7 research outputs found

    KARAKTERISTIK ATAP MASJID KUNA DI KALIMANTAN SELATAN

    Get PDF
    Kalimantan Selatan sebagai daerah yang sebagian besar penduduknya memeluk agama Islam, memiliki masjid yang tersebar di seluruh wilayah tersebut. Agama Islam sudah lama berkembang di Kalimantan Selatan, sehingga menyebabkan masjid yang ada sebagian di antaranya merupakan masjid kuna. Masjid-masjid kuna tersebut hampir semuanya sudah direnovasi sehingga ukuran luasnya bertambah. Salah satu bagian masjid kuna yang cukup unik adalah atap tumpang, baik tumpang dua maupun lebih dan ujungnya berbentuk meruncing ke atas.. Berdasarkan hal tersebut kemudian muncul pertanyaan, bagaimana.bentuk-bentuk atap masjid kuna di Kalimantan Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data karakteristik atap masjid kuna di Kalimantan Selatan, yang tersebar di berbagai tempat. Metode pengumpulan data dengan cara survei di lapangan, melakukan pendeskripsian,pemotretan dan pengambaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian masjid kuna meskipun sudah direnovasi masih mempertahankan bentuk atap tumpang asli, sebagian masih mempertahankan bentuk atap tumpang namun sudah ditambahi kemuncak kubah, dan sebagian lagi sudah berubah menjadi bentuk baru. Pada bagian tertinggi seringkali terdapat kemuncak yang disebut pataka Atap masjid kuna biasanya memiliki genteng yang dibuat dari kayu, dikenal dengan nama sirap

    Arsitektur Atap Masjid Di Kalimantan Selatan

    Get PDF
    Atap masjid kuna di Kalimantan berdasarkan berdasarkan bentuknya hampir semuanya mempunyai bentuk yang mirip satu sama lain. Kesamaan tersebut terutama terletak pada bentuk atap bertingkat yang dikenal dengan nama atap tumpang. Hampir semua atap atap tumpang terbuat dari sirap. Kemuncak hampir semuanya berbentuk kubah, kecuali pada beberapa masjid, misalnya Masjid Wasah Hilir yang puncaknya hanya berupa hiasan bunga-bungaan. Bentuk kubah juga bermacam-macam, yaitu bentuk kubah bawang, kubah bulat, kubah yang berbentuk seperti topi, dan kubah segi enam.The roofs of ancient mosques in Kalimantan based on their shape are almost all similar to each other. The similarity mainly lies in the form of multi-storey roofs known as overlapping roofs. Almost all overlapping roofs are made of shingle. The peaks are almost all in the shape of a dome, except in some mosques, such as the Wasah Hilir Mosque whose peaks are only in the form of flower arrangements. The shape of the dome is also varied, namely the shape of the onion dome, the round dome, the dome shaped like a hat, and the hexagonal dome

    Jurnal Arkeologi Siddhayatra Vol.6 No.1 Tahun 2001

    Get PDF
    Jurnal Arkeologi Siddhayatra edisi ini mengeluarkan beberapa artikel. Bambang Sugianto dengan judul "Siapa Pendukung Budaya Megalitik Pasemah?". Sedangkan Sondang M Siregar mengeluarkan tulisan "Tantrayana di Sumatera". Bambang Sakti Wiku Atmojo dengan tulisan "Inskripsi Huruf Arab pada Makam Para Raja di Kabupaten Berau dan Bulungan Kalimantan Timur". "auna Wajak-Gamping Kabupaten Tulungagung Jawa Timur" karya Dadan Mulyana. Terakhir M.Fadhlan S Intan dengan karyanya "Struktur Geologi Daerah Sumatera Selatan Bagian Barat dalam Kaitannya dengan Pemilihan Lokasi Situs-Situs Arkeologi"

    Jurnal Arkeologi Siddhayatra Vol.7 No.1 Tahun 2002

    Get PDF
    Dalam edisi kali ini, tulisan pertama Sondang M Siregar dengan judul "Topeng-Topeng Tanah Liat dari Candi Bumi Ayu 3". Tri Marhaeni membahas "Candi Tingkip di Kabupaten Musirawas Provinsi Sumatera Selatan: Sebuah Sumbangan Penelitian Arkeologi". Sedangkan Aryandini Novita mengemukakan "Pola Keletakan Kompleks Makam Sultan-Sultan Palembang". "Kajian Awal Keris Sebagai Senjata dan Perlambangannya pada Masa Kesultanan Palembang Darussalam" ditulis oleh Darmansyah. Tiga tulisan lain oleh Kristantina Indriastuti dengan judul "Pemukiman Prasejarah di Wilayah Sumatera Selatan dan Bengkulu Kajian Berdasarkan Pola Sebaran Kubur Tempayan". Sedangkan Retno Purwanti mengemukakan "Candi Angsoka dan Kesejarahannya". Terkahir, "Peranan Sungai Barito dan Anak-Anak Sungainya dalam Perdagangan dan Pelayaran di Kalimantan Selatan" karya Bambang Sakti Wiku Atmojo

    Arkeologi lahan basah di Sumatera dan Kalimantan

    Get PDF
    Buku ini diterbitkan Balai Arkeologi Palembang dimaksudkan untuk menelusuri dan mengungkap budaya masa lalu yang melakukan kegiatan hidup sehari-harinya di lahan basah. Buku ini disusun berdasarkan hasil laporan penelitian/kegiatan yang dilaksanakan oleh Balai Arkeologi Palembang dan Banjarmasin. Artikel dalam buku ini membahas kronologi tinggalan arkeologi di lahan basah baik di dataran rendah atau pesisir maupun pegunungan yang meliputi zaman prasejarah, klasik, Islam/kolonial dan masa kini khususnya tradisional. Tiga jenis hasil teknologi atau budaya khas lahan basah yang ditampilkan dalam buku ini adalah bangunan rumah panggung dan alat transportasi air berupa perahu serta bangunan air berupa kolam dan parit buatan. Temuan ini lah yang berkembang menjadi berbagai jenis bangunan yang ada pada beberapa suku bangsa di Indonesia serta mempunyai nama masing-masing sesuai bentuk dan fungsi. Begitupun juga dengan jenis perahu yang kemudian berkembang jenis-jenisnya seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Komuniti prasejarah yang bermukim di lahan basah di pegunungan ternyata mampu menghasilkan karya seni yang mengagumkan. Keberadaan lahan basah di dataran tinggi Pasemah tidak hanya mempengaruhi subsitensi atau perekonomian komuniti megalitik, tetapi juga hubungan antarkomuniti di kawasan tersebut. Dalam buku ini diungkapkan tinggalan arkeologis dari lahan basah yang menunjukkan aktivitas pertukaran barang, perdagangan atau interaksi antarmasyarakat pada masa lampau

    RAGAM HIAS PADA MAKAM RAJA-RAJA DI KALIMANTAN TIMUR

    No full text
    Penelitian ini membahas tentang ragam hias pada makam raja-raja di Kalimantan timur, dengan tujuan untuk mengetahui bentuk dan jenis dari ragam hias tersebut. Metode yang digunakan berupa pengumpulan data dan survei lapangan yang kemudian di kelompokkan dan dianalisis. Berdasarkan hasil analisis tersebut bahwa dengan berbagai bentuk dan jenisnya memiliki beberapa fungsi, yaitu estetis, religi dan untuk pemanfaatan ruang. Keberadaan karya seni dari para seniman memberikan sumbangan semarak perkembangan seni Islam di Kalimantan timur. Bentuk yang dihasilkan merupakan suatu kesinambungan estetik saja dan tidak harus menjadi suatu kesinambungan simbolik
    corecore