60 research outputs found

    Plant Vegetation of Waru-Waru Forest Region, Sempu Island Nature Reserve

    Full text link
    Waru-waru Forest Region is a designation for one of the areas to the northern part of the Sempu Island Nature Reserve (CAPS), which is an easy area to get to by boat because of its sloping beaches. The name of this region refers to many waru trees (Hibiscus tiliaceaus) that found growing around the beach area. In general, the CAPS forest condition is still quite good, including in the Waru-waru Forest Region. Only a few meters from the shoreline, natural vegetation conditions can be found. This study aims to determine the composition of plant vegetation in the Waru-waru Forest Region (CAPS). As many as 33 species of trees were recorded in this study, with individual tree density of 162.5 trees / ha. The results of vegetation analysis carried out showed that the tree vegetation in the region was dominated by species: Pterospermum javanicum, Syzygium syzygioides, and Excoecaria agallocha. At the pole level the dominant species are Drypetes longifolia, Canarium sp. and Pterospermum diversifolium. Orophea hexandra, Drypetes longifolia, Cyathocalyx sumatranus, Mallotus moritzianus, Pterospermum javanicum, and Buchanania sp. are species of tree regeneration that dominate at the sapling level. Tree seedlings are dominated by Mallotus moritzianus and Pterospermum javanicum

    Kemitraan Bahari dalam Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir di Indonesia

    Get PDF
    Kemitraan (partnership) bukanlah semata-mata bagian dari proses demokratisasi melainkan juga merupakan salah satu jawaban atas keterbatasan kemampuan negara dalam mengelola sumber daya alam, termasuk sumberdaya pesisir. Dalam kerangka melaksanakan tugas dan perannya dalam upaya menciptakan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia negara dapat mengadakan hubungan kemitraan dengan pihak swasta atau dunia USAha dan kemitraan dengan masyarakat (civil society). Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan lebih dalam tentang konsep dan pelaksanaan kemitraan sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dengan istilah mitra bahari. Berdasarkan konsep Good Governance diharapkan para stakeholder di bidang perikanan dan kelautan dapat menjalin kemitraan bisnis, yaitu antara dunia USAha (private sector) dengan masyarakat (civil society) yang difasilitasi oleh Pemerintah (government) atau Pemerintah Daerah. Sehingga ruang lingkup mitra bahari dapat diperluas tidak hanya ditujukan untuk peningkatan kapasitas masyarakat pesisir, namun lebih nyata manfaatnya bila juga ditujukan untuk peningkatan ekonomi masyarakat dengan dibentuknya kemitraan bisnis

    Pengaruh Sektor Migas Terhadap Pengembangan Wilayah Bojonegoro

    Full text link
    Kabupaten Bojonegoro merupakan kabupaten penghasil migas tertinggi di Jawa Timur. Akan tetapi wilayah ini masih dikatakan belum berkembang dilihat dari pencapaian indikator pengembangan wilayah, yakni pendapatan perkapita, nilai IPM, dan tingkat kemiskinan yang berada dibawah Provinsi Jawa Timur. Selama ini belum diketahui seberapa besar pengaruh sektor migas terhadap pengembangan wilayah Bojonegoro yang mana hal itu dianggap penting guna kemajuan Bojonegoro kedepannya. Dengan menggunakan teknik analisis jalur dapat diketahui bagaimana pengaruh sektor migas terhadap pencapaian pengembangan wilayah Bojonegoro baik secara langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sektor migas dapat memberikan pengaruh langsung terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita. Selain itu sektor migas juga mempengaruhi secara tidak langsung terhadap penurunan tingkat kemiskinan. Untuk mengurangi tingkat kemiskinan, sektor migas dapat berkembang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ataupun melalui peninngkatan jumlah tenaga kerja sehingga sektor ini mampu mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Bojonegor

    Pengaruh Sektor Migas Terhadap Pengembangan Wilayah Bojonegoro

    Full text link
    Kabupaten Bojonegoro merupakan kabupaten penghasil migas tertinggi di Jawa Timur. Akan tetapi wilayah ini masih dikatakan belum berkembang dilihat dari pencapaian indikator pengembangan wilayah, yakni pendapatan perkapita, nilai IPM, dan tingkat kemiskinan yang berada dibawah Provinsi Jawa Timur. Selama ini belum diketahui seberapa besar pengaruh sektor migas terhadap pengembangan wilayah Bojonegoro yang mana hal itu dianggap penting guna kemajuan Bojonegoro kedepannya. Dengan menggunakan teknik analisis jalur dapat diketahui bagaimana pengaruh sektor migas terhadap pencapaian pengembangan wilayah Bojonegoro baik secara langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sektor migas dapat memberikan pengaruh langsung terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita. Selain itu sektor migas juga mempengaruhi secara tidak langsung terhadap penurunan tingkat kemiskinan. Untuk mengurangi tingkat kemiskinan, sektor migas dapat berkembang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ataupun melalui peninngkatan jumlah tenaga kerja sehingga sektor ini mampu mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Bojonegor

    Deteksi dan Spesiasi Parasit Malaria Sampel Monitoring Pengobatan Dihydroartemisinin-piperaquine di Kalimantan dan Sulawesi: Mikroskopis Vs Polymerase Chain Reaction

    Full text link
    In monitoring the treatment of malaria with Dihydroartemisinin-piperaquine (DHP), microscopic cross check and Polymerase Chain Reaction (PCR) performed to validate the results of laboratory examinations in the field. This study used finger prick samples from subjects with a diagnosis of malaria in monitoring the treatment of malaria with DHP in Kalimantan and Sulawesi. Samples taken at day 0, blood smears made on slides for microscopic and blood spot on filter paper for PCR examination. The PCR method used is a single-round multiplex polymerase chain reaction that has been modified, the examination of each species carried out in different tubes to distinguish the species P. falciparum or P. Vivax. Target of DNA amplification is a species-specific gene sequences in the small-subunit ribosomal RNA (SSUrRNA), 300 bp for P. falciparum and 276 bp for P.vivax. P. falciparum and P.vivax identified in 229 samples of blood smears and blood spots. Microscopic and PCR gave the same results, positive 93.4% and negative 6.6% with a sensitivity of 99% and specificity 93.3%. P.falciparum sensitivity and specificity of 92% and 99%, P.vivax 97% and 94%, PCR as a gold standard. There are differences in the results of examination of 5 samples, ie with microscopic examination identified as P.vivax while the PCR as P. falciparum. In this study, identification of the microscopic parasite similar to the results of identification by PCR, but differ in determining the types of parasites. In general, the ability to microscopic diagnosis of malaria is very good, but confirmation by PCR is still needed
    • …
    corecore