap logam berat kadmium (Cd) dari air media pemaparan setelah 96 jam yaitu sebesar 7,036; 7,385; dan 5,071 mg/g dw pada masing-masing konsentrasi 0,1; 0,2; dan 0,4 ppm. Sedangkan untuk kemampuan Chaetoceros calcitrans dalam mengakumulasi logam berat kadmium (Cd) ditunjukkan oleh nilai faktor biokonsentrasi (BCFs) pada masing-masing konsentrasi tersebut berturut-turut adalah 1000,515; 679,936; dan 120,106. Berdasarkan nilai BCFs tersebut Chaetoceros calcitrans termasuk dalam kategori sifat akumulatif sedang hingga tinggi. Hasil analisa one way ANOVA yang telah dilakukan, menunjukkan tidak adanya pengaruh antara konsentrasi kadmium dan nilai BCFs yaitu dengan P-value sebesar 0,617 pada Chaetoceros calcitran

    Keanekaragaman Burung di Beberapa Tipe Habitat di Bentang Alam Mbeliling Bagian Barat, Flores

    Full text link
    Kondisi kepulauan di kawasan Wallacea yang terisolasi oleh laut menyebabkan banyaknya burung dikategorikan endemik dan sebaran terbatas. Flores merupakan salah satu pulau yang menyumbang burung endemik terbanyak, dimana empat jenis diantaranya ditemukan di bentang alam Mbeliling. Penelitian di bentang alam Mbeliling bagian barat bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman burung pada empat tipe habitat yang berbeda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah transek, yaitu menjelajahi semua tipe habitat berdasarkan jalur yang terdapat di Desa Golomori. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman burung di habitat mangrove, savana dan kebun campuran termasuk tinggi dengan nilai indeks keanekaragaman 3,497; 3,324 dan 3,262. Sedangkan keanekaragaman burung di hutan hujan termasuk sedang dengan nilai indeks keanekaragaman 2,664, karena adanya Kakatua-kecil Jambul-kuning (Cacatua sulphurea) dengan jumlah yang mendominasi dibandingkan jenis yang lai

    Populasi Burung Jalak Bali (Leucopsar Rothschildi, Stresemann 1912) Hasil Pelepasliaran di Desa Ped dan Hutan Tembeling Pulau Nusa Penida, Bali

    Full text link
    Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dalam Red Data Book IUCN tahun 2012 dikategorikan sebagai satwa yang paling terancam punah (Critically Endangered). Pengurangan daerah jelajah dan ditambah lagi penangkapan burung secara ilegal untuk perdagangan ataupun sebagai burung peliharaan telah menurunkan jumlah populasi liarnya di alam sampai batas kritis terendah. Salah satu usaha konservasi ex situ terhadap Jalak Bali telah dilakukan oleh Friends of the National Parks Foundation (FNPF) yaitu pelepasliaran Jalak Bali di Pulau Nusa Penida untuk mencegah kepunahan Jalak Bali di alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi populasi dan penggunaan habitat Jalak Bali hasil pelepasliaran di Desa Ped dan Hutan Tembeling, Pulau Nusa Penida, Bali. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 28 Januari - 12 Februari 2013 di Hutan Tembeling dan Desa Ped, Pulau Nusa Penida, Bali. Lokasi pengamatan ditentukan berdasarkan observasi awal yaitu 6 stasiun di Hutan Tembeling dan sekitarnya serta 5 stasiun di Desa Ped. Sampling populasi Jalak Bali dilakukan dengan menggunakan metode terkonsentrasi (Purposive Random Sampling) dengan cara membuat plot imajiner berbentuk lingkaran dengan jari-jari Β±150 m selama maksimal 30 menit. Hasil penelitian menunjukkan Jalak Bali hanya ditemukan di Desa Ped sebanyak 25Β±2 ekor. Habitat Jalak Bali di Desa Ped mendiami wilayah sekitar Yayasan, Pura Dalem, Pura Puseh, Banjar Sental, dan Banjar Biaung. Jalak Bali memanfaatkan 29 spesies tumbuhan dari habitus semak hingga pohon. Jalak Bali di Desa Ped menggunakan sarang dari nest box dan sarang alami di Pohon Ancar dan Pohon Randu (Ceiba pentandra). Pohon Kelapa (Cocos nucifera) merupakan tumbuhan yang paling sering dimanfaatkan Jalak Bali di seluruh lokasi. Sedangkan Pohon Bunut (Ficus glabela) merupakan spesies yang paling bermanfaat bagi Jalak Bali sebagai tempat bertengger, mencari makan, dan bersaran
    corecore