4 research outputs found

    Pencemaran Coliform pada Air Sumur di Sekitar Sungai Ciliwung

    Full text link
    - Kondisi pemukiman masyarakat sekitar DAS Ciliwung yang terlihat cukup padat menjadi salah satu faktor penyebab pencemaran air sumur. Selain itu tidak teraturnya jarak antara rumah dengan sungai ataupun jarak antara satu rumah dengan rumah lainya juga berdampak pada kelestarian sungai. Ketentuan yang ideal jarak pemukiman warga dengan tepi sungai diatur dalam Peraturan Pemeritah (PP) No 38 Pasal 9 Tahun 2011 yaitu paling sedikit berjarak 30 m dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 m. Dari ketentuan di atas dapat diketahui kemungkinan adanya kontaminasi bakteri Coliform pada air sumur yang bersumber dari sumur di sekitar DAS Ciliwung. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian kualitas air sumur untuk mengetahui kelayakan dan keamanan air untuk dikonsumsi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keberadaan Coliform pada air sumur di sekitar DAS Ciliwung wilayah Pejaten Timur hingga Kalibata. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah penentuan jumlah koloni berdasarkan Total Plate Account (TPC) dari sumber sampel air sumur tanah warga. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa air sumur positif mengandung bakteri Coliform. Jumlah Coliform tertinggi ditemukan di wilayah Pejaten Timur dan Condet sebanyak 9.4 x 104 cfu/ml dan 8.9 x 104 cfu/ml. Sementara itu jarak sumur terdekat dengan sungai yaitu < 10 m juga terdapat di wilayah Pejaten Timur dan CondetKata Kunci – Ciliwung, Air Tanah, Colifor

    Studi Kualitas Air Sungai Ciliwung Berdasarkan Bakteri Indikator Pencemaran Pasca Kegiatan Bersih Ciliwung 2015

    Full text link
    - Kegiatan Bersih Ciliwung dilaksanakan untuk menanggulangi dan mengurangi pencemaran Sungai Ciliwung, kegiatan tersebut dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014. Kondisi Sungai Ciliwung saat ini menunjukan kondisi yang lebih baik, sehingga perlu dilakukanya studi lebih lanjut mengenai bakteri indikator pencemaran air Sungai Ciliwung dan resistensinya terhadap antibiotik yang dapat memberikan dampak secara langsung atau tidak langsung kepada penduduk yang tinggal di daerah aliran sungai (DAS). Pengujian terhadap kualitas air sungai Ciliwung berdasarkan faktor fisika dan kimanya serta keberadaan bakteri indikator pencemar terutama coliform masih perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menngetahui kualitas air sungai Ciliwung berdasarkan faktor fisika, kimia, dan menentukan faktor biologi indikator pencemaran. Sampel air Ciliwung didapat dari titik di sekitar Rindam Jaya. Waktu pengambilan adalah pagi hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sungai Ciliwung tergolong sungai yang tercemar. Hal tersebut ditandai dengan rendahnya nilai oksigen terlarut dan tingginya nilai total padatan. Perbedaan suhu air sungai disebabkan oleh faktor aktivitas manusia dengan membuang sampah ke sungai sehingga proses penyerapan panas matahari berbeda-beda. Secara biologi, kualitas air sungai ciliwung menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri coliform yang ditandai dengan nilai MPN/100 ml sebanyak ≤ 1100 yang tergolong tinggi bila dibandingkan dengan standar coliform air minum. Kata Kunci – Sungai Ciliwung, Kualitas Air, colifor

    Phytochemical Screening and Antioxidant Activity of Selekop (Lepisanthes Amoena) Fruit

    Full text link
    Selekop (Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh.) plant leaves are used by the Dayak tribe of East Kalimantan as traditional cosmetics. Selekop fruit is also edible, but not well known. This study was conducted to obtain the phytochemical content and antioxidant assay in flesh, seed and pericarp extracts from the fruit of Selekop. Phytochemical analysis was conducted on ethanol extract for identification of flavonoid, alkaloid, tannin, saponin, triterpenoid and steroid. The antioxidant activity was done by DPPH assay with ascorbic acid as positive control. The flesh contained flavonoid, saponin, and tannin; the seed contained flavonoid, alkaloid, saponin, triterpenoid, and tannin; and the pericarp contained flavonoid, alkaloid, saponin, triterpenoid, and tannin. Analysis of antioxidant activity revealed the following Inhibitory Concentration (IC50 values): 122.51 ppm of flesh, 63.30 ppm of seed, 53.21 ppm of pericarp and 3.06 ppm of ascorbic acid. Based on these results, the ethanol extract of the seed and the flesh had a phytochemical content and antioxidant activity which was better than the flesh extract from Selekop fuit

    Public Awareness and Practices Towards Self-Medication with Antibiotics Among Malaysian Population: Questionnaire Development and Pilot Testing

    No full text
    Not Availabl
    corecore