27 research outputs found
Akibat Hukum Ekstradisi Ilegal Yang Dilakukan Penegak Hukum Negara Pengekstradisi
Ekstradisi merupakan salah satu bentuk kerjasama Internasional dalam mengatasi kejahatan. Ekstradisi adalah proses resmi dimana suatu negara memindahkan seorang yang diduga atau dihukum pidana ke negara lain. Kerjasama Internasional harus didasarkan pada kesepakatan dan dilakukan melalui hubungan diplomatik. Tapi dalam prakteknya, beberapa negara telah mengambil langkah-langkah ekstradisi ilegal. Bentuk-bentuk ekstradisi ilegal terdiri dari penculikan dan mengambil pelaku secara paksa tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari negara-negara di mana ia berada. Akibat hukum dari ekstradisi ilegal adalah ketidakabsahan ekstradisi terhadap tindakan penegak hukum dan pertanggungjawaban pidana pimpinan dalam institusi penegak hukum negara pengekstradisi
Populasi dan Performa Reproduksi Babi Bali Betina di Kabupaten Karangasem sebagai Plasma Nutfah Asli Bali
Babi Bali merupakan salah satu komoditas ternak penghasil daging yang memiliki potensi besar untukdikembangkan karena memiliki sifat-sifat dan kemampuan yang menguntungkan, namun keberadaannya di PulauBali sangat sedikit dan hanya terdapat pada derah-daerah tertentu, seperti daerah Karangasem, Nusa Penida danBuleleng. Pemeliharaan babi Bali tidak bisa terlepas dari adat sosial budaya yang ada di Pulau Bali. Dalam USAhapengembangan dan peningkatan produktivitas babi Bali, performa reproduksi (lama bunting, service periodedan calving interval) memegang peranan penting, dan juga produktivitas seekor induk babi ditentukan oleh littersize dan farrowing rate dalam setahunnya. Pada penelitian ini pengambilan sampel secara purposive randomsampling dan pendekatan eksploratif serta pemilihan lokasi penelitian berdasarkan waktu dan biaya penelitian.Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi babi Bali di Kabupaten Karangasem yang terdiri dari 8 kecamatan,setiap tahunnya mengalami penurunan rata-rata 0,063%. Lama bunting babi Bali betina rata-rata 110±2.59 haridan calving intervalnya 151.06±6,30 hari. Litter size babi Bali 6.98±2.37 ekor. Kesimpulan dari penelitian iniadalah performa reproduksi babi Bali di Kabupaten Karangasem adalah baik, dan diperlukan USAha-USAha untukmeningkatkan populasi babi Bali karena sebagai plasma nutfah babi lokal Indonesia, babi Bali perlu dilestarikan,disamping upaya peningkatan manajemen pemeliharaan dan mutu genetiknya
Efektivitas Seleksi Dimensi Tubuh Sapi Bali Induk
Seleksi merupakan salah satu tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu genetik suatu populasi ternak.Respon seleksi yang terjadi tergantung pada intensitas seleksi, heritabilitas dan simpangan baku sifat yang diseleksi.Simpangan baku sifat atau performans ternak yang diseleksi akan menunjukkan keragaman (variasi) sifat tersebutdalam populasi yang dikenal dengan koefisien variasi (keragaman). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuikoefisien keragaman dan efisiensi respon seleksi yang terjadi, bila seleksi dilakukan pada dimensi tubuh (panjangbadan, tinggi gumba dan lingkar dada) yang didasarkan intensitas seleksi dan estimasi heritabilitas yang samaterhadap semua dimensi tubuh yang diukur. Penelitian ini dilakukan secara purposive random sampling padalima kelompok ternak di lima kecamatan di kabupaten Jembrana. Jumlah induk sapi Bali yang digunakan dalampenelitian ini sebanyak 275 ekor. Variabel yang diukur adalah panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada. Hasilpenelitian menunjukkan rataan panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada sapi Bali induk di lokasi tersebutberturut-turut 117,19±8,84cm; 115,12±6,35cm dan 165,43±12,54cm dengan koefisien keragamannya berturut-turut7,54%; 5,52% dan 7,58%, sedangkan respon seleksinya berturut-turut 0,60cm; 0,76cm dan 1,25cm. Kesimpulanyang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah respon seleksi yang paling efektif untuk peningkatan mutugenetik dimensi tubuh sapi Bali betina adalah terhadap lingkar dadanya.
Kata kunci: sapi Bali, seleksi, respon seleks
Performa Reproduksi Babi Bali Jantan di Provinsi Bali sebagai Plasma Nutfah Asli Bali
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa reproduksi babi Bali jantan sebagai salah satu indikatordalam pemilihan bibit babi jantan, serta untuk mengetahui produktivitas babi Bali pejantan sebagai plasmanutfah asli Bali. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan Juni sampai Agustus 2016. Penelitian inimenggunakan metode survei secara purposive random sampling dan pendekatan eksploratif serta pemilihan lokasipenelitian berdasarkan waktu dan biaya penelitian. Ekterior calon pejantan ada dua yaitu yang berwarna hitam danberwarna hitam dengan belang putih pada keempat kakinya. Dimensi tubuh calon pejantan dengan panjang badanriil rata-rata 52 cm, dimensi testis panjang rata-rata 7,37 cm dan lebar 7,62 cm. Dimensi tubuh dan testis, berkaitanerat dengan aktivitas dan produktivitas calon pejantan. Semakin tinggi dimensi tubuh dan testis calon pejantan,akan berpengaruh secara nyata pada performa reproduksi dari pejantan.
Kata kunci: babi Bali pejantan, performa reproduksi, testis, plasma nutfah
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Sapi Bali di Wilayah Binaan Proyek Pembibitan dan Pengembangan Sapi Bali di Bali
Penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas sapi Balitelah dilakukan di wilayah binaan dari Proyek Pembibitan dan Pengembangan Sapi Bali (P3Bali) di Bali. Dataproduktivitas sapi Bali yang dicatat oleh pihak P3Bali yaitu bobot sapih umur 205 hari, bobot setahun umur 365hari, sifat reproduksi yakni lama bunting, selang kawin setelah beranak dan selang beranak. Faktor lokasi (Li),musim kelahiran pedet (Ml), jenis kelamin pedet (Kk) dan Paritas (Pm) ditetapkan sebagai pengaruh tetap (fix factors)serta pejantan di dalam lokasi (Jj) sebagai pengaruh acak (random factor). Hasil penelitian menunjukkanbahwa rataan bobot sapih sapi Bali di wilayah ini secara umum diperoleh sebesar 97,42±5,28 kg dan bobot setahunsebesar 148,95±7,23 kg. Faktor kelompok pejantan dalam lokasi, jenis kelamin pedet dan paritas secara nyata berpengaruhterhadap bobot sapih (P<0,05), sedangkan bobot setahun secara sangat nyata (P<0,01) dipengaruhi olehsemua faktor tersebut. Sementara untuk sifat-sifat reproduksi yaitu rataan lama bunting diperoleh 284,87±0,33hari, tidak nyata dipengaruhi oleh faktor lokasi, musim, jenis kelamin dan paritas. Selang kawin setelah beranakdiperoleh selama 125,99±5,97 hari dan nyata dipengaruhi oleh musim dan paritas, sedangkan lokasi dan jeniskelamin tidak berpengaruh nyata. Sifat selang kawin setelah beranak diperoleh selama 125,99±5,97 hari. Selangberanak diperoleh selama 400,88±6,24 hari, dan tidak nyata dipengaruhi oleh semua faktor kecuali musim kelahiran.Melihat Kenyataan tersebut, maka USAha untuk meningkatkan kualitas dan mutu sapi Bali dapat dilakukanberdasarkan sifat produksi dan sifat reproduksinya dengan faktor-faktor yang dipertimbangkan
Kualitas Fisik Telur Ayam Kampung yang Diberi Ransum Mengandung Probiotik
Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui kualitas fisik telur ayam kampung yang diberi ransummengandung probiotik. Penelitian dilaksanakan di lapangan dan di Laboratrium Nutrisi dan Makanan TernakFakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar selama empat bulan. Rancangan yang digunakan adalahrancangan acak kelompok (RAK) dengan empat perlakuan dan empat kelompok, masing-masing kelompokmenggunakan 3 ekor ayam kampung umur 24 minggu. Variabel yang diamati meliputi: produksi telur, tebalkulit telur, berat kulit telur, tinggi albumin, warna kuning telur, panjang telur, dan lebar telur. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa produksi telur, berat telur, tinggi albumin, warna kuning telur, hough unit, tebal kulit telur,panjang kulit telur, dan lebar kulit telur pada keempat perlakuan secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05).Namun pada variabel tinggi kuning telur dan indeks telur perlakuan B, C dan D nyata lebih tinggi (P<0,05)dibandingkan dengan perlakuan A. Panjang telur pada perlakuan B, C dan D nyata lebih panjang (P<0,05) daripada perlakuan A. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan probiotik dari level 10%-30% dapatmeningkatkan tinggi kuning telur, indeks kuning telur dan panjang telur.
Kata kunci: ayam kampung, kualitas fisik telur, probiotik, ransu
Penampilan dan Komposisi Fisik Karkas Ayam Kampung yang Diberi Jus Daun Pepaya Terfermentasi dalam Ransum Komersial
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jus daun pepaya terfermentasi dalam ransum komersial terhadap penampilan dan omposisi fisik karkas ayam kampung umur 4-16 minggu. Rancangan yang igunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 4 kelompok sebagai ulangan. Masingmasing kelompok menggunakan 5 ekor ayam kampung dengan berat badan berkisar antara 62-149 g. Keempat perlakuan tersebut adalah: A) ransum komersial tanpa jus daun pepaya terfermentasi sebagai kontrol; B) ransum komersial+8% jus daun pepaya terfermentasi; C) ransum komersial+12% jus daun pepaya terfermentasi; dan D) ransum komersial+16% jus daun pepaya terfermentasi. Variabel yang diamati meliputi konsumsi ransum, berat badan akhir, pertambahan berat badan, konversi ransum (FCR) dan komposisi fisik karkas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan konsumsi ransum dan peningkatan berat badan akhir, pertambahan berat badan serta berat daging dalam karkas seiring dengan peningkatan level jus daun papaya, namun secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05). FCR menurun nyata (P<0,05) sebesar 20,04% dan berat karkas meningkat sebesar 21,60% pada perlakuan D, sementara perlakuan B dan C sama dengan kontrol. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa suplementasi jus daun pepaya terfermentasi dalam ransum komersial dapat meningkatkan berat karkas dan menurunkan FCR ayam kampung umur 4-16 minggu
Pemanfaatan Ekstrak Daun Pepaya Terfermentasi untuk Meningkatkan Kualitas Daging Ayam Kampung
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan ekstrak daun pepaya terfermentasi dalam ransumterhadap kualitas daging ayam kampung. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK)dengan 4 perlakuan dan 4 kelompok sebagai ulangan. Masing-masing kelompok menggunakan 5 ekor ayam kampungdengan berat badan berkisar antara 62-149 g. Keempat perlakuan tersebut adalah: A) ransum BR 511 tanpa ekstrakdaun pepaya terfermentasi sebagai kontrol; B) Ransum BR 511+8% ekstrak daun pepaya terfermentasi; C) RansumBR 511+12% ekstrak daun pepaya terfermentasi; dan D) Ransum BR 511+16% ekstrak daun pepaya terfermentasi.Variabel yang diamati meliputi: (1) kualitas fisik daging (kadar air, pH, daya ikat air, dan susut masak) dan (2) ujiorganoleptik daging (warna, tekstur, cita rasa dan penerimaan secara keseluruhan). Hasil penelitian menunjukkanbahwa pemanfaatan ekstrak daun pepaya terfermentasi dari level 12-16% nyata (P<0,05) dapat meningkatkankadar air, susut masak dan menurunkan daya ikat air, tetapi belum berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pHdaging. Pemanfaatan ekstrak daun pepaya pada level 16% nyata (P<0,05) menurunkan warna daging, namunbelum berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap aroma, tekstur, cita rasa, dan penerimaan secara keseluruhan