117 research outputs found

    MICROBIOLOGICAL SOURCE TRACKING BAKTERI Escherichia coli DENGAN METODE ANTIBIOTIC RESISTANCE ANALYSIS DI SUNGAI CIKAPUNDUNG

    Get PDF
    Abstrak: Saat ini DAS Citarum Hulu tengah mengalami penurunan kualitas air sungai. Salah satu penyebab terjadinya permasalahan ini adalah adanya pencemaran pada anak sungai yang masuk ke badan air Citarum Hulu. Sungai Cikapundung merupakan salah satu anak sungai yang turut berkontribusi dalam penurunan kualitas air Sungai Citarum Hulu. Usaha pencegahan pencemaran yang efektif dan efisien hanya dapat dilakukan apabila sumber pencemar telah diketahui. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pelacakan sumber pencemar adalah Microbiological Source Tracking (MST). Terdapat dua metode utama dalam MST yaitu konvensional dan modern. Antibiotic Resistance Analysis (ARA) merupakan salah satu cara modern dalam mendeteksi bakteri yang bertujuan membedakan diversitas resistensi bakteri terhadap antibiotik sehingga dapat terlihat perbedaan pola resistensi dan dapat diidentifikasi sumber bakterinya. Pada Sungai Cikapundung, pelacakan E. coli dilakukan dengan menguji resistensi dari tiap isolat yang diambil dari 3 titik sampling di sepanjang badan air terhadap 10 jenis antibiotik. Pada titik 1 yang terletak di hulu Cikapundung, belum ditemukan adanya pencemaran fekal. Sedangkan, sebaran E. coli pada titik 2 dan 3 berasal dari sumber manusia. Dengan diketahuinya sumber pencemar spesifik, maka diharapkan dapatdilakukan penanganan lebih lanjut yang tepat sasaran.

    IDENTIFIKASI KEBERAGAMAN BAKTERI PADA COMMERCIAL-SEED PENGOLAH LIMBAH CAIR CAT

    Get PDF
    Abstrak : Pengolahan secara biologis merupakan pengolahan yang efektif dan efisien dalam mendegradasi materi organik dengan prinsip memanfaatkan aktivitas mikroorganisme untuk menguraikan/memecahkan senyawa kimia yang terkandung dalam air buangan menjadi bentuk yang lebih sederhana, dengan kata lain. mikroorganisme memegang peranan penting dalam proses biologis. Bakteri yang digunakan dapat berupa commercial seed maupun bakteri yang secara alami tumbuh pada suatu limbah . Untuk itulah, tujuan dari penelitian ini adalah untuk  mempelajari keragaman bakteri yang terdapat dalam commercial seed pengolah limbah cair cat dengan menggunakan metode isolasi dan pewarnaan Gram serta metoda konvensional menggunakan serangkaian uij biokimia. Identifikasi bakteri pendegradasi cat perlu dilakukan karena sekitar 10.000 zat warna dan pigmen yang berbeda digunakan untuk keperluan industri. Isolat yang didapat terdiri atas  bakteri gram positif Genus Bacillus. Pada penelitian ini berhasil diidentifikasi spesies dari bakteri yang terdapat pada commercial seed tersebut, yaitu Bacillus licheniformis, Bacillus subtilis, dan Bacillus cereus. Keberadaan bakteri-bakteri tersebut menunjukkan proses pengolahan yang menggunakan bakteri konsorsium yang setiap bakterinya memiliki pola pertumbuhan yang berbeda dalam media Nutirent Broth. Hal tersebut ditunjukkan oleh perbedaan kurva pertumbuhan yang ditandai waktu generasi(g), yaitu waktu yang diperlukan untuk memperbanyak diri sebanyak dua kali lipat, yang berbeda dan dengan konstanta  laju pertumbuhan (k)  yang nilainya berbeda pula baik untuk kultur murni maupun kultur campuran. Waktu generasi dan konstanta laju pertumbuhan untuk Bacillus licheniformis adalah 25,20 menit dan 1,52 jam-1; Bacillus subtilis  sebesar 33,43 menit dan 1,15 jam-1 ; Bacillus cereus sebesar 30,95 menit dan 1,28 jam-1 ; dan mixed culture sebesar 42,48 menit dan 0,90 jam-1.Abstract: Biological treatment is a kind of treatment which can breakdown organic matter effectively and efficiently. The basic principle to treat the waste which has the high level of organic matter is utilization of microorganism activities to breakdown the chemical compounds and turn them into a simple one, in the other word, microorganism play a role of a biological process. To treat the waste, the bacteria can be isolated from the commercial seed contain a package of bacteria or from the waste itself. Studying the diversity of bacteria inside the commercial seed used to treat paint liquid waste through isolation process and Gram reaction, then conventional method with biochemical tests is the purpose of this research. Identification of commercial seed is important because Approximately 10,000 different dyes and pigments are used industrially.Genus for all of the bacteria from commercial seed is Bacillus. In this research, three species from commercial seed were identified successfully. They were Bacillus licheneformis, Bacillus subtilis, and Bacillus cereus. The presence of three kinds bacteria indicates that the biological process used a consortium bacteria.Every bacteria has different growth pattern in Nutrient Broth media. It was shown by the difference of growth curve which has been  indicated by  generation time(g),interval for binary fision, and growth rate constant of (k)both pure cultures and mixed culture.. The value of generation time and  growth rate constant for Bacillus licheniformis were 25.20 minutes and 1.52 hour-1; Bacillus subtilis 33.43 minutes and 1.15 hour-1 ; Bacillus cereus  30.95 minutes and 1.28 hour-1 ; mixed culture  42.48 minutes and 0.90 hour-1.   Key words: Bacillus, commercial seed, generation time, growth rate constan

    The Determination of Algae Group as Bioindicator of Water Quality Change Affected by Mercury Release from Artisanal Small-Scale Gold Mining (ASGM)

    Get PDF
    Artisanal small scale gold mining (ASGM) practices typically use mercury for amalgamation. Near water environments this can degrade water quality and aquatic biota, including algae. Changes in algal communities can reflect water environment disturbance. The aim of this study was to determine if algae can be used as bioindicator of river water quality impacted by ASGM activities. The research was conducted from July to October 2018 at thirty sampling sites along rivers near ASGM areas in several regencies of Indonesia. Composite samples of water and sediment were collected. A plankton net and brushing methods were used to collect planktonic and benthic algae, respectively. The physicochemical parameters of the water and the sediment as well as the dominant algae genera were analyzed statistically with principal component analysis. The results showed that the total mercury concentration in the water ranged from <0.04 to 20 µg.L-1, while in the sediment the maximum value was 13,500 µg.kg-1. The total mercury content in the sediment was negatively correlated with the dominant benthic Navicula at a significance level of p < 0.05. This means that a low density of benthic Navicula can be proposed as a bioindicator of water quality, indicating the increase of mercury pollution in sediment

    IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PADA REAKTOR WETLAND

    Get PDF
    Abstrak: Salah satu unsur dalam pengolahan air limbah menggunakan reaktor constructed wetland adalah degradasi polutan oleh mikroorganisme yang terdapat pada tanah. Mikroorganisme membutuhkan nutrient berupa zat organik untuk proses metabolisme, sehingga dapat memanfaatkan zat-zat organik yang terdapat dalam air limbah. Studi ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengetahui karakteristik bakteri yang ditemukan pada reactor wetland tersebut dan menganalisis sifat bakteri berupa kurva tumbuh. Bakteri diisolasi dari tanah pada reaktor, kemudian diidentifikasi menggunakan API 20 NE dan dan diukur kurva tumbuhnya menggunakan metode tidak langsung. yaitu dengan spektrofotometri hingga tercapai fase stasiuner, kemudian diinokulasi ke dalam air limbah domestik untuk mengukur kemampuan bakteri untuk hidup dalam air limbah. Dari kesembilan bakteri yang diisolasi, seluruhnya bersifat Gram negatif dan berbentuk batang atau batang pendek. Identifikasi bakteri menunjukkan bahwa bakteri berasal dari genus Aeromonas, Pseudomonas, Empedobacter, Moraxella, Vibrio, Ralstonia, dan Brevundimonas. Kurva tumbuh untuk masing-masing bakteri menunjukkan bahwa pada bakteri Aeromonas hydrophilia tidak didapat fase lag atau fase lag kurang dari satu jam. Sedangkan dalam perhitungan laju pertumbuhan eksponensial (K), mean doubling time (g), dan konstanta laju pertumbuhan spesifik (µ), didapat bahwa bakteri ini juga memiliki nilai g yang paling kecil. Bakteri yang diinokulasi ke dalam air limbah menunjukkan bahwa seluruh bakteri dapat menyisihkan COD, dengan penurunan COD terbesar oleh Moraxella dan terkecil oleh Pseudomonas luteola.Abstract : One element in treating wastewater using a constructed wetland reactor is the degradation of pollutants by microorganisms found in soil. Microorganisms require various organic substrates to fuel metabolic processes, which can utilize organic substances found in wastewater. This study is conducted to identify and characterize the bacteria found in the wetland reactor and to analyze the bacteria characteristics by mapping a growth chart for each of the bacteria. The bacteria is isolated from the reactor and identified using API 20 NE, and the growth curve is measured using spectrophotometry up to a stationary phase. The bacteria is then inoculated into domestic wastewater to measure the ability of the bacteria to live in wastewater. All nine bacteria that were isolated were Gram negative and were rods or short rods. Identification of the bacteria showed that the bacteria were from the genus Aeromonas, Pseudomonas, Empedobacter, Moraxella, Vibrio, Ralstonia, and Brevundimonas. The growth curve showed that the bacteria Aeromonas hydrophilia did not experience a lag phase or the lag phase was very short. This bacteria also had the shortest mean doubling time (g). Wastewater samples which were inoculated with bacteria showed a decrease of COD in all samples, with the largest decrease by the bacteria Moraxella and the lowest by Pseudomonas luteola

    IDENTIFIKASI BAHAYA DAN ANALISIS RISIKO PADA JARINGAN PIPA TRANSMISI CRUDE OIL DI PERUSAHAAN MIGAS

    Get PDF
    Abstrak: Kegiatan operasi di bidang migas telah banyak dilakukan, baik itu dikelola oleh pemerintah maupun pihak swasta. PT. X merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi, pengolahan serta produksi minyak dan gas bumi di Indonesia yang menggunakan sistem perpipaan dalam proses distribusinya. Penggunaan sistem perpipaan sebagai sarana untuk menyalurkan produk minyak dan gas dianggap lebih efektif dan efisien dari segi kapasitas dan jarak yang ditempuh. Proses penyaluran di area utara PT. X menggunakan fasilitas jalur pipa offshore dan onshore sebagai sarana distribusi produksi minyak mentah. Apabila terjadi kegagalan pada jalur pipa maka dapat mengakibatkan dampak kerugian yang besar seperti kebocoran, tumpahan, dan ledakan. Oleh karena tingginya potensi bahaya dan risiko tersebut maka perlu dilakukan penilaian risiko pada sistem perpipaan yang digunakan, termasuk risiko pada jaringan pipa transmisi crude oil. Pada penelitian ini dilakukan analisis risiko dengan pendekatan loss prevention and risk assessment yang dikembangkan oleh Muhlbauer (2004). Hasil penelitian ini menunjukkan faktor risiko yang paling besar memberikan kontribusi terhadap kemungkinan kegagalan jalur pipa transmisi minyak 18 inci dari A platform sampai S terminal adalah faktor kerusakan oleh pihak ketiga. Segmen pipa yang paling berisiko untuk mengalami kegagalan yang menyebabkan kebocoran tertinggi adalah pada segmen pipa offshore. Sedangkan faktor konsekuensi dengan nilai dampak tertinggi adalah pada segmen riser. Analisis risiko ledakan atau kebakaran dengan metode Dow's F & EI pada pipa transmisi memiliki nilai sebesar 113,168 dengan kategori intermediate. Hasil tersebut menyatakan bahwa pihak manajemen perusahaan harus memperhatikan dan mengawasi secara lebih seksama pada jaringan pipa transmisi, sehingga dapat melakukan tindakan mitigasi risiko secara cepat apabila terjadi kegagalan pipa. Kata kunci: crude oil, Dow's F & EI, metode Muhlbauer, pipa transmisi, risk assessment Abstract: Oil and gas operations have been carried out widely, both managed by the government and private parties. PT. X is one of the companies engaged in the exploration, processing and production of oil and gas in Indonesia that used pipeline system in the distribution processes of oil and gas. The use of pipeline systems was considered more effective and efficient in terms of capacity and distance passed by to distribute oil and gas. The operation processes in the northern area of PT. X use offshore and onshore pipeline facilities to distribute crude oil. The event of a failure on the pipeline can cause major loss impacts such as leaks, spills and explosions. The high potential hazards and risks need to be carried out by risk assessment on the pipeline system used, including the risks in the transmission pipeline network of crude oil. In this research, risk analysis with loss prevention and risk assessment approach developed by Muhlbauer (2004), is measured using semi-quantitative pipeline risk on third party index of damage index, corrosion, pipe design, improper operation. The results of this study indicate that the biggest risk factor contributing to the possibility of failure of the 18-inch oil transmission pipeline from A platform to S terminal is the damage factor by third parties. The pipe segment which is most at risk for failure which causes the highest leakage is in the offshore pipeline segment. Whereas the consequence factor with the highest impact value is in the riser segment. Explosion or fire risk analysis with Dow's F & EI method on transmission pipes has a value of 113.168 with an intermediate category. The results stated that the management of the company must pay close attention to and supervise the transmission pipeline network, so that it can carry out risk mitigation actions quickly if a pipe failure occurs. Keywords: crude oil, Dow's F & EI, Muhlbauer method, risk assessment, transmission pip

    The Determination of Algae Group as Bioindicator of Water Quality Change Affected by Mercury Release from Artisanal Small-Scale Gold Mining (ASGM)

    Get PDF
    Artisanal small scale gold mining (ASGM) practices typically use mercury for amalgamation. Near water environments this can degrade water quality and aquatic biota, including algae. Changes in algal communities can reflect water environment disturbance. The aim of this study was to determine if algae can be used as bioindicator of river water quality impacted by ASGM activities. The research was conducted from July to October 2018 at thirty sampling sites along rivers near ASGM areas in several regencies of Indonesia. Composite samples of water and sediment were collected. A plankton net and brushing methods were used to collect planktonic and benthic algae, respectively. The physicochemical parameters of the water and the sediment as well as the dominant algae genera were analyzed statistically with principal component analysis. The results showed that the total mercury concentration in the water ranged from <0.04 to 20 µg.L-1, while in the sediment the maximum value was 13,500 µg.kg-1. The total mercury content in the sediment was negatively correlated with the dominant benthic Navicula at a significance level of p < 0.05. This means that a low density of benthic Navicula can be proposed as a bioindicator of water quality, indicating the increase of mercury pollution in sediment

    Identifikasi Bakteri dari Efluen Biomembran di Sungai Cikacembang, Majalaya, Kabupaten Bandung

    Get PDF
    Biological treatment is one of the effective treatment methods for degrading organic compounds by utilizing microorganisms to treat complex compounds in the effluent water into simpler substances. Thus microorganisms have important roles in biological process. Bacteria that are used can be in the form of non-indigenous bacteria of waste environment or indigenous bacteria. Therefore, the purpose of this research was to identify bacteria species within Biomembrane effluent (wastewater treatment reactor in Cikacembang River) using analytical method by performing series of biochemistry tests. Bacteria identification on this Biomembrane effluent was conducted because it was indicated that those bacteria have potencies to degrade wastes in river water. In addition, we also calculated the bacterial growth rate. The isolated bacteria belonged to Gram positive bacteria in which two bacteria were categorized as the member of Bacillus genus, meanwhile another bacterium was categorized as the member of the Corynebacterium genus. In this research, it was successfully identified several species of the isolated bacteria, namely Bacillus megaterium, Bacillus licheniformis, and Corynebacterium striatum that had growth rate of 139.28 mg/l/h, 130.35 mg/l/h, and 112.13 mg/l/h, respectively.Pengolahan biologis merupakan salah satu jenis pengolahan yang efektif dalam mendegradasi senyawa organik dengan prinsip memanfaatkan mikroorganisme untuk mengolah senyawa kompleks yang terkandung dalam air buangan menjadi senyawa yang lebih sederhana, sehingga mikroorganisme memiliki peran penting dalam proses biologis. Bakteri yang digunakan dapat berupa bakteri yang berasal dari luar lingkungan limbah maupun bakteri yang berasal dari lingkungan limbah itu sendiri (indigenous bacteria). Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis bakteri yang terdapat pada efluen Biomembran (alat pengolah limbah cair di Sungai Cikacembang) dengan menggunakan metode dengan melakukan serangkaian uji biokimia. Selain itu juga dilakukan uji tumbuh bakteri dengan metode basis berat (VSS). Identifikasi bakteri dari efluen Biomembran dilakukan karena diindikasi bahwa bakteri tersebut memiliki potensi untuk mendegradasi limbah yang ada di air sungai. Isolat yang didapat terdiri dari tiga bakteri Gram positif, dimana dua bakteri merupakan genus Bacillus, dan satu bakteri merupakan genus Corynebacterium. Pada penelitian ini berhasil diidentifikasi spesies dari bakteri yang diisolasi, yaitu Bacillus megaterium dengan laju pertumbuhan sebesar 139,28 mg/l/jam, Bacillus licheniformis dengan laju pertumbuhan sebesar 130,35 mg/l/jam, dan Corynebacterium striatum dengan laju pertumbuhan sebesar 112,13 mg/l/jam

    IDENTIFIKASI KEBERAGAMAN BAKTERI PADA LUMPUR HASIL PENGOLAHAN LIMBAH CAT DENGAN TEKNIK KONVENSIONAL

    Get PDF
    Abstrak: Biodegradasi dengan metode lumpur aktif dilakukan dengan memanfaatkan bakteri yang digunakan selama proses pengolahan yang kemudian diresirkulasi kembali ke proses setelah mengalami pengendapan. Pengolahan ini dapat juga diterapkan pada pengolahan limbah cat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bakteri pendegradasi limbah cat dari lumpur hasil pengolahan serta membandingkannya dengan keberagaman bakteri yang ada pada commercial seed. Bakteri yang dihasilkan dari identifikasi pada lumpur terdiri dari lima jenis, yaitu Bacillus subtilis, Bacillus licheneformis, Bacillus cereus, Bacillus megaterium, dan Pseudomonas flourescens. Keberadaan bakteri-bakteri tersebut menunjukkan proses pengolahan menggunakan bakteri konsorsium yang setiap bakterinya memiliki pola perumbuhan yang berbeda. Hal itu ditunjukkan oleh perbedaan waktu generasi(g) dan konstanta laju pertumbuhan (k). Nilai waktu generasi dan konstanta laju pertumbuhan adalah 44,67 menit dan 0,93 jam-1 untuk Pseudomonas flourescens; 45,04 menit dan 0,92 jam-1 untuk Bacillus subtilis; 35 menit dan 1,17 jam-1 untuk Bacillus licheniformis; 18 menit dan 2,27 jam-1 untuk Bacillus cereus, 19 menit dan 2,18 jam-1 untuk Bacillus megaterium, serta 53 menit dan 0,79 jam-1 untuk kultur campuran. Bakteri commercial seed yang digunakan pada saat pengolahan dan kembali terdapat di lumpur hasil pengolahan menandakan bahwa bakteri tersebut mampu menggunakan limbah sebagai sumber karbon dan berperan dalam pengolahan limbah.Abstract : Biodegradation with activated sludge method is done by using bacteria that are used during treatment process, which was then returned to the treatment process after had been settled. This process can be applied to liquid waste paint treatment. The objectives of this research are to identify the paint waste degradation bacteria of sludge and to compare them with the bacterial types in the commercial seed. The result of bacteria identification from sludge obtained five species. They are Bacillus subtilis, Bacillus licheneformis, Bacillus cereus, Bacillus megaterium, and Pseudomonas flourescens. The presence of five kinds bacteria indicates that the biological process used a consortium bacteria, that has different growth pattern. It was shown by the difference of generation time(g) and growth rate constant of (k) both pure cultures and mixed culture. Value of generation time (g) and growth rate constant (k) for each bacteria were 44.67 minutes and 0.93 hour-1 for Pseudomonas flourescens; 45.04 minutes and 0.92 hour-1 for Bacillus subtilis; 35 minutes and 1.17 hour-1 for Bacillus licheniformis; 18 minutes and 2.27 hour-1 for Bacillus cereus, 19 minutes and 2.18 hour-1 for Bacillus megaterium, and 53 minutes and 0.79 hour-1 for mixed culture. Commercial seed bacteria used during the treatment process and then present in the produced sludge indicates that the bacteria are able to use waste as a source of carbon, and indeed a role in waste treatment process.  Key words: paint waste sludge, identification, generation time, growth rate constan

    ANALISIS RISIKO PENCEMARAN MERKURI TERHADAP KESEHATAN MANUSIA YANG MENGONSUMSI BERAS DI SEKITAR KEGIATAN TAMBANG EMAS TRADISIONAL (STUDI KASUS: DESA LEBAKSITU, KECAMATAN LEBAKGEDONG, KABUPATEN LEBAK, BANTEN)

    Get PDF
    Abstrak: Kegiatan tambang emas tradisional berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan akibat penggunaan merkuri, seperti yang dilakukan di Desa Lebaksitu, Kecamatan Lebakgedong, Kabupaten Lebak, Banten. Merkuri digunakan sebagai pengikat unsur emas dalam proses amalgamasi. Pencemar merkuri yang masuk ke lingkungan dapat menyebar ke daerah sekitarnya melalui air, penyerapan oleh tumbuhan dan bioakumulasi pada rantai makanan. Dari hasil analisis Hg di dalam tanah diperoleh kisaran nilai 15.200 "“ 226.894 ppb untuk daerah Lebaksampai, 4.275 - 93.925 ppb untuk daerah Lebaktenjo, dan 15.881 "“ 102.888 ppb untuk daerah Lebakpari. Tanaman padi yang tumbuh pun memiliki kandungan Hg yang tinggi. Sebagian besar sampel beras yang diperiksa mengandung lebih dari 0,05 ppm merkuri sehingga berisiko terhadap kesehatan penduduk. Penyebaran kuesioner terhadap 30 rumah dengan 126 orang responden didapat data jumlah konsumsi, frekuensi paparan, dan berat badan untuk perhitungan ADD dan HI. Nilai ADD yang didapat berkisar antara 0,825 "“ 2,177 ppb/hari untuk anak perempuan berusia dibawah 13 tahun, sedangkan untuk anak laki-laki berkisar antara 0,840 "“ 2,177 ppb/hari. Untuk orang dewasa, nilai ADD wanita berkisar antara 0,356 "“ 0,800 ppb/hari dan nilai ADD pria berkisar antara 0,327 "“ 0,816 ppb/hari. Sedangkan untuk manula di atas 60 tahun, nilai ADD wanita sebesar 0,712 dan pria sebesar 0,506 "“ 0,632.  Dengan menggunakan nilai reference dose 0,3 ppb/hari, didapat nilai HI. Nilai HI yang didapat untuk seluruh responden lebih dari 1 atau konsumsi tersebut dapat berpotensi menimbulkan efek non-karsinogenik.

    IDENTIFIKASI LEDAKAN DAN KEBAKARAN PT X SIAK DENGAN METODE Lean-FMEA, RCA, DAN KUANTIFIKASI MENGGUNAKAN DIAGRAM PARETO

    Get PDF
    Ledakan dan kebekaran merupakan kegagalan proses yang tidak diinginkan apabila terjadi pada industri minyak. Kegagalan tersebut disinyalir dapat terjadi akibat kurangnya maintanance alat dan kelalaian kerja. Perlu adanya identifikasi serta pengecekkan pada setiap alur proses pengolahan minyak, guna membantu menentukan titik terbesar kemungkinan terjadinya kegagalan tersebut. Pada penelitian ini titik lokasi identifikasi berada pada area pengumpul minyak mentah di industri X (Gathering Station). Penelitian ini dilakukan karena terdapat area produksi minyak mentah (on shore) sehingga perlu dilakukannya proses identifikasi yang akurat. Metode identifikasi yang dipilih untuk diaplikasikan dalam menemukan kegagalan ini adalah metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dengan pengembangan konsep lean-waste serta dibantu dengan analisis penyebab kegagalan menggunakan Root Cause Analysis (RCA), serta pemberian data secara kuantitatif dengan menambahkan metoda diagram Pareto untuk memperoleh persentase kegagalan yang terjadi. Berdasarkan hasil identifikasi, diperoleh 2 jenis waste yaitu Defect dan Inappropriate processing. Defect waste terjadi pada penyambung pipa utama bocor dengan nilai Risk Priority Number (RPN) tertinggi yaitu 170,02 dan persentase Pareto adalah 17,9%, sedangkan Innapropriate processing waste terjadi pada arus listrik pendek di shipping tank dengan nilai RPN tertinggi 131,63 dan persentase Pareto sebesar 17,8%
    • …
    corecore