18 research outputs found

    HUBUNGAN EFEKTIFITAS KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT STRESS PASIEN KUSTA DI PUSKESMAS RUMPIN

    Get PDF
    Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2012, Indonesia merupakan salah satu wilayah asia tenggara yang menempati urutan ke tiga dunia dengan angka kejadianĀ  kusta sebanyak 23.169 penderita setalh india dan brazil. Sikap dan perilaku masyarakat yang negatif terhadap penderita kusta sering kali menyebabkan penderita kusta merasa tidak mendapat tempat dikeluarganya dan lingkungan masyarakat, hal ini bisa menyebakkan tingkat stress pada penderita kusta sangat tinggi dan bisa mempengaruhi pada tingkat kesembuhan pasien kusta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan efektifitas komunikasi terapeutik denganĀ  tingkat stress pasien kusta . Metode penelitian iniĀ  kuantitatif yang menggunakan data primer (Kusioner) dan memakai metode penelitian cross sectional. Ā PopulasiĀ  dalam penelitian ini adalah penderita kusta yang ada di Puskesmas Rumpin sebanyak 39 responden. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 39 orang pasien kusta di Puskesmas Rumpin. Hasil penelitian dari 39 responden diperolehĀ  pasien kusta yang mengatakan komunikasi terapeutik petugas kepada pasien kusta kurang sebanyak 1 orang (100%) pada pasien kusta yang mengalami stress berat, menurut pasien kusta komunikasi petugas baik sebanyak 7 orang (28%) pada pasien yang tidak mengalami stress, sebanyak 7 orang (28%) pada pasien yang mengalami stress sedang, sebanyak 6 orang (24%) pasien yang mengalami tingkat stress sangat berat, sebanyak 4 orang (16%) pada pasien yang mengalami stress ringan sedangkan 1 orang (4%) pasien kusta yang mengalami stress berat mengatakan komunikasi patugas baik. hasil uji statisticĀ  diperoleh nilai p-value = 0,02< Ī± = 0,05. Maka Ho diterima sehingga dapat di simpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara efektifitas komunikasi terapeutik dengan tingkat stress pasien kusta di Puskesmas Rumpin. Saran diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa di jadikan referensi bagiĀ  dokter atau perawatĀ  dalamĀ  menangani pasien kusta dengan permasalahannya dengan cara melakukan komunikasi yang baik antara petugas kusta dan pasien kusta sehingga pasien kusta merasa nyaman selama melakukan pengobatan di Puskesmas

    DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN SOSIAL PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI POSYANDU ASRI 2

    Get PDF
    Pendahuluan: Anak prasekolah adalah anak dengan rentan usia 3 sampai 5 tahun, dimana biasa disebut masa kanak-kanak. Perkembangan kepribadian sosial merupakan hal yang harus perhatikan pada anak usia prasekolah. Data kementerian kesehatan tercatat, angka inisiasi menyusui dini di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2016 sebanyak 51,% menjadi 57,8% ditahun 2017 dengan target 90%. Tujuan: mengetahui pengaruh pemberian ASI eksklusif terhadap perkembangan kepribadian sosial pada anak usia prasekolah. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode survey Research Methode. dengan Desain secara studi retrospektif . Jumlah Sampel sebanyak 96 responden dengan error 5%, pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner, dengan analisa data menggunakan univariate dan bivariat. Hasil penelitian: Didapatkan hasil anak usia prasekolah yang mengalami perkembangan kepribadian sosial baik sebanyak 63 responden (65,6%) dan kategori kurang baik sebanyak 33 responden (34,4%). Terdapat 2 (dua) variabel yang menunjukkan pengaruh terhadapĀ perkembangan kepribadian sosial, yaitu pemberian ASI eksklusif (Ī±=0,00) dan status gizi pada anak (Ī±=0,00) dan 3 (tiga) variabel yang menunjukkan tidak ada pengaruh terhadap perkembangan kepribadian sosial pada anak usia prasekolah yaitu pendidikan orangtua (pendidikan ibu Ī±=0,60, pendidikan ayah Ī±=0,088), tingkat ekonomi (Ī±=0,057), dan jenis kelamin anak (Ī±=0,139). Kesimpulan: Adanya pengaruh ,pemberian ASI Eksklusif dan Status gizi anak ,pada perkembangan kepribadian social anak usia prasekolah. Saran: Diharapkan kepada masyarakat khususnya para ibu untuk giat dalam memberikan ASI secara Eksklusif kepada anaknya . Karena ASI dan status gizi yang baik akan mempengaruhi tumbuh kembang anak ketika dewasa

    Early Marriage Determination of Teenagers in Banten Province

    Get PDF
    Based on the results of the Program Performance and Accountability Survey in Banten year of 2019, the number of births in Banten province at the age of 15-19 years old was still quite high compared to other provinces, namely 39.5% compared to Jakarta City, (25.4%), West Java (25.3%) and East Java (25.9%). The purpose of this study was to identify the determinants of early marriage in Banten Province, used secondary data, namely Program Performance Monitoring and Accountability Survey in 2019. The population in this study were all married women in the 2019, which amounted to 1687 samples. The results of the study were of 1687 respondents. More than 50% of respondents got married at an early age, namely 909 respondents (53.9%). More than 50% respondents had 15-19 years old of first marriage age of 37.1%, their educational background was primary school of 37.8%. The respondentsā€™ occupation were housewives of 75.7% . Based on the bivariate analysis, it showed that the CI was 95%, and the P-value &lt;0.05 showed that there was a significant correlation between education (0,000), socio economic (0.010), and ethnic (0.000), with early marriage based on the analysis of Program Performance and Accountability Survey in 2019. However, there was no significant correlation between occupation and p-value 0.614 at 95% CI. Based on multivariate analysis using logistic regression, it produced the final modeling in determining the determinants of early marriage. The conclusion of these, four determinants showed that educational factors were very influential in early marriage

    HUBUNGAN PERILAKU EMOTIONAL EATING, ASUPAN ENERGI DAN BEBAN KERJA DENGAN GEJALA STRES SAAT MENYUSUN SKRIPSI PADA MAHASISWA S1 KESEHATAN MASYARAKAT STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

    Get PDF
    Tekanan stres yang berbahaya, menakutkan, menjengkelkan, dan tidak terkendali yang dihasilkan dari ketidaksesuaian antara keadaan yang diinginkan dan harapan, ketika ada kesenjangan antara tuntutan lingkungan dan kemampuan individu untuk memuaskannya. Stres akademik memengaruhi antara 38% dan 71% siswa di seluruh dunia, dan antara 39% dan 61,3 persen siswa Asia. Antara 36,7% dan 71,6% siswa Indonesia melaporkan merasa kewalahan dengan tugas sekolah. Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan perilaku emotional eating, asupan makan berlebih dan beban kerja dengan gejala stres saat menyusun skripsi pada mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Widya Dharma Husada Tangerang. Jenis penelitian ini menggunakan analitik observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2021 menggunakan total sampling, dengan jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 97 responden mahasiswa semester akhir yang sedang mengerjakan skripsi. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Korelasi Pearson dan Spearman. Hasil penelitian terdapat hubungan antara perilaku emotional eating dengan gejala stres (p=0,001, r=-0,391), asupan makan berlebih dengan gejala stres (p=0,001, r=0,544), beban kerja dengan gejala stres (p=0,001, r=0,465. Dari Hasil Penelitian ini diharapkan mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi dapat mengelola tingkat stress dan mengontrol emotional eating, agar tidak terjadi masalah yang lebih berat lagi seperti kejadian obesitas atau kekurangan gizi

    ANALISIS PERILAKU CARING PERAWAT BEDAH DAN KECEMASAN DENGAN KEPUASAN PASIEN POST LAPARATOMI DI INSTALASI BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TANGERANG

    Get PDF
    Laparatomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian organ abdomen yang mengalami masalah. Operasi akan membangkitkan reaksi stres baik fisiologis maupun psikologis. Salah satu respon psikologis adalah kecemasan Kecemasan sering terjadi pada saat melakukan tindakan operasi karena adanya gangguan integritas tubuh dan jiwa seseorang yang dapat berpengaruh pada psikologis. Tujuan Penelitian: Untuk mengidentifikasi perilaku caring perawat bedah danĀ  kecemasan dengan kepuasan pasien postĀ  Laparatomi di Instalasi Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang. Jenis penelitian: Penelitian kuantitatif dengan desain penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Total sampling dengan jumlah sampel 55 responden. Hasil Penelitian: Dari hasil analisa data menunjukan bahwa Perilaku Caring Perawat Bedah Dengan Tingkat Kecemasan responden Post operasi laparatomi. uji Analisa statistik Chi-Square Tests didapatkan nilai p value 0.006 dengan kai kuadrat dengan batas kemaknaan (ƎĀ±) P value &lt;0,05 yang dimana nilai P=0.006 lebih kecil dari &lt;0.05. Dari hasil analisa data menunjukan bahwa Perilaku Caring Perawat Bedah Dengan Tingkat kepuasan responden Post operasi laparatomi. Uji Analisa statistik Chi-Square Tests didapatkan nilai p value 0.003 dengan kai kuadrat dengan batas kemaknaan (ƎĀ±) P value &lt;0,05 yang dimana nilai P=0.003 lebih kecil dari &lt;0,05. Maka disimpulkan: ada hubungan perilaku caring perawat bedah dengan tingkat kecemasan dan kepuasan pasien post operasi Laparatomi di Instalasi Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang. Saran: Berbagai Pendidikan yang dapat menyalurkan informasi tentang perilaku caring perawat bedah dengan tingkat kecemasan dan kepuasan pasien post operasi laparatomi.

    EFEKTIVITAS THERAPEUTIC PEER PLAY TERHADAP KECEMASAN DAN KEMANDIRIAN ANAK PENDERITA DENGUE HAEMORAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT BUAH HATI CIPUTAT

    Get PDF
    Kemandirian dan Kecemasan adalah Ā reaksi yang sering terjadi pada anak saat hospitalisasi dan berakibat pada lamanya adaptasi, penurunan kondisi dan gangguan perkembangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas therapeutic-peer-play terhadap kemandirian dan kecemasan pada anak penderita Dengue Haemoragic Fever Diruang Rawat Inap Rumah Sakit. Rancangan design penelitian ini adalah pre-test post-test design, sampel diambil 30 responden. Analisis data dengan paired samples test. Dari hasil penelitian setelah dilakukan therapeutic-peer play tingkat kecemasan ringan sebesar 20 responden (66,7%) dan tingkat kecemasan sedang 10 responden (33,3%). Sebelum dilakukan therapeutic-peer play tingkat kecemasan ringan sebanyak 2 responden (6,7%) dan tingkat kecemasan sedang sebanyak 28 responden (93,3%). Dari hasil penelitian setelah dilakukan therapeutic-peer play tingkat kemandirian sebanyak 7 responden (23,3%) tidak mandiri dan tingkat mandiri sebanyak 23 responden (76,7%). Sebelum dilakukan therapeutic-peer play sebanyak 26 responden (86,7%) ditingkat tidak mandiri dan tingkat mandiri sebanyak 4 responden (13,3%). Hasil uji statisik uji paired samples test diperoleh nilai (p-value = 0,00 &lt; 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh therapeutic-peer play terhadap tingkat kecemasan dan kemandirian pada anak. Saran dari hasil penelitian ini diharapkan institusi pendidikan dapat memberikan informasi dan referensi untuk mengurangi tingkat kecemasan dan kemandirian pada anak dengan therapeutic-peer play

    ANALISIS KORELASI FAMILY SUPPORT DENGAN KEPATUHAN DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN MULTIDRUG RESISTANT PADA PASIEN TUBERCULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU DI RS X KOTA TANGERANG SELATAN

    Get PDF
    Tuberculosis paru adalah penyakit yang sangat menular dan sangat mudah menyebar di udara melalui sputum, atau air ludah, yang dibuang oleh penderita tuberkulosis paru. Resistensi obat atau resistensi multiobat dapat muncul sebagai akibat dari pengobatan tuberkulosis yang tidak tepat. Kepatuhan adalah salah satu upaya faktor potensial untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan, dan keluarga harus mendukung dan terlibat langsung dalam pengobatan anggota keluarganya untuk mendukung dan mendampinginya selama pengobatan. Tujuan Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel berikut: dukungan keluarga dan kepatuhan dalam pencegahan kasus tubercolusis paru yang resisten terhadap berbagai obat di poli klinik paru Rumah Sakit X Kota Tangerang Selatan. Metode penelitian yang dilakukan yang dilakuka pada Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai data primer dan menggunakan metode penelitian cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 77 pasien TBC Paru di RS X Kota Tangerang Selatan. Hasil penelitian, Terindentifikasi distribusi responden pada penderita Tuberkulosis Paru Di RS X Kota Tangerang SelatanĀ  Penelitian dilakukan terhadap 77 responden, hampir setengahnya (36,4%) Ā berusia usia &lt; 26 -35 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, lebih dari setengahnya berjenis kelamin laki-laki (67,5%). Hampir setengahnya berpendidikan terakhir SMA (42,9%). Hampir setengah responden bekerja sebagai Pegawai swasta/Buruh (46,8%). Gambaran dukungan keluarga terhadap pencegahan multidrug resistant pada pasien Tuberculosis paru menunjukkan hasil dukungan keluarga lebih dari setengahnya (70,1%) dengan dukungan keluarga baik,Ā  dan teridentifikasi kepatuhan pencegahan multidrug resistance pasien TB dengan hasil Sebagian besar patuh dalam pencegahan multidrug resistant Paru (77,9%). Kesimpulan: Menganalisis hasil uji statistik dimana Ho ditolak, terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pencegahan multidrug resistant berdasarkan hasil pengujian data di atas menunjukkan nilai signifikan P-value = 0,018

    Case-Based Learning: Upaya Menstimulasi Intensi Remaja untuk Berkomunikasi Secara Adekuat dengan Orang Tua tentang Kesehatan Seksual

    No full text
    Establishing communication about sexual health between parents and adolescents is a vital aspect of the family process. However, talking about sexual health are often considered taboo which discourages adolescents from discussing sexual health problems with their parents. The purpose of this community service was to stimulate the intention of adolescents to communicate adequately with their parents about their teenage lives, especially about sexual health. The case-based learning was conducted by applied the brain-storming discussion. The case-based learning method allows the team to present various cases from online media news about adolescent sexual health issues. Based on these cases, adolescent opinions about major impacts that would occur and what solutions were needed to prevent them were explored. The results show: (1) there was the emergence of intention, from the previous 70% of adolescents never had the intention or thought to tell their parents about their love life to 90% of adolescents agreed to slowly intend to be more open to their parents; and (2) there was the emergence of intention, from 60% of adolescents never having the intention or thought to tell their parents about sexual / reproductive health problems to 90% of adolescents agreeing to slowly intend to be more open to their parents. From these community service activities, it can be concluded that case-based learning activities are able to stimulate the adolescent intentions to communicate with parents about sexual health. It is highly recommended that this community service activity be continued by targeting the parents.Menjalin komunikasi tentang kesehatan seksual antara orang tua dengan remaja merupakan aspek vital dalam proses keluarga. Namun, perbincangan tentang kesehatan seksual antara orang tua dengan remaja sering dianggap hal yang tabu yang membuat remaja enggan membicarakan problematika kesehatan seksualnya pada orang tua. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini untuk menstimulasi munculnya intensi dari para remaja agar mau berkomunikasi adekuat dengan orang tua untuk membicarakan kehidupan remajanya, khususnya tentang kesehatan seksual. Metode pelaksanaan dilakukan dengan case-based learning yang diaplikasikan melalui teknik brain-storming. Metode case-based learning memungkinkan tim pengabdi untuk menampilkan berbagai kasus dari berita media online tentang isu kesehatan seksual remaja. Berbasiskan kasus tersebut, remaja digali pendapat dan analisisnya tentang penyebab kasus, dampak besar yang akan terjadi serta apa solusi untuk mencegahnya. Hasil kegiatan menunjukkan: (1) ada indikasi kemunculan intensi, dari yang tadinya 70% remaja tidak pernah memiliki intensi atau terpikirkan untuk bercerita kepada orang tuanya tentang kehidupan percintaannya menjadi 90% remaja setuju untuk perlahan berniat lebih terbuka pada orang tuanya; dan (2) ada indikasi kemunculan intensi, dari yang tadinya 60% remaja tidak pernah memiliki intensi atau terpikirkan untuk bercerita kepada orang tuanya tentang masalah kesehatan seksual/reproduksi menjadi 90% remaja setuju untuk perlahan berniat lebih terbuka pada orang tuanya. Dari kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan case-based learning mampu menstimulasi timbulnya intensi remaja untuk berkomunikasi dengan orang tua tentang kesehatan seksual. Sangat disarankan agar kegiatan pengabdian masyarakat ini dilanjutkan dengan unit sasaran yang berbeda, yakni pihak orang tua
    corecore