26 research outputs found

    Implementasi Kebijakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) terhadap Penataan Lingkungan Kota Lhokseumawe

    Get PDF
    This study aims to determine the implementation of green open space policies on environmental management in Lhokseumawe City. This research is a qualitative approach research. This study uses the theory of Van Metter and Van Horn with 5 indicators, including: Policy Standards and Objectives, Resources, Inter-Organizational Communication, Characteristics of Implementing Agents, and Disposition of Implementers. The research location is at the Lhokseumawe City Environmental Service. The types of data used are primary and secondary data. Primary data is the main data, while secondary data is used to support primary data. Data collection techniques used are through observation, interviews, and documentation. Data analysis uses data collection, data reduction, data presentation and drawing conclusions. Based on the results of the study, it was found that the provision of Green Open Space for Environmental Arrangements in Lhokseumawe City has not been fully implemented properly, both in terms of the government and the local community, including the shift in function from reforestation to a place for street vendors whose basically green open space area is not an area. Street vendors. However, because the government is worried about the economy of the people, the government has temporarily allowed street vendors and others to trade in the area.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Terhadap Penataan Lingkungan di Kota Lhokseumawe.  Penelitian ini merupakan penelitian pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori Van Metter dan Van Horn dengan 5 indikator,  diantaranya: Standar dan Sasaran Kebijakan, Sumber Daya, Komunikasi Antar Organisasi, Karakteristik Agen Pelaksana, dan Disposisi Implememtor. Lokasi penelitian di Dinas Lingkungan Hidup Kota Lhokseumawe. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data utama, sedangkan data sekunder digunakan untuk mendukung data primer. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian  di peroleh bahwasanya penyediaan Ruang Terbuka Hijau Terhadap Penataan Lingkungan  di Kota Lhokseumawe belum sepenuhnya diterapkan dengan baik, baik itu dari segi pemerintah maupun masyarakat penduduk setempat, termasuk peralihan fungsi dari tempat penghijauan menjadi tempat para pedagang kaki lima yang dasarnya kawasan RTH bukan kawasan pedagang kaki lima. Namun karena pemerintah khawatir untuk ekonomi masyarakatnya, sehingga pemerintah mengizinkan untuk sementara waktu para pedagang kaki lima dan yang lainnya untuk berdagang diarea tersebut

    PELATIHAN KUE PALA PADA MASYARAKAT PANTAI PULAU SEUMADU KECAMATAN MUARA SATU KOTA LHOKSEUMAWE

    Get PDF
    Judul pelatihan dalam rangka kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah Pelatihan Kue Pala pada Masyarakat Pantai Pulau Seumadu Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe, pelatihan ini dilatarbelakangi oleh kawasan Pulau Seumadu adalah salah satu kawasan wisata di Kota Lhokseumawe, jarak antara pulau Seumadu dengan pusat ibu kota sekitar 12 kilometer, daerah ini sering dikunjungi oleh wisatawan domestik atau wisatawan nusantara. Namun, untuk sekidar menikmati atau membawa pulang berupa oleh-oleh tidak tersedia di kawasan ini. Sementara bahan bakunya di daerah kecamatan Nisam dan Kecamatan Sawang melimpah dan dibuang begitu saja, sehingga perlu diolah menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat. Adapun motode dalam pelatihan direncanakan dalam empat langkah, yaitu: langkah/tahapan perencanaan, langkah/tahapan pelaksanaan, langkah/tahapan pemantauan dan langkah/tahapan pengevaluasian (fullow-up dari kegiatan), agar peserta pelatihan dapat menyerap seluruh materi pelatihan secara mudah dan lancar. Sementara target capaian dalam pelatihan ini adalah berupa keahlian pengolahan kue pala dari buah aslinya menjadi kue pala dan siap untuk dipasarkan ke sejumlah warung/restoran yang ada di kawasan Kota Lhokseumawe dengan harga yang lebih tinggi dan dapat memberikan pengetahuan pemasaran kepada kelompok mitra agar produk yang dihasilkan dapat dipasarkan dengan mudah. Kemudian hasil dari pelatihan ini adalah: Masyarakat dapat memanfaatkan limbah dari buah pala sebagai sumber ekonomi baru terutama bagi masyarakat di kawasan perkebunan pala dan di kawasan objek wisata Pulau Seumadu Kota Lhokseumawe, peserta pelatihan dapat terbuka wawasannya/keinginan tentang peluang usaha baru  pada sektor industri rumah tangga yang lebih kreatif dan inovatif, dan kegiatan pelatihan kue pala sebagai kegiatan pengabdian kepada masyarakat  menunjukkan hasil yang signifikan terhadap keterampilan warga dalam mengolah daging buah pala menjadi produk yang bermutu dan dapat dipasarkan secara luas, namun masih perlu pendampingan dalam pengemasan, perizinan dan pemasaran produk lebih lanjut. Kata Kunci : Pelatihan, Kue Pala, Pulau Seumadu, Kota Lhokseumaw

    STRATEGI PONDOK PESANTREN MISBAHUL ULUM LHOKSEUMAWE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PUBLIC SPEAKING SANTRI

    Get PDF
    kajian ini berjudul Strategi ustaz dan ustazah dalam meningkatkan seni berbicara dan mental santri Pesantren Modern Misbahul Ulum kota Lhokseumawe, ustaz dan ustazah telah melakukan berbagai strategi demi bertujuan untuk menghasilkan santri yang berjiwa dalam seni berbicara dan mental di berbagai bidang secara islami. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi ustaz dan ustazah dalam meningkatkan seni berbicara dan mental santri Pesantren Modern Misbahul Ulum kota Lhokseumawe dan untuk mengetahui kendala-kendala ustaz dan ustazah dalam membina retorika dikalangan santri Pesantren Modern Misbahul Ulum kota Lhokseumawe. Adapun hasil dalam penelitian ini adalah strategi ustaz dan ustazah dalam beretorika telah dijalankan dengan baik, diterapkan melalui bidang Muhadharah, Muhadatsah, Darsul Izhaf, Khutbah Jum’at dan ‘Amaliah Tadris. Faktor yang menghambat strategi ustaz dan ustazah dalam membina seni berbicara dan mental santri Pesantren Modern Misbahul Ulum ialah masi ada ustaz yang memiliki kegugupan dalam membina, kurangnya percaya diri dan masi terdapat noise (gangguan) dari pihak santri Pesantren Modern Misbahul Ulum tersendiri. Diharapkan agar ustaz dan ustazah tidak pernah letih dalam membina santri dan selalu tekun, yakin dan berusaha untuk kemajuan peningkatan seni berbicara dan mental santri Pesantren Modern Misbahul Ulum kota Lhokseumawe.

    Makna Simbolik pada Budaya Gegunungan dalam Tradisi Pesta Masyarakat Singkil

    Get PDF
    This article aims to describe the symbolic meaning of the mountain culture at the Singkil Tribe traditional party. The theory used is the theory of symbolic interaction. This type of research uses descriptive qualitative research methods. Data collection techniques using observation, interviews and document studies. The results of the study show that the whole mountain is a symbol in the Singkil Tribe's traditional feast. Gegunungan is the vehicle of the kings in ancient times, people who use the mountain at a traditional party means glorifying guests. Based on the theory of symbolic interaction, gegunungan culture is run by people who come from certain individuals, namely people who are able to slaughter buffalo or oxen at their traditional parties, interactions are carried out using symbols, namely on the way to the bride's house from the mountains music is played which means that the child has the party already married or circumcised, rifles are fired and fire is spit out through the mouth which means that the groom's entourage has almost arrived at the bride's house, and the confusion surrounds the mountains which means that the bride's entourage determines whether what is coming is indeed the person expected or not. In addition, there is also a meaning that lies in the colorful decoration, and so on which can then be interpreted by the community.Abstrak: Artikel ini bertujuan mendeskripsikan makna simbolik budaya gegunungan pada pesta adat Suku Singkil. Teori yang digunakan adalah teori interaksi simbolik. Jenis penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumen. Hasil kajian ini  menunjukkan bahwa keseluruhan gegunungan merupakan simbol dalam pesta adat Suku Singkil. Gegunungan merupakan kendaraan raja-raja pada zaman dahulu, masyarakat yang menggunakan gegunungan pada pesta adat berarti memuliakan tamu. Berdasarkan teori interaksi simbolik, budaya gegunungan dijalankan oleh masyarakat yang berasal dari individu tertentu yakni orang yang mampu memotong kerbau atau lembu pada pesta adatnya, interaksi yang dilakukan menggunakan simbol yaitu dalam perjalanan ke rumah mempelai wanita dari gegunungan musik dimainkan yang bermakna bahwa anak yang punya pesta sudah dinikahkan atau dikhitan, bedil dibunyikan dan api disemburkan lewat mulut yang bermakna bahwa rombongan mempelai pria sudah hampir tiba ke rumah mempelai wanita, dan kekajangan mengelilingi gegunungan yang bermakna bahwa rombongan mempelai wanita memastikan apakah yang datang memang orang yang dinanti atau bukan. Selain itu, ada juga makna yang terletak pada hiasan warna-warninya, dan lain sebagainya yang kemudian dapat diinterpretasikan oleh masyarakat.

    Pesan Simbolik dalam Prosesi Petawaren Adat Gayo Lues

    Get PDF
    This study identifies and analyzes symbolic messages in the petawaren tradition in Blangkejeren District, Gayo Lues Regency. The research method used is descriptive qualitative. Data collection techniques include observation, interviews, and documentation. The results of the study indicate that the petawaren tradition is one part of Gayo culture which is carried out in welcoming various important events in life. Petawaren is carried out by inviting village elders. The procession of the petawaren tradition requires several main equipment which is prepared by the party who has the intention. The equipment used in this petawaren procession has been mutually agreed upon since time immemorial, including rice and water in a container mixed with celala, dedingin, bebesi, batang teguh, sesampi, and other flowers in an odd number and tied in one knot. The petawaren tradition means prayer and hope so that Allah SWT will always be given safety, blessings, and prosperity.ABSTRAKStudi ini mengidentifikasi dan menganalisis pesan simbolik dalam tradisi petawaren di Kecamatan Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data antara lain observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi petawaren adalah salah satu bagian budaya Gayo yang dilakukan dalam menyambut berbagai peristiwa penting dalam kehidupan. Petawaren dilaksanakan dengan mengundang tetua kampung. Prosesi tradisi petawaren membutuhkan beberapa perlengkapan utama yang dipersiapkan oleh pihak yang mempunyai hajat. Perlengkapan yang digunakan dalam prosesi petawaren ini telah disepakati bersama sejak dahulu kala, antara lain beras dan air dalam wadah yang dicampur celala, dedingin, bebesi, batang teguh, sesampi, dan bunga lainnya yang berjumlah ganjil dan diikat dalam satu ikatan. Tradisi petawaren bermakna doa dan harapan agar senantiasa diberi keselamatan, keberkatan, dan kesejahteraan oleh Allah SWT
    corecore