6 research outputs found

    Slum Tourism: Representing and Interpreting Reality in City

    Get PDF
    Slum areas are often seen in urban spatial policy gaps. The slum area becomes a dilemma, it portrays the unsuccessful management of a city area, on the other hand the reality of the city has the potential to become slum area tourism as an alternative attraction for tourism in urban areas.  Efforts made by stakeholders in terms of city management tend to ignore slum areas as a city reality that has never touched a solution to the problem. Slum areas with social problems require real solutions.  Through tourism in slum areas, residents innovate to represent and interpret their territory to find solutions for themselves. So far, studies on slum area tourism regarding how local residents represent and interpret their territory are still rare. Therefore, this study tries to look at the initiative to practice representation and interpretation of local residents in their area, and how stakeholders represent slum areas in their area through a qualitative study using a city tourism approach. Based on the results of data collection, a description of the situation of slum areas and their communities can practically represent themselve as the reality of the city and present themselve as part of the development of city tourism. By imaging the slum area, local people earn income from interacting with tourists who hope to get a complete experience of the city's tourist destinations they visit. On the other hand, local communities who are involved in the practice of representing slum area tourism indirectly criticize city management by displaying the contrast between slum area residents and tourists through digital media within the framework of local initiatives as a form of development participation

    Belajar dari pinggiran: replika program peningkatan literasi dasar siswa di kelas awal

    No full text
    Buku ini mengulas pengalaman INOVASI berkolaborasi dengan mitra di daerah (Bupati, Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah maupun guru) dalam menghadirkan proses pembelajaran berkualitas khususnya di kelas awal (kelas 1. 2. Dan 3) untuk meningkatkan kemampuan literasi dasar (membaca, menulis, dan berhitung) peserta didik. Kami pandang penting karena tanpa kemampuan literasi dasar tidak mungkin budaya baca akan tumbuh dan mutu pendidikan tidak mungkin pula dapat ditingkatkan

    Risalah Kebijakan Nomor 8, Juli 2021 : strategi adaptasi seniman dan pelaku Industri Kreatif di masa Pandemi COVID-19

    No full text
    Pusat Penelitian Kebijakan dalam kajian Dampak Sosial Ekonomi Pandemi COVID-19 terhadap Seniman dan Pelaku Industri Kreatif secara umum menyimpulkan bahwa kondisi pandemi telah menghambat praktik berkesenian dan industri kreatif. Di satu sisi, menurunnya konsumsi dan daya beli masyarakat terhadap karya-karya seni dan karya industri kreatif disebabkan oleh pergeseran prioritas kebutuhan masyarakat. Berdasarkan hasil temuan dari kajian terhadap strategi adaptasi seniman dan pelaku Industri Kreatif terdapat beberapa rekomendasi, yaitu: 1. Mendorong sinergi antarkementerian untuk mendukung penyediaan jaringan internet dan infrastruktur digital guna mengoptimalkan digital shifting 2. Pemerintah perlu menjadi fasilitator dan inisiator dalam hal manajemen ruang-ruang kreatif untuk mendukung terciptanya creative hub. 3. Mendorong kolaborasi ahli dan akademisi dengan para seniman dan pelaku industri kreatif untuk menggiatkan proses reinventing the trend

    Prosiding seminar hasil penelitian kebijakan pendidikan dan kebudayaan: kebijakan berbasis bukti untuk memperkuat kemerdekaan belajar dan ketahanan budaya di masa pandemi (Tahap I)

    No full text
    Seminar hasil penelitian kebijakan pendidikan dan kebudayaan ini bertujuan untuk mendiseminasikan hasil penelitian kebijakan pendidikan dan kebudayaan yang sudah dilakukan Puslitjak dan lembaga penelitian mitra. Topik hasil penelitian/kajian yang diseminarkan pada Seminar Hasil Penelitian Tahun 2020 ini meliputi:1.Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Pengajaran, 2.Afirmasi Akses dan Percepatan Wajib Belajar 12 Tahun, 3.Peningkatan Pengelolaan dan Penempatan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 4.Penjaminan Mutu, 5.Peningkatan Tata Kelola Pendidikan dan Kebudayaan, 6.Revitalisasi dan Aktualisasi Nilai Budaya dan Kearifan Lokal, 7.Perlindungan Hak Kebudayaan dan Ekspresi Budaya, 8.Peningkatan Budaya Literas, 9.Pendidikan di Masa Pandemi COVID-19, 10.Merdeka Belajar, 11.Pendidikan di Era Digital, 12.Peningkatan Akses dan Mutu Pendidikan Tinggi, dan 13.Pemajuan Kebudayaan

    KREATIVITAS & KEBANGSAAN: Seni Menuju Paruh Abad XXI - 36 Prosiding Seminar Dies Natalis ke-36 ISI Yogyakarta

    Get PDF
    Dalam suasana pandemi Covid-19 yang mendera seluruh negeri dan belahan dunia, ISI Yogyakarta pada 30 Mei 2020 merayakan Dies Natalis ke-36. Di tengah suasana keprihatinan, peringatan dies natalis diselenggarakan dengan cara yang sederhana dan sangat khusus, dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Sidang senat, laporan rektor, dan pidato ilmiah diselenggarakan secara terbatas tanpa tamu undangan. Demikian juga pembatasan dan pengalihan media terjadi di berbagai agenda dies natalis, seperti pameran, pergelaran, dan seminar akademik. Berbagai agenda tersebut merupakan penanda yang tidak terpisahkan dari setiap peringatan dies natalis karena juga sebagai bentuk refleksi dan pertanggungjawaban pencapaian institusi yang harus disampaikan kepada semua stake holder. Dies Natalis ke-36 ISI Yogyakarta tahun ini mengangkat tema “SDM Unggul: Kreatif, Inovatif, dan Berkebangsaan (Belajar dari Pandemi Corona)”. Adapun tema seminarnya adalah “Kreativitas dan Kebangsaan: Seni Menuju Paruh Abad XXI”. Tema ini diangkat sebagai respons atas berbagai kondisi nasional global dan sekaligus dengan merebaknya pandemi Covid-19 yang menghadang dengan persoalan multidimensinya. Dalam kondisi faktual penyiapan dan membangun SDM unggul merupakan keniscayaan untuk menghadapi perubahan zaman. Kreativitas merupakan modal utama dari berbagai produk yang dihasilkan oleh sumber daya manusia unggul. Demikian juga dalam tatanan kehidupan baru sekarang, tantangan inovasi sangat nyata dipengaruhi oleh teknologi informasi komunikasi dan digitalisasi. Perubahan tatanan kehidupan baru tersebut secara masif terjadi dalam setiap aspek kehidupan kita, yang secara fundamental implementasinya terlihat lewat interaksi sosial dan komunikasi, transaksi ekonomi, model produksi, wacana kebudayaan, produksi pengetahuan, dan juga pada paradigma seni yang baru. Tanpa kita sadari penguasaan teknologi informasi dan digitalisasi sekarang menjadi syarat mutlak untuk semua aktivitas produktif pada masa pandemi Covid-19 ini. Kita menjadi belajar berbagai inovasi tersebut sebagai perilaku “kenormalan baru” dari pandemi ini. Oleh karena itu, ISI Yogyakarta harus menatap masa depan secermat mungkin untuk merespons berbagai perubahan sosial dan kebudayaan tersebut. Dengan kompetensi pokok di bidang seni, ISI Yogyakarta bisa mengkaji berbagai hal yang terkait hubungan antarruang budaya, seni, dan nilai-nilai kreativitas. Menjadi penting dan mendesak juga, untuk mengaitkan semua kesadaran kreatif dan inovatif tersebut dalam ikatan nilai nasionalisme dan kebangsaan pada masa kegalauan pandemi ini. Untuk mendapatkan pemahaman antarwaktu bahkan permasalahan tersebut bisa dikaji selama paruh abad XXI, hubungan antarnilai-nilai tersebut menjadi penting untuk dikaji dan diajukan sebagai topik seminar menuju masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik. Dalam buku ini, persoalan kreativitas, kebangsaan, dan pandemi Covid-19 menjadi permasalahan yang banyak dikupas. Demikian juga ada banyak topik tentang seni dengan berbagai pendekatannya. Seni sebagai bagian yang inheren dalam kehidupan manusia, bisa memperindah dengan kedalaman dan ketajaman perspektif yang dipakai dalam menelaah kehidupan. Atau juga seni akan menunjukkan nilai kagunan-nya langsung untuk memberikan pemecahan dalam permasalahan kehidupan. Seni bisa menjadi strategi, mengubah persoalan menjadi peluang, mampu memberi hiburan, atau juga bisa menggugah kesadaran dan kreativitas baru pada setiap orang. Dalam persoalan lain, pandemi juga telah membongkar batas-batas geografi dan geopolitik antarnegara. Oleh karena itu, situasi internasional menjadi problem tersendiri, seperti halnya persoalan perang senjata hingga perang virus yang menjadi polemik berkepanjangan. Kondisi tersebut mengakibatkan makna pertalian antarbangsa menjadi sukar ditelisik dan diprediksi. Lebih jauh lagi kebutuhan pangan, sandang, transportasi, hingga pertahanan dan keamanan negara juga memerlukan kajian yang mendalam. Hal itu tentu juga berakibat pada makna isu kebangsaan. Dalam kondisi demikian, bagaimanakah kreativitas dan kesenian bisa menjadi bagian yang secara faktual memberikan pencerahan dan pemecahan masalah? Dengan memahami sejumlah persilangan bidang disiplin dan konteksnya, buku atau prosiding ini diharapkan bisa menginspirasi berbagai pemikiran dan kebijakan lembaga atau publik. Seberapa pun hasil yang diwujudkan dalam sebuah buku tentu akan tetap mempunyai nilai dan makna sosial. Sejumlah artikel yang mengungkapkan musik, teater, seni lukis, sejarah patung, batik, seni tradisi, atau persoalan festival yang terjadi di sejumlah kota yang terhubung dengan isu kebangsaan dalam buku ini akan bermanfaat untuk melihat jati diri bangsa. Sejumlah karya seni rupa, seni pertunjukan, dan seni media rekam karya mahasiswa dan dosen ISI Yogyakarta yang dikompilasi dalam buku ini juga ikut mewarnai opini dan berbagai pemaknaan di tengah pandemi ini. Dalam program seminar ini, panitia telah bekerja keras untuk mewujudkan tema tersebut secara menarik. Dalam kondisi pandemi Covid-19 ini, seminar tidak dilakukan secara langsung dalam pertemuan fisik, tetapi cukup diwujudkan dalam bentuk buku prosiding seminar. Program ini melibatkan banyak penulis dari sejumlah universitas di Indonesia dan beberapa dari luar negeri. Dalam buku ini terdapat sejumlah penulis utama, yaitu Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A. (Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia), Dr. Nasir Tamara (Ketua Umum Satupena), dan Farah Wardani, M.A. (kurator dan arsiparis). Di samping penulis utama, tersaji 53 penulis penyerta yang terkumpul dari ISI Yogyakarta dan sejumlah penulis dari beberapa perguruan tinggi lainnya, seperti Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Universitas Indonesia Jakarta, ITB, ISBI Bandung, dan perguruan tinggi lainnya. Selain itu, ada penulis dari University Technology Mara, Machang, Malaysia dan seorang penulis lulusan dari Museum Studies, School of Art and Science New York University. Disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua penulis utama dan para penulis penyerta sehingga buku prosiding seminar ini dapat terwujud dengan baik. Semoga kerja keras editor, para penulis, penerbit, panitia, serta kerja sama dengan berbagai pihak dan universitas akan menjadi inspirasi dan semangat bagi ISI Yogyakarta dan seluruh sivitas akademika. Demikian juga dengan peluncuran buku ini pada hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75, semoga dapat menjadi semangat untuk kita dan generasi mendatang dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air. Terima kasih dan salam budaya
    corecore