4 research outputs found

    Perencanaan Pondasi Rakit dan Pondasi Tiang dengan Memperhatikan Differential Settlement “Studi Kasus Gedung Fasilitas Umum Pendidikan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (Untag)”

    Full text link
    Pondasi diperlukan untuk mendukung beban bangunan diatasnya. Pondasi tiang umumnya digunakan untuk bangunan sedang sampai tinggi. Namun apabila kedalaman tanah keras jauh dari permukaan pengunaan pondasi tiang dapat menjadi tidak ekonomis. Pondasi juga harus direncanakan dengan memperhatikan perbedaan penurunan (differential settlement) karena dapat menyebabkan retak-retak pada bangunan sehingga Kenyamanan penghuni terganggu akibat adanya retak tersebut. Studi ini dilakukan untuk merencanakan pondasi rakit dan tiang dengan memperhatikan perbedaan penurunan studi kasus pada “Gedung Fasilitas Umum Pendidikan 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG”) serta membandingkan biaya bahan antara pondasi rakit dan pondasi tiang. Gedung Fasilitas Pendidikan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG) ini dibutuhkan untuk menunjang kegiatan perkuliahan. Gedung ini memiliki luas 6.480 m2 dan berjumlah 9 tingkat. Pondasi rakit yang direncanakan memiliki panjang dan lebar 44x42 meter dikedalaman 3 meter dibawah permukaan tanah. Pada pondasi tiang pancang direncanakan menggunakan pondasi tiang D60 dengan kedalaman mencapai 30 meter. Hasil dari penelitian ini yaitu pada pondasi rakit terjadi differential settlement melebihi batas toleransi yaitu 0.0015 (NAVFAC, DM-7). Untuk menghilangkan penurunan konsolidasi dibutuhkan perbaikan tanah dengan PVD dan preloading. Sedangkan pada pondasi tiang menumpu pada tanah keras dikedalaman 30 m sehingga tidak terjadi penurunan konsolidasi. Adapun alternatif yang dipilih pada kasus ini yaitu menggunakan tiang pancang penurunan tanah (settlement) tidak menjadi masalah sehingga tidak diperlukan perbaikan tanah terlebih dahulu

    Perancanaan Timbunan di Belakang Pangkal Jembatan sebagai Alternatif Pengganti Slab On Pile (Studi Kasus Jalan Lingkar Luar Barat Surabaya)

    Full text link
    Jalan Lingkar Luar Barat (JLLB) di Kota Surabaya merupakan salah satu jalan yang telah direncanakan antara Lakarsantri dan Romokalisari, panjang 19,8 km dan lebar 0,51 m, untuk mengatasi kemacetan lalu lintas yang ada. JLLB memiliki dua tipe konstruksi, jembatan (girder bridge) dan slab on pile. Konstruksi jembatan dibangun untuk melewati prasarana penting, permukiman penduduk, jalan, dan rel kereta api; tanah dasarnya lempung dengan konsistensi agak kaku. Konstruksi slab on pile dibangun diatas persawahan dimana tanah dasarnya lempung lembek. Dalam rangka mencari konstruksi yang efisien, dibuat perencanaan alternative sebagai pengganti konstruksi slab on pile. Konstruksi alternatif yang dipilih adalah konstruksi timbunan karena section JLLB tersebut tidak melewati prasarana. Hanya saja, tanah dasarnya lembek sehingga pemampatannya besar dan kemampuan mendukung beban sangat kecil. Untuk menangani masalah tersebut maka direncanakan tinggi timbunan awal setinggi 2,5-6 meter sehingga saat pemampatan berakhir maka tinggi timbunanannya sesuai dengan tinggi jalan yang direncanakan yaitu 2-4,3 meter. Untuk mempercepat selesainya pemampatan, direncanakan untuk dipasang PVD sejarak 1,2 meter dan kedalaman 12-17 meter. Juga direncanakan perkuatan timbunan dengan menggunakan mikropile yang berupa spunpile sebanyak 2-5 buah. Sementara itu, perkuatan timbunan menggunakan freyssisol dengan kekuatan tarik paraweb straps 30 kN dan dibutuhkan 2-14 paraweb straps per lebar dinding precast freyssisol yaitu 2,23 m

    Rekomendasi Solusi untuk Mengatasi Kelongsoran pada Lereng Jalan Akses PLTA Musi (KM 5 dan KM 8) dengan Pendekatan Cracked Soil

    Full text link
    PLTA Musi Bengkulu merupakan pembangkit listrik tenaga air terbesar di Sumatera. Namun, lereng tepi jalan akses menuju lokasi tersebut mengalami kelongsoran ketika hujan yang sangat lebat melanda Kota Bengkulu pada tahun 2017, sedangkan jalan ini berperan penting untuk menunjang aspek transportasi dan ekonomi masyarakat Bengkulu. Dari permasalahan tersebut, maka diperlukan perencanaan perkuatan lereng untuk mencegah terjadinya kelongsoran di masa yang akan datang. Dalam Tugas Akhir ini, beberapa alternatif perkuatan lereng yang ditawarkan, antara lain seperti subdrain dan soil reinforcement (geotextile), bored pile, serta ground anchor. Perencanaan ini akan dilakukan pada dua lokasi, yaitu KM 5 dan KM 8, yang dapat dianggap sebagai acuan dalam penyelesaian kelongsoran di lokasi lainnya. Perencanaan untuk perbaikan lereng jalan yang longsor dilakukan berdasarkan pendekatan cracked soil, dimana tanah diasumsikan bersifat behaving like sand. Dari beberapa alternatif perkuatan yang ada, maka rekomendasi solusi untuk mengatasi kelongsoran pada lokasi KM 5 adalah pemasangan subdrain dan geotextile praktis sebayak 21 lapis dengan panjang masing-masing 2 meter. Hasil perencanaan ini membutuhkan biaya Rp 1.380.592.037. Sedangkan untuk lereng KM 8 digunakan ground anchor sebanyak 2 buah dengan kapasitas sebesar 256,67 kN. Biaya yang diperlukan adalah Rp 39.577.185
    corecore