29 research outputs found

    Analysis Of Particle Content In Kappaphyccus alvarezii Seaweed In The Waters Of Arakan Village Using Scan Electron Microscopy–Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (SEM-EDX)

    Get PDF
    Kappaphycus alvarezii seaweed is widely cultivated in Indonesia and has important economic value. Nevertheless, this seaweed is easily attacked by diseases. This study was to determine the ice-ice triggers in seaweed farming locations. This research study was conducted at Arakan Village, South Minahasa, North Sulawesi. We performed the bacteria isolation on the infected thallus of Kappaphycus alvarezii and found Staphylococcus arlettae caused the infection. Staphylococcus aureus used to be found on the skin and mucous membranes of healthy humans, while  Staphylococcus epidermis inhabits only the skin of healthy humans. Approximately 30% of the normal healthy population was affected by Staphylococcus aureus as it asymptomatically colonizes human hosts. How this Staphylococcus arlettae (mainly found in pork farms) infected Kappaphycus alvarezii which is in a high salinity environment requires an in-depth study. We completed the experiment by using Scan Electron Microscopy–Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (SEM-EDX), analysis on infected thallus Kappaphycus alvarezii, and a series of bacteria isolation to observe the morphology and the element contents of Staphylococcus arlettae bacteria has successfully attached to the surface of Kappaphycus alvarezii and caused an infection.  This proves that environmental changes have stimulated pathogenic bacteria Staphylococcus arlettae in the area where Kappaphycus alvarezii is cultivated. The mechanism of biosorption by microbes that can live in environments that are contaminated with Pb metal is active uptake. This mechanism occurs simultaneously in line with the consumption of metal ions for the growth of microorganisms. Staphylococcus arlettae are resistant to heavy metals due to the ability to detoxify the influence of heavy metals in the presence of protein or granular material. From the results of the study using SEM-EDX of algae and bacteria Staphylococcus arlettae, it can be concluded that the content of the particle of metal in thallus triggers bacteria to live on the seaweed as an energy source. Keywords: Bacteria, disease, infection, Kappaphycus alvarezii, seaweed, Staphylococcus arletta

    Uji aktivitas antibakteri spons Plakortis sp. yang dikoleksi dari perairan Bunaken

    Get PDF
    Spons merupakan hewan yang termasuk dalam filum Porifera dan salah satu hewan yang hidup pada ekosistem terumbu karang. Biota laut ini diketahui sebagai sumber senyawa-senyawa yang berpotensi dalam bidang farmasetika, diantaranya sebagai antibakteri. Sampel spons Plakortis sp. yang diperoleh dari perairan Pulau Bunaken diambil ekstrak kasarnya melalui proses evaporasi lalu difraksinasi dengan teknik reversed phase kromatografi kolom, menggunakan kombinasi pelarut dH2O: metanol menjadi 6 fraksi. aktivitas antibakteri dari sampel spons Plakortis sp. terhadap E. coli dan S. aureus dianalisis dengan metode difusi agar. Hasil akhir dari penelitian ini yaitu fraksi 1,2,3,4, dan 6 memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli dan S. aureus dan fraksi 5 tidak memiliki aktivitas. Dua fraksi diantaranya memiliki aktivitas tertinggi dengan diameter rata-rata zona hambat yaitu fraksi 1 dengan diameter zona hambat (16,6 mm), fraksi 2 diameter zona hambat (17,3 mm) terhadap S. aureus, dan untuk E. coli diameter zona hambat fraksi 1 yaitu (17,6 mm) dan fraksi 2 (16,6 mm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa bioaktivitas fraksi ODS spons Plakortis sp. memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat antibakteri

    POTENSI ANTIBAKTERI BINTANG LAUT DARI PERAIRAN PANTAI KELURAHAN TONGKAINA MANADO

    Get PDF
    Starfish is one of the species of the asteroidean class, and is grouped into phylum echinoderms. Echinoderms consist of approximately 6000 species and all live in sea water. Starfish is one source bioactive compounds. Active compounds from starfish have been known to have activities antioxidant, antibacterial, anti-inflammatory, antifungal and immunostimulatory, there are also blue starfish that are potential as antitumor and antibacterial agents. This study aims to obtain crude extracts from several types of starfish, and testing the antibacterial activity of crude starfish extracts against bacteria Streptococcus agalactiae, Escherichia coli and  Staphylococcus aureus. Test the antibacterial activity of crude starfish extracs Protoreaster nodosus, Achaster tipycus, dan Linckia laevigata against bacteria E. coli, S. aureus, dan S. agalactiae use the agar diffusion method by means of a well.  L. l extract  can inhibit bacteria e. coli at an extract concentration of 1000 mg/ml with a diameter of inhibitory zone 11.0 mm, whereas at a concentration of 750 mg/ml the test bacteria can still grow on the bacteria S. agalactiae and S. aureus can still grow even though the extract has be given  L. l Keywords: Potential Starfish, Antibacterial Activity, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, and Streptococcus agalactiae Bintang laut merupakan salah satu spesies dari kelas Asteroidea, dan dikelompokkan kedalam filum Echinodermata. Filum Echinodermata  terdiri atas kurang lebih 6000 spesies dan semuanya hidup di air laut. Bintang laut  merupakan salah satu sumber penghasil senyawa bioaktif. Senyawa aktif dari bintang laut telah diketahui memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, antifungi dan imunostimulator, ada juga bintang laut biru yang potensial sebagai antitumor dan agen antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan ekstrak kasar dari beberapa jenis bintang laut, dan menguji aktivitas antibakteri ekstrak kasar bintang laut terhadap bakteri Streptococcus agalactiae, Escherichia coli dan  Staphylococcus aureus. Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak kasar bintang laut Protoreaster nodosus, Achaster tipycus, dan Linckia laevigata terhadap bakteri E. coli, S. aureus, dan S. agalactiae mengggunakan metode difusi agar dengan cara sumur. Ekstrak L. l mampu menghambat bakteri E.coli pada konsentrasi ekstrak 1.000 mg/ml dengan diameter zona hambat 11.0 mm, sedangkan pada konsentrasi 750 mg/ml bakteri uji masih bisa bertumbuh pada bakteri S. agalactiae dan S. aureus masih dapat bertumbuh walaupun telah diberikan ekstrak L. l.Kata Kunci : Potensi Bintang Laut, Aktivitas Antibakteri, Streptococcus agalactiae, Escherichia coli and  Staphylococcus aureu

    Analysis of Bacteria Community in the sediment from Bangka Island, North Sulawesi

    Get PDF
    Marine sediments are nutrient-rich and is a suitable habitat of bacteria. This research is a preliminary study of molecular analysis to identify the bacteria in the sediments from the littoral area that covered by mangroves in Bangka Island, North Sulawesi. The purposes of this study are to obtain the uncultivated bacterial DNA genome  which is used to identify the bacteria  and  bacterial community  in the sediments. Isolation of DNA genome from uncultured bacterial was carried out by following the genomic DNA extraction procedure using the DNeasy® PowerSoil Extraction Kit. Before isolating the bacterial DNA, sample were went through freezing and thawing processes. The DNA isolation result was subsequently tested using electrophoresis and UV-Vis spectrophotometers. Subsequently the genomic DNA was amplified using Polymerase Chain Reaction and the bacteria were identified using Next Generation Sequencing (NGS) analysis. The results of this study showed that the DNA of uncultured bacteria from sediment have the purity of 1.05 and the DNA amplification band was detected at 1300-1600bp. The bacteria in Bangka Island, North Sulawesi sediments were consisted of Gemmatimonadetes, Acidobacteria, Chioroflexi, Firmicutes, Bacteroidetes, Actinobacteria, Cyanobacteria and Proteobacteria respectively. Phylum Proteobacteria was found has the highest relative abundance  in the sediment.Keywords : Bacteria, Deoxyribo Nucleic Acid, Sediment, Uncultured. ABSTRAKSedimen laut merupakan suatu habitat yang kaya akan nutrient dan merupakan habitat dari bakteri. Penelitian ini merupakan tahapan awal dalam rangkaian analisis molekuler bakteri yang hidup di sedimen dari daerah litoral yang ditumbuhi oleh mangrove pada Pulau Bangka Sulawesi Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan DNA genom bakteri tanpa kultivasi yang digunakan dalam analisis jenis dan komunitas bakteri pada sedimen. Isolasi DNA genom bakteri tanpa kultivasi dilakukan dengan mengikuti prosedur Kit ekstraksi DNA DNeasy® PowerSoil. Sebelum tahap isolasi DNA bakteri, sampel diperlakukan proses freezing and thawing. Hasil isolasi DNA diuji menggunakan elektroforesis dan spektrofotometer UV-Vis. DNA genom diamplifikasi menggunakan Polymerase Chain Reaction dan ditentukan jenis bakteri dengan menggunakan Next Generation Sequencing analysis. Hasil penelitian menujukkan bahwa DNA bakteri tanpa kultivasi  memiliki kemurnian 1,05. DNA amplifikasi terdeteksi pada posisi 1300-1600bp. Dan jenis bakteri yang hidup pada sedimen di Pulau Bangka Sulawesi Utara, terdiri dari filum Gemmatimonadetes, Acidobacteria, Chioroflexi, Firmicutes, Bacteroidetes, Actinobacteria, Cyanobacteria dan Proteobacteria. Kelimpahan tertinggi bakteri yang hidup pada sedimen tersebut adalah  filum Proteobacteria.Kata kunci : Bakteri, Deoxyribo Nucleic Acid, Sedimen, Tanpa kultivasi

    UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTI-UV Phyllidiella nigra DAN BAKTERI SIMBIOTIKNYA DARI PERAIRAN TANJUNG MANDOLANG

    Get PDF
    Phyllidiella nigra is an organism that is suspected to have secondary metabolites because their ability to develop its self defense system by camouflage and using chemical compounds derived from their nature diet as deterrent against their predators. The purpose of this study was to isolate symbiotic bacterial derived from P. nigra, extracted and followed by, the antibacterial assays against Escherichia coli and Bacillus megaterium as well as the anti-UV assay. The results showed that the five isolates tested had an antibacterial activity with the highest average inhibition zone against E. coli DSM 498 bacteria, isolate 1 (14.67 mm), isolate 5 (14 mm), and against B. Megaterium DSM 32T bacteria, isolate 3 (13.33 mm). The three isolates which had the highest inhibition zone and P. nigra extract were tested for anti-UV assay using a UV-Vis Spectrophotometer. The results obtained isolate 3 has absorption of UV-A with the UV absorbtion maximum at λ 340 nm and P. nigra extract has absorption on UV-B radiation with UV absorption maximum at λ 290 nm. Key words: Nudibranchia, Bacteria, Anti-bacteial, Anti-UV Phyllidiella nigra merupakan organisme yang diduga memiliki metabolit sekunder karena mampu mengembangkan sistem pertahanan dirinya dengan cara kamuflase dan menggunakan senyawa kimia sebagai racun yang didapat dari makanannya. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendapatkan isolat bakteri yang bersimbiosis dengan P. nigra, mendapatkan ekstrak dari baktri simbion, dan menguji antibakteri dan anti-UV ekstrak etil aseta bakteri simbion dengan metode difusi agar terhadap bakteri Escherichia coli dan Bacillus megaterium. Hasil penelitian didapatkan kelima isolat yang diuji memiliki aktivitas antibakteri dengan rerata zona hambat tertinggi terhadap bakteri E. coli DSM 498 yaitu isolat 1 (14,67 mm), isolat 5 (14 mm), dan terhadap baktri B. megaterium DSM 32T yaitu isolat 3 (13,33 mm). Ketiga isolat yang memiliki zona hambat tertinggi dan ekstrak P. nigra diujikan anti-UV menggunakan alat UV-Vis Spektrofotometer. Hasil yang didapat isolat 3 memiliki serapan terhadap radiasi sinar UV-A dengan puncak tertinggi pada λ 340 nm dan ekstrak P. nigra memiliki serapan terhadap radiasi sinar UV-B dengan puncak tertinggi berada pada λ 290 nm. Kata kunci: Nudibranchia, Bacteria, Anti-bacteial, Anti-U

    UJI AKTIVITAS ANTI ULTRAVIOLET EKSTRAK TERIPANG Holothuria atra, Holothuria scabra SERTA Synapta maculata DARI PANTAI TONGKAINA KECAMATAN BUNAKEN KOTA MANADO

    Get PDF
    Anti-UV compounds are compounds used for making sunscreen or sunscreen/sunblock that can absorb sunlight. Several classes of antioxidant active compounds such as cinnamates, flavonoids, tannins, quinones, and others have been studied to have the ability to protect the skin from UV rays. The purpose of this study was to determine the anti-UV substance of extracts of three types of sea cucumbers H. atra, H. scabra and                                     S. maculata. This test was conducted using spectrophotometric analysis method using UV-Vis spectrophotometer. Spectrophotometer is a tool used to measure energy relatively if the energy is transmitted, reflected or emitted as a function of wavelength. The results of the anti-UV activity test showed that the three sea cucumbers were able to absorb UV A at 320-400 nm. From this study it can be concluded that sea cucumbers have the potential as anti-UV. It is suggested that it can be further researched with the purification stage.  Keywords: Sea cucumber, Holothuria atra, Holothuria scabra, Synapta maculata, anti-UV     ABSTRAK Senyawa anti UV adalah senyawa yang dipakai untuk bahan pembuatan tabir surya atau sunscreen/sunblock yang memiliki kemampuan untuk menyerap sinar matahari. Adapun beberapa golongan senyawa aktif antioksidan seperti sinamat, flavonoid, tanin, kuinon, dan lain-lain telah diteliti memiliki kemampuan untuk melindungi kulit dari sinar UV.Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan substansi anti UV ekstrak ketiga jenis teripang H. atra, H. scabra dan S. maculata. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis spektrofotometri dengan memakai alat spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Hasil penelitian uji aktivitas anti UV menunjukan bahwa ketiga teripang mampu menyerap UV A pada 320-400 nm. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa teripang laut berpotensi sebagai anti-UV. Disarankan agar dapat diteliti lebih lanjut dangan tahap pemurnian. Kata kunci : Teripang laut, Holothuria atra, Holothuria scabra, Synapta maculata, anti-U

    PERBANDINGAN KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA KARAGENAN YANG DIEKSTRAKSI DARI RUMPUT LAUT Eucheuma spinosum DAN Kappaphycus alvarezii SEBAGAI BAHAN BAKU MASKER WAJAH

    Get PDF
    The aim of this study was to compare the physicochemical characteristics of carrageenanextraction from seaweeds E. spinosum and K. alvarezii, and the facial mask preparations produced.This study was conducted from February to May 2023, starting from sampling in Nain Village, WoriDistrict, North Minahasa Regency and continued at the Marine Biotechnology and PharmaceuticalLaboratory, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Sam Ratulangi University. This study was carriedout in several stages, namely extraction with NaOH at three different temperatures, and carrageenancharacterization by measuring yield, moisture content and gel strength, as well as mask preparationfrom carrageenan raw material using a mask maker machine and waterbath. Furthermore, irritation testwas performed by applying the mask preparation on human skin. The results of this study showed thatthe yield of carrageenan extracted from seaweeds K. alvarezii and E. spinosum were 22.36% and13.86%, respectively. The moisture content of carrageenan K. alvarezii (16.25%) was lower than E.spinosum (19.00%). Similarly, the gel strength of carrageenan K. alvarezii was 69.12 g/cm2 lower thanE. spinosum (80.20 g/cm2). Mask made from carrageenan from E. spinosum using a machine took 29hours and resulted in a film-like shape that was slightly flexible, while mask processing fromcarrageenan from K. alvarezii only took 10 minutes resulting in a compact jelly-like texture. Withwaterbath for 30 minutes, mask made from carrageenan from E. spinosum formed a solid gel, whilemask from carrageenan from K. alvarezii formed a thinner gel. It can be concluded that differentphysicochemical characteristics of carrageenan extracts cause different textures of the masksproduced. Irritation test of mask made from carrageenan from both types of seaweed did not causeirritation on the skin.Keywords: Seaweed, Eucheuma spinosum, Kappapychus alvarezii, Carrageenan, Facial Mask ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan karakteristik fisika kimia ekstraksikaragenan dari rumput laut E. spinosum dan K. alvarezii, dan sediaan masker wajah yang dihasilkan.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2023 yang dimulai dari pengambilan sampel diDesa Nain, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara dan dilanjutkan di Laboratorium Bioteknologidan Farmaseutika Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Sam Ratulangi.Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu ekstraksi dengan NaOH pada tiga suhu yangberbeda, dan karakterisasi karagenan dengan mengukur rendemen, kadar air dan kekuatan gel, sertapreparasi masker berbahan baku karagenandengan mesin pembuat masker dan waterbath.Selanjutnya uji iritasi dilakukan dengan mengoleskan sediaan masker pada kulit manusia. Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa rendemen karagenan yang diekstraksi dari rumput laut K. alvareziidan E. spinosum, masing-masing 22,36% dan 13,86%. Kadar air dari karagenan K. alvarezii (16,25%),lebih rendah dari E. spinosum (19,00%). Demikian pula, kekuatan gel karagenan K. alvarezii sebesar69,12 g/cm2lebih rendah dari E. spinosum (80,20 g/cm2). Masker berbahan baku karagenan dari E.spinosum dengan menggunakan mesin membutuhkan waktu 29 jam dan hasilnya berbentuk film yangagak lentur, sedangkan pemrosesan masker dari karagenan dari K. alvarezii hanya butuh waktu 10menit menghasilkan bertekstur jeli yang kompak. Dengan waterbath selama 30 menit, maskerberbahan baku karagenan dari E. spinosum berbentuk gel yang padat, sedangkan masker darikaragenan dari K. alvarezii berbentuk gel yang lebih encer. Dapat disimpulkan bahwa karakteristik fisikakimia ekstrak karagenan yang berbeda menyebabkan tekstur dari masker yang dihasilkan jugaberbeda. Uji iritasi masker berbahan baku karagenan dari kedua jenis rumput laut tersebut, tidakmenimbulkan iritasi pada kulit. Kata kunci: Rumput Laut, Eucheuma spinosum, Kappapychus alvarezii, Karagenan, Masker Wajah   &nbsp

    KEANEKARAGAMAN SPONS DI KAWASAN PANTAI KINAMANG KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

    Get PDF
    Spons are primitive living settled animals that are filter feeder. These animals are commonly found in tropical and sub-tropical waters, ranging from the intertidal zone to the subtidal. The aim of this study is to know the diversity of species and the content of bioactive sponges. Sponge data collection: ecological index, species composition and density of sponge as well as knowledge of the study of bioactive sponge using the library study of the research carried out and using the scientific articles of the last 10 years, from 2013 to 2023. The study used the transec belt method that has been modified. From the use of the method, 17 Families were obtained, 48 individuals at a depth of 7 m and 118 individuals at 14 m. Based on the results of this study showed that the index of diversity obtained from the analysis results belonged to the average in 7 m and 14 m. Distribution patterns obtained from data analysis results obtain the distribution pattern at a depth of 7 m grouping 5 families, uniform 5 families and random 1 family. At a depth of 14 m, the most spread pattern is the uniform spread of 10 families, and the spread model groups 4 families. The index of diversity obtained from the results of data analysis is high (stable). The composition of the species obtained from the results of the analysis showed the highest species of the clionaidae family and the lowest sponge species composition is 7 m depth is 0%, the lower species in 14m depths is 11.86%. The highest value of spongy density at a depth of 7 meters is 2.44 ind/m² and the lowest is 0.15 ind/m², whereas at depths of 14 meters with the highest values are 3.16 ind/m² and lower is 0.08 ind/m² and a library study of the bioactive content received 27 articles related to the family obtaining at the research site and in teluk manado.Keywords: Diversity, Sponge, Kinamang Beach, Bioactive ContentABSTRAKSpons merupakan hewan primitif yang hidup menetap yang bersifat filter feeder (menyaring). Hewan ini sangat umum dijumpai di perairan tropis dan sub tropis, sebarannya mulai dari zona intertidal hingga zona subtidal. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui keanekaragaman jenis dan kandungan bioaktif spons. Pengambilan data spons : indeks ekologi, komposisi jenis dan kepadatan spons serta mengetahui kajian mengenai bioaktif spons dengan menggunakan studi pustaka dari penelitian yang telah dilakukan dan menggunakan artikel ilmiah 10 tahun terakhir tahun 2013 sampai 2023. Penelitian ini menggunakan metode belt transek yang telah dimodifikasi. Dari pengunaan metode tersebut diperoleh 17 Famili, 48 individu pada kedalaman 7 m dan 118 individu pada kedalaman 14 m. Berdasarkan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman yang diperoleh dari hasil analisis tergolong sedang pada kedalam 7 m dan 14 m. Pola Sebaran yang diperoleh dari hasil analisis data didapatkan pola sebaran pada kedalaman 7 m pola sebaran mengelompok 5 famili, pola sebaran seragam 5 famili,dan pola sebaran acak 1 famili. Sedangkan pada kedalaman 14 m pola sebaran terbanyak yaitu, pola sebaran seragam 10 famili, dan pola sebaran mengelompok 4 famili. Indeks keseragaman yang diperoleh dari hasil analisis data yaitu tergolong tinggi (stabil). Komposisi jenis yang diperoleh dari hasil analisis menunjukkan jenis spons tertinggi yaitu dari famili clionaidae dan komposisi jenis spons terendah kedalaman 7 m yaitu 0%, jenis spons terendah pada kedalaman 14 m yaitu 11,86 %. Nilai kepadatan spons tertinggi pada kedalaman 7 m yaitu 2,44 ind/m² dan terendah yaitu 0,15 ind/m², sedangkan pada kedalaman 14 meter dengan nilai tertinggi yaitu 3,16 ind/m² dan terendah yaitu 0,08 ind/m² dan studi pustaka mengenai kandungan bioaktif yang didapatkan 27 artikel yang berkaitan dengan famili yang didapatkan di lokasi penelitian dan di teluk manado.Kata Kunci: Keanekaragaman, Spons, Pantai Kinamang, Kandungan Bioakti

    Anti-Bacterial And Anti-Ultraviolet Activity Test Of Black Cucumber (Holothuria atra) Extract From Tongkaina Waters, Bunaken District, Manado City

    Get PDF
              The purpose of this study was to obtain the crude extract of Holothuria atra, test its antibacterial activity against Escherichia coli and Bacillus megaterium strains using the disc diffusion method (Kirby-Bauer disc diffusion), test the anti-UV of Holothuria atra extract taken from Tongkaina Waters, Bunaken District, Manado City. Antibacterial testing was carried out with several different concentrations, from the results of antibacterial testing carried out the average inhibition zone on E. coli bacteria with 100,000 ppm the average inhibition zone was (9.67 mm), for 50,000 ppm the average inhibition zone was (8 mm), from B. megaterium bacteria known to have H.a 100,000 ppm producing an average inhibition zone (9.67 mm), H.a 50,000 ppm an average inhibition zone of (8.67 mm). The results of the anti-UV test for Holothuria atra extract showed absorption in UV-C at λ 210 nm with the highest absorbance value of 2.774. Keywords: Sea cucumber, Antibacterial, Anti-UV, Escherichia coli, Bacillus megaterium. Abstrak Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan ekstrak kasar Holothuria atra, menguji aktivitas antibakteri terhadap strain Escherichia coli dan Bacillus megaterium dengan metode difusi agar (disc diffusion Kirby-Bauer), menguji anti-UV dari ekstrak Holothuria atra yang diambil dari Perairan Tongkaina Kecamatan Bunaken Kota Manado. Pengujian antibakteri dilakukan dengan beberapa konsentrasi yang berbeda, dari hasil pengujian antibakteri yang dilakukan rerata zona hambat pada bakteri E. coli dengan 100.000 ppm rerata zona hambat sebesar (9,67 mm), untuk 50.000 ppm rerata zona hambat sebesar (8 mm), dari bakteri B. Megaterium diketahui H.a 100.000 ppm menghasilkan rerata zona hambat (9,67 mm), H.a 50.000 ppm rerata zona hambat sebesar (8,67 mm). Untuk hasil pengujian anti-UV ekstrak Holothuria atra menunjukkan serapan pada UV-C pada λ 210 nm dengan nilai absorban tertinggi 2,774. Kata kunci : Teripang laut, antibakteri, anti-UV, Escherichia coli, Bacillus megaterium
    corecore