81 research outputs found

    Pengaruh Overshooting Coverage Terhadap Kualitas Layanan Pada Universal Mobile Telecommunication System (UMTS)

    Full text link
    Pada saat ini teknologi layanan telekomunikasi suara di Indonesia telah mencapai generasi ke-3 (3G) yaitu sistem Universal Mobile Telecommunication System (UMTS). Seiring dengan bertambahnya jumlah pelanggan yang semakin banyak, diperlukan penambahan node-b untuk menjamin semua pelanggan dapat dilayani dengan baik. Tetapi jika tidak cermat penambahan node-b bisa menimbulkan masalah baru, yaitu overshooting coverage. Skirpsi ini akan membahas seberapa besar pengaruh overshooting coverage terhadap kualitas layanan UMTS bedasarkan parameter performansi yang meliputi Received Signal Code Power (RSCP), Chip Energy over Noise (Ec/No), Speech Quality Index (SQI), Call Setup Success Ratio (CSSR), Call Dropped Ratio (CDR) dan Successfull Call Ratio (SCR). Dari hasil analisis didapat kualitas layanan pada daerah overshooting coverage lebih buruk dibandingkan dengan daerah yang tidak mengalami overshooting coverage, nilai SCR pada daerah overshooting coverage Jl. J.A. Suprapto 76.672%, dan Jl. Untung Suropati 96.672%, sedangkan pada daerah yang tidak mengalami overshooting coverage Jl. Cikurai bernilai 100%.Kata Kunci— RSCP, Ec/No, UMTS, overshooting coverag

    Pengaruh Overshooting Coverage Terhadap Kualitas Layanan pada Universal Mobile Telecommunication System (UMTS)

    Get PDF
    Pada saat ini teknologi layanan telekomunikasi suara di Indonesia telah mencapai generasi ke-3 (3G) yaitu sistem Universal Mobile Telecommunication System (UMTS). Seiring dengan bertambahnya jumlah pelanggan yang semakin banyak, diperlukan penambahan node-b untuk menjamin semua pelanggan dapat dilayani dengan baik. Tetapi jika tidak cermat penambahan node-b bisa menimbulkan masalah baru, yaitu overshooting coverage. Skirpsi ini akan membahas seberapa besar pengaruh overshooting coverage terhadap kualitas layanan UMTS bedasarkan parameter performansi yang meliputi Received Signal Code Power (RSCP), Chip Energy over Noise (Ec/No), Speech Quality Index (SQI), Call Setup Success Ratio (CSSR), Call Dropped Ratio (CDR) dan Successfull Call Ratio (SCR). Dari hasil analisis didapat kualitas layanan pada daerah overshooting coverage lebih buruk dibandingkan dengan daerah yang tidak mengalami overshooting coverage, nilai SCR pada daerah overshooting coverage Jl. J.A. Suprapto 76.672%, dan Jl. Untung Suropati 96.672%, sedangkan pada daerah yang tidak mengalami overshooting coverage Jl. Cikurai bernilai 100%.Kata Kunci— RSCP, Ec/No, UMTS, overshooting coverag

    PERANCANGAN JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN) UNTUK LAYANAN VIDEO CONFERENCE DENGAN STANDAR WIFI 802.11G

    Get PDF
    Video conference adalah seperangkat teknologi telekomunikasi interaktif yang memungkinkan dua pihak atau lebih di lokasi berbeda dapat berinteraksi melalui pengiriman dua arah audio dan video secara bersamaan. Komunikasi yang sering dilakukan dalam lingkup jaringan kecil (Local Area Network, atau jaringan LAN) saat ini juga mulai menggunakan teknologi informasi yang canggih. Jaringan wireless LAN atau jaringan Wifi adalah jaringan local yang menggunakan sinyal elektromagnetik dengan frekuensi 2,4 GHz sebagai media transmisi menggantikan kabel tembaga untuk LAN.Penggunaan teknologi Wifi dapat digunakan untuk mengirimkan data seperti data teks hingga video. Standar 802.11g adalah sebuah standar jaringan nirkabel yang bekerja pada frekuensi 2,45 GHz. Standar 802.11g yang dipublikasikan pada bulan Juni 2003 mampu mencapai kecepatan hingga 54 Mb/s pada pita frekuensi 2,45 GHz. Pada penelitian ini dilakukan perancangan layanan video conference pada jaringan local area network dengan menggunakan standar Wi-Fi 802.11g.Parameter yang digunakan untuk menentukan Quality of Service (QoS) layanan video conference pada jaringan WLAN adalah delay end to end, packet loss, dan throughtput yang dihitung dengan pendekatan perhitungan teoritis dan pengamatan langsung menggunakan perangkat analisis jaringan (Wireshark). Kualitas performansi layanan Video conference pada jaringan Wireless Local Area Netwok (WLAN) adalah sesuai dengan standar ITU-T G.1010 untuk delay (delay end to end < 10 s) pada video resolusi pengujian dan packet loss (packet loss < 1%) untuk video resolusi 704x576pKata Kunci: Video conference, LAN, QoS, 802.11g, ITU-T G.10

    Estimasi Luas Coverage Area Dan Jumlah Sel 3G Pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access)

    Full text link
    Seiring dengan berkembangnya teknologi seluler yang mampu memberikan layanan berupa voice dan data (internet) tentu membutuhkan maintenance di tiap tahunnya, baik berupa perawatan alat maupun penambahan jumlah BTS. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memberikan estimasi luas coverage area dan jumlah sel 3G di kota Malang dari tahun 2014 sampai 2016. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, diperoleh luas coverage area mengalami penurunan di tiap tahunnya dan berdampak pada jumlah sel di kota Malang. Dari 5 kecamatan di kota Malang, didapat penambahan 85 sel sampai tahun 2016, penambahan sel terbanyak terletak di kecamatan Klojen dengan 22 sel, sedangkan penambahan sel paling sedikit terletak di kecamatan Kedungkandang dengan 11 sel, sedangkan penurunan radius sel paling besar terletak di kecamatan Lowokwaru dengan 0,19 km dan penurunan radius sel paling kecil terletak di kecamatan Blimbing dengan 0,09 km.Kata Kunci – 3G, Coverage, Se

    Perancangan Jaringan Local Area Network (Lan) Untuk Layanan Video Conference Dengan Standar Wifi 802.11g

    Full text link
    Video conference adalah seperangkat teknologi telekomunikasi interaktif yang memungkinkan dua pihak atau lebih di lokasi berbeda dapat berinteraksi melalui pengiriman dua arah audio dan video secara bersamaan. Komunikasi yang sering dilakukan dalam lingkup jaringan kecil (Local Area Network, atau jaringan LAN) saat ini juga mulai menggunakan teknologi informasi yang canggih. Jaringan wireless LAN atau jaringan Wifi adalah jaringan local yang menggunakan sinyal elektromagnetik dengan frekuensi 2,4 GHz sebagai media transmisi menggantikan kabel tembaga untuk LAN.Penggunaan teknologi Wifi dapat digunakan untuk mengirimkan data seperti data teks hingga video. Standar 802.11g adalah sebuah standar jaringan nirkabel yang bekerja pada frekuensi 2,45 GHz. Standar 802.11g yang dipublikasikan pada bulan Juni 2003 mampu mencapai kecepatan hingga 54 Mb/s pada pita frekuensi 2,45 GHz. Pada penelitian ini dilakukan perancangan layanan video conference pada jaringan local area network dengan menggunakan standar Wi-Fi 802.11g.Parameter yang digunakan untuk menentukan Quality of Service (QoS) layanan video conference pada jaringan WLAN adalah delay end to end, packet loss, dan throughtput yang dihitung dengan pendekatan perhitungan teoritis dan pengamatan langsung menggunakan perangkat analisis jaringan (Wireshark). Kualitas performansi layanan Video conference pada jaringan Wireless Local Area Netwok (WLAN) adalah sesuai dengan standar ITU-T G.1010 untuk delay (delay end to end < 10 s) pada video resolusi pengujian dan packet loss (packet loss < 1%) untuk video resolusi 704x576

    Performansi Internet Protocol Television (IPTV) pada Jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan Mode Time Division Duplex (TDD)

    Get PDF
    IPTV dengan data real-time sangat sensitif terhadap paket yang hilang dan terlambat jika koneksi IPTV tidak begitu cepat. Maka dari itu, IPTV menggunakan Internet Protocol (IP) melewati jaringan broadband untuk pengiriman sinyal televisi digital yang mempunyai kecepatan data tinggi. Pada skripsi ini data IPTV dikirim kepada 7 user dalam kondisi diam dengan jarak antara ENodeB dengan user yang berbeda-beda. Tiap user memesan paket audio video IPTV sebesar 7807 byte. Performansi yang dibahas adalah performansi IPTV pada jaringan LTE dengan mode TDD yang meliputi parameter signal to noise ratio, kapasitas kanal, bit error rate, probabilitas packet loss, delay end to end, throughput. Hasil analisis membuktikan bahwa IPTV dapat diterapkan pada jaringan LTE mode TDD. Karena untuk performansi IPTV terburuk pada jarak dari ENodeB ke user adalah 7000 m dan pada frekuensi 2,6 GHz, nilai SNR 68,1809 dB, kapasitas kanal 452,98 Mbps, BER , probabilitas packet loss 0,1349, delay end to end 0.34 s, throughput 201,14 Mbps. Nilai pada setiap parameter itu telah memenuhi standar nilai yang ditetapkan. Kata Kunci— IPTV, LTE, TD

    Analisis Kualitas Jaringan Internet Berbasis High Speed Downlink Packet Access (HSDPA) Pada Wilayah Urban Di Kota Malang Dengan Metode Drive Test

    Get PDF
    merupakan teknologi 3,5G yang merupakan pengembangan dari teknologi 3G atau UMTS yang berbasis WCDMA. Pada teknologi HSDPA, kecepatan akses pada kanal downlink mencapai 14,4 Mbps dan bandwidth 5 MHz. Teknologi HSDPA menawarkan fitur-fitur tambahan yang dapat mengurangi nilai delay dan menaikkan nilai throughput. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai delay dan throughput adalah faktor utilisasi dan redaman propagasi atau pathloss. Wilayah urban merupakan wilayah perkotaan yang memiliki faktor utilisasi dan nilai pathloss yang beragam karena kepadatan penduduknya yang tinggi dan memiliki gedung-gedung dengan ketinggian yang beragam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati kualitas jaringan internet yang meliputi delay end-to-end, probabilitas packet loss, dan throughput pada wilayah urban di Kota Malang, yaitu di Universitas Brawijaya. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode drive test yang dilakukan oleh salah satu provider telekomunikasi di Indonesia, kemudian hasil pengukuran tersebut akan dibandingkan dengan perhitungan secara teori. Hasil analisis membuktikan bahwa semakin tinggi gedung yang menjadi penghalang dalam propagasi gelombang, maka semakin besar nilai pathloss yang didapatkan. Dari hasil analisis didapatkan, jika semakin besar faktor utilisasi, maka semakin besar nilai delay end-to-end, hal tersebut ditunjukkan pada saat faktor utilisasi mengalami kenaikan sebesar 88,89 %, maka nilai delay end-to-end mengalami kenaikan sebesar 27,78 %. Semakin besar nilai pathloss, maka semakin besar nilai probabilitas packet loss yang menyebabkan menurunnya nilai throughput, hal tersebut ditunjukkan pada saat nilai pathloss mengalami kenaikan sebesar 9,07 %, maka nilai throughput mengalami penurunan sebesar 56 %. Kata Kunci—HSDPA, Kualitas Jaringan Internet, Wilayah Urban, Drive Test
    • …
    corecore