32 research outputs found
Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Tentang Stunting dan Gizi Balita di Desa Rogomulyo Kecamatan Kaliwungu
Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia.Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek memilikiprevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dangemuk. Prevalensi balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi29,6% pada tahun 2017 angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan target batasan WHO yaitu < 20%. Tujuan dari Kegiatan Ini adalah Mengetahui Perbedaan Pengetahuan tentang Stunting dan Gizi Sebelum dan sesudah diberikan Penyuluhan. Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat ini dilaksanakan menjadi beberapa tahap yaitu Tahap pertama yaitu screening stunting melalui penimbangan kepada 320 balita yang ada di rogomulyo, Tahap Kedua Memberikan kuesioner tentang stunting dan gizi pada balita dilanjutkan penyuluhan kepada orang tua balita yang mengalami dicurigai stunting, dan ibu hamil yang berada di wilayah kerja desa rogomulya. Tahap ketiga Memberikan kuesioner tentang stunting dan gizi balita setelah dilakukan penyuluhan. Hasil dari pengabdian Masyarat ini adalah ada perbedaan pengetahuan tentang stunting dan Gizi Ibu hamil sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan di Desa Rogo Mulyo Kecamatan Kaliwungu. Menambahkan kegiatan di desa rogomulyo kecamatan kaliwungu dalam rangka menurunkan angka kejadian stunting selain penyuluhan pengetahuan misalnya kerja sama di pukesmas untuk Deteksi dini resiko Stunting pada balita dan ibu hamil
Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Tes HIV
Penularan HIV dari ibu ke anak semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah perempuan terinfeksi HIV, baik tertular oleh pasangan maupun karena perilaku yang berisiko. Integrasi tes HIV ke dalam pemeriksaan rutin kehamilan/ antenatal terpadu merupakan salah satu upaya agar cakupan tes HIV pada ibu hamil meningkat selain dapat mengurangi stigma terhadap HIV. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu hamil yang meliputi umur, pendidikan dan pekerjaan dengan perilaku tes HIV. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Desa Gebugan Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. Jumlah subjek penelitian yang digunakan sebanyak 34 subjek dengan teknik pengambilan total sampling, analisis data bivariat menggunakan Chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dan pendidikan dengan tes HIV dengan p value 0,15 dan 0,96, dan ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan perilaku tes HIV dengan p value 0,03. Disarankan agar dilakukan mobile VCT ke desa agar target tes HIV pada kunjungan ibu hamil pertama dapat tercapai
Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Tes HIV
Penularan HIV dari ibu ke anak semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah perempuan terinfeksi HIV, baik tertular oleh pasangan maupun karena perilaku yang berisiko. Integrasi tes HIV ke dalam pemeriksaan rutin kehamilan/ antenatal terpadu merupakan salah satu upaya agar cakupan tes HIV pada ibu hamil meningkat selain dapat mengurangi stigma terhadap HIV. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu hamil yang meliputi umur, pendidikan dan pekerjaan dengan perilaku tes HIV. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Desa Gebugan Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. Jumlah subjek penelitian yang digunakan sebanyak 34 subjek dengan teknik pengambilan total sampling, analisis data bivariat menggunakan Chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dan pendidikan dengan tes HIV dengan p value 0,15 dan 0,96, dan ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan perilaku tes HIV dengan p value 0,03. Disarankan agar dilakukan mobile VCT ke desa agar target tes HIV pada kunjungan ibu hamil pertama dapat tercapai
Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Tentang Stunting dan Gizi Balita di Desa Rogomulyo Kecamatan Kaliwungu
Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia.Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek memilikiprevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dangemuk. Prevalensi balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi29,6% pada tahun 2017 angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan target batasan WHO yaitu < 20%. Tujuan dari Kegiatan Ini adalah Mengetahui Perbedaan Pengetahuan tentang Stunting dan Gizi Sebelum dan sesudah diberikan Penyuluhan. Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat ini dilaksanakan menjadi beberapa tahap yaitu Tahap pertama yaitu screening stunting melalui penimbangan kepada 320 balita yang ada di rogomulyo, Tahap Kedua Memberikan kuesioner tentang stunting dan gizi pada balita dilanjutkan penyuluhan kepada orang tua balita yang mengalami dicurigai stunting, dan ibu hamil yang berada di wilayah kerja desa rogomulya. Tahap ketiga Memberikan kuesioner tentang stunting dan gizi balita setelah dilakukan penyuluhan. Hasil dari pengabdian Masyarat ini adalah ada perbedaan pengetahuan tentang stunting dan Gizi Ibu hamil sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan di Desa Rogo Mulyo Kecamatan Kaliwungu. Menambahkan kegiatan di desa rogomulyo kecamatan kaliwungu dalam rangka menurunkan angka kejadian stunting selain penyuluhan pengetahuan misalnya kerja sama di pukesmas untuk Deteksi dini resiko Stunting pada balita dan ibu hamil
Penerapan Hypnobreastfeeding pada Ibu Menyusui
Angka Kematian Bayi masih tinggi di Indonesia. Menyusui eksklusif dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas pada bayi. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang mencukupi seluruh kebutuhan bayi secara fisik, psikologi, sosial dan spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan, faktor pertumbuhan serta anti alergi. Produksi ASI kurang merupakan keluhan paling sering diungkapkan oleh ibu menyusui dan penyebab kegagalan pemberian ASI eksklusif. Kegagalan yang dirasakan ibu dapat menyebabkan stres yang memengaruhi hipotalamus dan kelenjar hipofisis dalam mengekspresikan Adreno Corticotropic Hormone (ACTH). Hal ini memengaruhi hormon adrenalin dan kortisol. Ketika jumlahnya hormon kortisol tinggi, produksi ASI akan terhambat. Hypnobreastfeeding merupakan teknik relaksasi membantu kelancaran proses menyusui secara holistik yang memperhatikan mind, body and soul ibu menyusui. Hypnobreastfeeding membuat ibu lebih rileks, tenang, dan nyaman selama menyusui sehingga muncul umpan balik positif yaitu peningkatan pelepasan oksitosin dan prolaktin oleh hipofisis. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan kadar hormon prolaktin sebelum dan sesudah penerapan hypnobreastfeeding pada ibu menyusui. Penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental) dengan One Group Pre-test dan Post-test Design. Sampel dalam penelitian adalah 10 ibu menyusui. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan kadar prolaktin sebelum dan sesudah hypnobreastfeeding. Berdasarkan hasil penelitian hypnobreastfeeding dapat menjadi intervensi untuk ibu menyusui agar berhasil dalam menyusui secara eksklusif
Metode Snowball Throwing Sebagai Upaya Untuk Mencegah Kolic Pada Bayi Di Wilayah Rw 2 Desa Karanggeneng Kelurahan Sumurrejo Kecamatan Gunungpati Semarang
The task of developing a baby starts from the first day of birth. Comprehensive and quality development of children development through stimulation activities, detection and early intervention of toddlers' growth and development deviations carried out at a critical time. Performing adequate stimulation means stimulating the brain of the infant under five so that the development of the ability to move, speak and language, socialization and independence of the toddler takes place optimally according to the child's age. One of the methods used to stimulate this development is by using the baby massage & spa method (Ministry of Health, 2011).Massage therapy is a form of therapy using systematic gentle touch, which is focused on certain parts of the body or as a whole with the aim of healing / therapy. The purpose of this activity is increasing knowledge of mothers who have babies and increasing the knowledge of health cadres about massage therapy in overcoming abdominal colic.Community Service will be carried out in 3 stages, namely the First Stage Conducting socialization about infant massage as an effort to prevent abdominal colic in infants and demonstrating infant massage to prevent colic and conducting socialization on alternatives to colic prevention by utilizing natural ingredients. Second Stage Assisting cadres to perform colic massage Correctly The third stage evaluates the delivery of information using the sowball throwing method and evaluates the implementation of infant massage to prevent abdominal colic With this activity, it is hoped that mothers who have babies and health cadres will understand about massage therapy as a prevention of abdominal colic.ABSTRAKTugas perkembangan bayi dimulai sejak hari pertama kelahiran. Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita dilakukan pada masa kritis. Melakukan stimulasi yang memadai artinya merangsang otak bayi balita sehingga perkembangangan kemampuan gerak, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian balita berlangsung secara optimal sesuai dengan umur anak. Salah satu cara yang digunakan untuk merangsang perkembangan tersebut dengan menggunakan metode baby massage & spa (Depkes, 2011). Massage therapy adalah suatu bentuk terapi dengan menggunakan sentuhan lembut yang sistematik, yang difokuskan pada bagian tubuh tertentu atau secara keseluruhan dengan tujuan untuk penyembuhan/terapi. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan ibu yang memiliki bayi serta meningkatkan pengetahuan kader kesehatan tentang massage therapy dalam mengatasi kolik abdomen. Pengabdian Masyarakat akan dilaksanakan dalam 3 tahap yaitu Tahap Pertama Melakukan sosialisasi tentang pijat bayi sebagai upaya pencegahan terjadinya kolik abdomen pada bayi serta mendemontrasikan pijat bayi untuk mencegah kolik dan melakukan sosialisasi tentang alternative pencegahan kolic dengan pemanfaatan bahan alam Tahap Kedua Melakukan pendampingan kader untuk melakukan pijat kolik dengan benar Tahap Ketiga melakukan evaluasi terhadap penyampaian informasi dengan metode sowball throwing dan evaluasi pelaksanaan pijat bayi untuk mencegah kolik abdomen  Dengan kegiatan ini diharapkan ibu-ibu yang memiliki bayi dan kader kesehatan memahami tentang massage terapi sebagai pencegahan terjadinya kolik abdomen
Pendidikan Kesehatan Tentang Generasi Berencana (GenRe) di SMK Kesdam IV/ Diponegoro Magelang
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun, mengingat pengertian remaja adalah masa peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka akan sulit menentukan batas umurnya, terjadi perubahan tanda-tanda kedewasaan. Masalah kesehatan yang terjadi pada remaja berkaitan dengan perilaku yang berisiko, yaitu merokok, minum minuman beralkohol, penyalahgunaan narkoba, dan melakukan hubungan seksual pranikah. Menanggulangi masalah pada remaja Pemerintah lewat BKKBN memiliki program yaitu Generasi Berencana (GenRe) yang mempromosikan program program Keluarga Berencana sejak dini bagi kaum remaja. Generasi Berencana (GenRe) pula remaja akan diberikan informasi tentang pentingnya kesehatan reproduksi, keterampilan dan kecakapan hidup, pelayanan konseling dan rujukan KRR untuk mewujudkan Tegar Remaja dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia sejahtera. Sampel dalam Siswa Kelas XII di SMU Kesdam Magelang sebanyak 72 Responden. Penelitian dimulai Mengukur Pre test memberikan Kuesioner Pengetahuan Genre diberikan pendidikan Kesehatan tentang Genre dan Setelah Itu diukur lagi untuk post testnya dengan menggunakan Kuesioner pengetahuan Post Test. Analisa Data menggunkan uji Wilcoxon. Ada Peningkatan Pengetahuan Pengetahuan remaja tentang Generasi Berencana (Genre) setelah diberikan pendidikan kesehata
Hypnobreastfeeding dan Kualitas Tidur pada Ibu Menyusui
Masa nifas adalah masa adaptasi ibu setelah hamil dan persalinan. Adaptasi ini menyebabkan perubahan yang dapat menjadi ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan yang dapat dialami diantaranya kecemasan dalam menyusui dan gangguan tidur. Tantangan ibu menyusui adalah ibu merasa ASI-nya tidak cukup untuk bayinya sehingga menjadi penghambat dalam menyusui. Menyusui dapat menyebabkan gangguan pada kebutuhan istirahat ibu selama periode postpartum. Masalah tersebut muncul disebabkan ibu sering terbangun dikarenakan bayi menangis, bayi tidur tidak nyenyak, dan proses menyusui. Pada saat postpartum, ibu membutuhkan istirahat ataupun tidur yang mencukupi. Cara untuk mengatasi gangguan/masalah istirahat pada ibu nifas dan menyusui dapat dengan terapi non farmakologi. Salah satu yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan modifikasi perilaku dan lingkungan yaitu memberikan sugesti melalui hipnoterapi. Hipnoterapi yang bisa diberikan untuk ibu di masa nifas dan menyusui yaitu hypnobreastfeeding. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sebelum dan setelah hypnobreastfeeding terhadap kualitas tidur pada ibu menyusui. Metode penelitian menggunakan eksperimen semu dengan rancangan One Group Pre-test dan Post-test, sebanyak 30 responden ibu menyusui. Pengukuran kualitas tidur menggunakan kuesioner PSQI. Normalitas data menggunakan Shaprowilk (sampel < 50) didapatkan p-Value (0,001) < 0,05, sehingga untuk analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil olah data dengan Uji Wilcoxon didapatkan nilai p value (0,006) kurang dari 0,05 yang berarti ada perbedaan kualitas tidur ibu menyusui sebelum dan sesudah diberikan hypnobreastfeeding. Hypnobreastfeeding merupakan pemberian sugesti. Proses tersebut dengan cara memberikan stimulasi ke otak untuk melepaskan neurotransmitter/senyawa kimiawi yang terdapat di otak, enchephalin dan endorphin berfungsi dapat meningkatkan perasaan bahagia sehingga mengubah penerimaan seseorang terhadap kondisi yang dialami saat ini
Meningkatkan Kesehatan Fisik dan Kesehatan Mental Anak dengan Yoga di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
The condition of the Covid-19 Pandemic will affect social restrictions, including small groups, namely families and children. This change will affect the daily life of the child, namely physical activity and mental health in the child because it changes too fast. These social restrictions make children bored because they have to stay at home and not interact with their friends. A study says the problems that often arise when having to stay at home or stay at home are stress, increased sensitivity in children, temper tantrums. spoiled and not independent One easy method to overcome problems in children in the adaptation of new habits through child yoga. Yoga. This community service helps children to improve their physical abilities and optimal emotional abilities. This stage in community service consists of, stage 1, which is looking for groups of school-age children who will be the targets of implementing children's yoga activities. Stage 2 is the implementation of children's yoga practice activities which are carried out for one month and are divided into 4 sessions. Stage 3 is the children's testimony after doing the children's yoga postures.Yoga is very useful for helping children in facing the adaptation period of new habits by doing physical exercise with yoga where yoga can improve physical and mental health in children. Yoga is done in a fun way because children are invited to play and develop their imagination in doing yoga postures.AbstrakKondisi Pandemi Covid-19 ini akan berpengaruh kepada pembatasan sosial masyarakat termasuk kelompok kecil yaitu keluarga dan anak. Perubahan ini akan berpengaruh pada keseharian anak yaitu aktivitas fisik dan kesehatan jiwa pada anak karena terjadi perubahan terlalu cepat. Pembatasan sosial ini membuat anak menjadi bosan karena mereka harus berdiam di rumah dan tidak berinterkasi dengan teman-temanya. Sebuah penelitian mengatakan problema yang sering muncul ketika harus stay at home atau tinggal di rumah adalah stress, sensitifitas pada anak meninggi, temper-tantrum. manja dan tidak mandiri. Salah satu metode yang mudah untuk mengatasi masalah pada anak di masa adaptasi kebiasaan baru melalui yoga anak. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk membantu anak meningkatkan kemampuan fisik dankemampuan emosianal secara optimal. Tahapan dalam pengabdian masyarakat ini terdiri dari, tahap 1 yaitu mencari kelompok anak usia sekolah yang akan menjadi sasaran pelaksanaan kegiatan yoga anak. Tahap 2 yaitu pelaksanaan kegiatan praktek yoga anak yang dilakukan selama satu bulan dan dilakukan 4 sesi setiap akhir minggu. Tahap 3 yaitu testimoni anak-anak setelah melakukan postur yoga anak.Yoga sangat bermanfaat untuk membantu anak-anak dalam menghadapi masa adaptasi kebiasaan baru dengan melakukan olah fisik dengan yoga dimana yoga mampu meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada anak. Yoga dilakukan secara menyenangkan karena anak diajak untuk bermain, dan mengembangkan imajinasinya dalam melakukan postur yoga
TUMBUH KEMBANG OPTIMAL DENGAN STIMULASI PERKEMBANGAN PADA BALITA
 Perkembangan Bayi/Balita seharusnya sesuai dengan tahapan perkembangan. Stimulasi perkembangan hendaknya dilakukan secara rutin sehingga bayi/balita tidak mengalami keterlambatan. Jumlah Bayi/Balita di Kelurahan Candirejo per Oktober 2017 adalah 345 anak. Terdapat 5 posyandu dengan 25 kader posyandu. Kader dan orang tua bayi balita kurang mengetahui tahapan perkembangan dan stimulasi perkembangan yang harus dilakukan. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah memberikan penyuluhan tentang stimulasi perkembangan pada balita sesuai dengan tahapan perkembangan. Metode kegiatan dilakukan dengan dua tahap yaitu penyuluhan tentang stimulasi perkembangan bayi/balita pada kader posyandu dan pelaksanaan stimulasi perkembangan oleh orangtua. Sasaran kegiatan ini adalah kader posyandu Kelurahan Candirejo dan orangtua/pengasuh. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan kaderPosyandutentang stimulasi perkembangan dan kartu kendali.Hasil kegiatan ini yaitu adanya peningkatan rata-rata pengetahuan kader tentang stimulasi perkembangan sebanyak 2 angka dengan nilai minimal 6 dan maksimal 10. Stimulasi yang harus dilakukan oleh orangtua/pengasuh sebagian besar pada aspek bahasa dan personal sosial. Orangtua/pengasuh melakukan stimulasi perkembangan setiap hari. Diharapkan kader Posyandu selalu memberikan penyuluhan stimulasi sesuai dengan tahapan perkembangan dan melaporkan ke bidan desa apabila menemukan keterlambatan perkembangan pada balita di wilayah Posyandunya. Orangtua/pengasuh disarankan untuk selalu melakukan stimulasi perkembangan sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Kata Kunci : Stimulasi Perkembangan, Kader Posyandu, Bayi/Balit