8 research outputs found

    Peningkatan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Melalui Penerapan Model Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah Di Kabupaten Pesawaran, Lampung

    Full text link
    One of maintain self-sufficiency is programs realized through the implementation of field school of integrated crops management (SLPTT) target increased quality rice with rice cultivation techniques, increased cropping intensity and productivity of rice. This research was conducted at SLPTT locations of Pesawaran regency (4 district), Lampung Province, from May until September 2010. The number of observed samples consisting of 180 units such as LL VUB (Field Laboratory of New Superior Variety) location is 60 units, LL non VUB location is 60 units and non SLPTT location is 60 units. The treatment applied SLPTT LL VUB is PTT (ICM) model such as superior verieties (Inpari 1, Inpari 7, Inpari 9 and Cigeulis), jajar legowo planting system (2:1 and 3:1), and site-specific fertilizer recommendation (Ministry Agriculture recommendation), and application pattern field school (PFS). At the SLPTT LL non VUB location, treatment applied was Ciherang variety and fertilizer dose of local farmers (specific location), while non SLPTT location adapted to the habits of farmers. Data collected were production cost, yield components, and farming system problems. The results showed that the average productivity of paddy at the SLPTT LL VUB location is 7.174 kg/ha, SLPTT non VUB 6.737 kg/ha and non SLPTT 4.587 kg/ha. Use of new superior varieties (VUB) increased productivity by 8,85% compared with SLPTT non VUB and 47,13% compared with non SLPTT. Farmer income in SLPTT LL VUB locations is Rp.17.410.000,-/ha (R/C=3,15), SLPTT LL non VUB location Rp.13.488.806,-/ha (R/C=2,46) and non SLPTT location Rp.9.885.625,-/ha (R/C=2,34). Through the application of VUB in SLPTT location can increase farmers' income 29,07% to 76,12%

    Analisis Fungsi Produksi USAhatani Ubikayu Dan Industri Tepung Tapioka Rakyat Di Provinsi Lampung

    Full text link
    Objectives of agricultural development are production of quality products, supply of industrial rawmaterials, and labor employment. The products are agribusiness oriented to improve efficiency, effectiveness, andvalue added. Final target of the activity is farmers' income increase through availabilities of capital, labor,institutional factors, and infrastructures. This study aimed at analyzing production function affecting cassava farmbusiness and community tapioca industry (Ittara). The study was carried out in Central and Eastern Lampungdistricts from February to April 2002. Total respondents were 200 farmers of non-Ittara and Ittara villages. Therewere 20 Ittara samples which were stratified by sources of capital, namely community self reliance, private, andgovernment. results showed that factors affecting cassava farm business were land area, SP-36 fertilizer, labor, andlocation of farm business. Specifically in Ittara villages, cassava farm business was affected by land area (0.25 –0.5 hectare), seedling (15,600 stakes/hectare), urea fertilizer (200 kgs/hectare), and SP-36 (100 kgs/hectare). Innon-Ittara villages, the farm business was affected by land area (0.5 hectare), and KCl (100 kg/hectare).Production of Ittara was influenced by volume of raw material of cassava processed (5,600 tons/year) and volumeof diesel fuel applied. Value added of cassava processed into tapioca was Rp 57.91/kg.Key words: production function, agribusiness, cassava, Lampung. Pembangunan sektor pertanian dalam arti luas ditujukan untuk menghasilkan produk-produk unggulan,menyediakan bahan baku bagi keperluan industri, dan memperluas kesempatan kerja. Produk-produk tersebutberbasiskan pada agroindustri dan agribisnis yang tangguh yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi,efektivitas, dan nilai tambah. Sasaran akhir dari aktivitas tersebut adalah meningkatkan pendapatan petani yangdidukung oleh ketersediaan modal, tenaga kerja, faktor kelembagaan serta sarana dan prasarana lainnya. Penelitianini bertujuan untuk menganalisis fungsi produksi yang mempengaruhi USAhatani ubikayu dan industri tepungtapioka rakyat (Ittara) di Provinsi Lampung, serta analisis nilai tambah ubikayu menjadi tepung tapioka. Penelitiandilakukan di Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur, mulai bulan Pebruari dan April 2002. Jumlahpetani responden adalah 200 orang dengan stratifikasi lokasi desa Ittara dan non Ittara. Sedangkan pabrik Ittarayang menjadi objek penelitian berjumlah 20 yang distratifikasi berdasarkan sumber permodalan yakni swadayamasyarakat, bantuan swasta, dan bantuan pemerintah. Data dan informasi yang digunakan adalah data primermelalui kuisioner dan wawancara ke petani dan pemilik Ittara, meliputi biaya produksi USAhatani ubikayu danbiaya produksi Ittara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum faktor-faktor yang mempengaruhiproduksi USAhatani ubikayu di Provinsi Lampung adalah luas lahan, jumlah pupuk SP-36, jumlah tenaga kerja, danlokasi USAhatani. Secara eksplisit pada lokasi Ittara, USAhatani ubikayu dipengaruhi oleh luas lahan (0,25 – 0,5 ha),jumlah bibit (15.600 batang/ha), jumlah pupuk urea (200 kg/ha), dan jumlah pupuk SP-36 (100 kg/ha). Sedangkanpada lokasi non Ittara USAhatani ubikayu dipengaruhi oleh luas lahan (0,5 ha), dan jumlah pupuk KCl (100 kg/ha).Produksi Ittara dipengaruhi oleh jumlah bahan baku ubikayu yang digunakan (5.600.000 kg/tahun) dan jumlahminyak solar yang dipakai dalam proses produksi. Nilai tambah yang diperoleh per kg ubikayu yang diolahmenjadi tapioka adalah Rp 57,91

    Karakterisasi Sifat Fisik dan Kimia Beberapa Jenis Biji Kakao Lindak di Lampung

    Full text link
    Biji kakao dibedakan menjadi jenis kakao mulia (fine cocoa) dan jenis kakao lindak (bulk cocoa). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik dan kimia biji kakao lindak di Lampung. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2009 di Laboratorium Uji BPTP Lampung dan laboratorium THP Politeknik Negeri Lampung.Digunakan 4 jenis buah kakao lindak yakni buah kakao dengan (1) warna kulit merah dan tekstur kulit kasar; (2) warna kulit merah dan tekstur kulit halus; (3) warna kulit hijau dan tekstur kulit kasar; dan (4) warna kulit hijau dan tekstur kulit halus. Pengamatan dilakukan terhadap rendemen, jumlah biji per buah, berat 100 biji kering, kriteria umum, dan kriteria khusus. Data dianalisis dengan uji DMRT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah kakao dengan warna kulit hijau dan tekstur kulit kasar, menghasilkan rendemen, jumlah biji per buah, dan berat 100 biji tertinggi dibandingkan dengan jenis kakao lindak lainnya. Berdasarkan kriteria khusus, biji kakao tersebut sesuai dengan SNI No. 01-2323-2002, dan masuk dalam kelas mutu II AA. Buah kakao dengan warna kulit merah dan tekstur kulit halus menghasilkan kandungan protein dan lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kakao lindak lainnnya

    Analisis Keunggulan Kompetitif Ubi Kayu Terhadap Jagung Dan Kedelai Di Kabupaten Lampung Tengah

    Full text link
    Cassava is widely developed in Lampung province, because of high adaptability, easily cultivated, smallest risk of failure, and high price. The objective of the study is to analyze on-farm competitive advantage of casava farming system compared to maize and soybean farming systems. The activities were conducted at Central Lampung District from April 2012 to February 2013. The primary data were obtained from 90 farmers as main respondents through structured survey with direct interviews using structural questionnair. Secondary data were obtained from the office of relevant agencies and Statistic of Lampung Province. Financial analysis and competitive advantage analysis were exercised to measure the competitive advantage of cassava with respect to other secondary crops. The results showed that cassava farming more profitable than maize and soybean on farm income of Rp.21.109.000/ha and R/C of 2,91 compared to maize on farm income Rp.15.935.000 and R/C of 2,01 and soybean farm income of Rp.5.187.800/ha and R/C of 1,48. Cassava farming system will be competitive compared to maize and soybean farming on the productivity at least 34.567 kg/ha and 20,788 kg/ha and cassava price at least IDR 654/kg and IDR 394/kg

    Pengaruh Pengelolaan Faktor Internal USAhatani Terhadap Produktivitas Lada Di Provinsi Lampung / the Effect of Internal Farming Management Factors on the Pepper Productivity in Lampung Province

    Full text link
    Luas area dan produksi lada di Provinsi Lampung terus berkurang dari tahun ke tahun dan terancam punah jika tidak segera dilakukan penanganan secara serius. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengelolaan faktor internal USAhatani terhadap produktivitas lada di Provinsi Lampung yang diharapkan dapat memberikan manfaat dalam penyusunan kebijakan pengembangan lada ke depan . Penelitian dilakukan di Kabupaten Lampung Utara, Lampung Timur, dan Way Kanan, mulai bulan Maret sampai Desember 2014. Kajian ini menggunakan metode survei dan wawancara dengan bantuan kuisioner terstruktur dengan jumlah petani sampel 180 orang yang distratifikasi berdasarkan: a) petani yang pernah menanam lada tetapi saat ini tidak lagi menanam lada; b). petani yang menanam lada dengan introduksi t eknologi minimal (konvensional dan seadanya); dan c) petani lada yang menanam lada dengan rekomendasi paket teknologi Badan Litbang Pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan faktor internal USAhatani lada yang mempengaruhi produksi lada di Lampung adalah luas areal, pemupukan NPK Phonska, pemupukan SP36, dan penerapan pola tanam lada monokultur. Upaya peningkatan produksi lada di Lampung dapat ditempuh melalui penambahan luas areal lada yang didukung dengan penanganan intensif melalui penerapan teknologi budidaya dengan benar seperti pemupukan NPK Phonska, SP36, dan penerapan pola tanam lada monokultur. Perkembangan harga lada yang relatif baik pada dua tahun terakhir dapat dijadikan momentum untuk kebangkitan kembali perladaan di Lampung. Dukungan inovasi teknologi perlu ditingkatkan melalui pendampingan dan pengawalan penerapan SOP disertai peningkatan akses petani terhadap input produksi terutama ketersediaan pupuk
    corecore