3 research outputs found
KEMAMPUAN MENGGUNAKAN PARTIKEL, PERUBAHAN KATA SIFAT, DAN KATA TANYA BAHASA JEPANG KELAS XI BAHASA SMA KEMALA BHAYANGKARI TAHUN AJARAN 2006/2007
Abstrak
Mampu menggunakan bahasa Jepang dengan baik adalah tujuan belajar bahasa asing Bahasa. Dalam kegiatan belajar bahasa asing, membuat kesalahan
merupakan hal yang tidak bisa dihindari, begitu pula dalam mempelajari bahasa Jepang. Dengan membuat kesalahan, diharapkan siswa dapat memahami lebih baik tentang apa yang telah mereka pelajari. Peserta didik SMA yang belajar
bahasa Jepang diharapkan mampu memahami pola dasar bahasa Jepang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa level SMA sederajat di SMA KEMALA Bhayangkari Surabaya kelas XI dalam hal penggunaan partikel partikel (Joshi), perubahan kata sifat (keiyoushi ada Henka), dan kata tanya (Gimon shi). Setelah melakukan analisis, skor penilaian siswa di untuk penggunaan partikel dikatakan baik dengan skor 69,56 sedangkan untuk perubahan kata sifat (keiyoushi ada Henka) dinyatakan cukup dengan nilai 67,89 dan kemampuan siswa perihal kata tanya (Gimon Shi) dinyatakan cukup baik dengan skor 76,81.
Kata kunci: partikel (joshi), perubahan kata sifat (keiyoushi ada Henka), kata tanya (Gimon shi)
Abstract
Being able to use the Japanese language properly is the purpose of learning a
foreign language Bahasa. In the activities of learning foreign language, it can not be separated from making mistakes, especially in learning Japanese language. By making mistakes, it is expected that students can understand better about what they have learned. High school learners who learns foreign languages like Japanese are expected to understand the basic Japanese patterns. Thus, this research is conducted on the ability of high school students in high school English class XI KEMALA Bhayangkari Surabaya in working on particles (Joshi), adjectives changes (keiyoushi no Henka), and question words (Gimon shi). After doing analysis, the results found that studen
TES KEBAHASAN
Rina Suci Andriani
Mahasiswa Program Pascasarjana Unesa β Surabaya
[email protected]
Abstract
The language test intended to measure the students' communicative abilities in this case is
the student communicative test in the target language and not merely in the form of the final
or summative test. In the process, the good one is the test in the process, during the ongoing
process of learning. The purpose of this test is to show and fix the mistakes or errors made by
the students. The language test to measure the student learning outcomes should be
appropriate to the nature of language teaching conducted. The forms and nature of the test is
so bound to the nature of language teaching applied. The Javanese language teaching for
children whose mother?s mother tongue is Javanese will certainly be different from the
teaching of Bahasa Indonesia as a second language. It is because the children have mastered
the language for communication purposes both representatively and productively. The
Differences of the nature and status of the teaching of the languages require different
language tests for language learners, especially concerning the scope of material and level of
difficulty of the test items.
Keywords: language test, students, teaching and learning process
Abstrak
Tes kebahasaan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan komunikatif siswa Dalam
hal ini yaitu tes komunikatif siswa dalam bahasa target dan tidak semata-mata hanya berupa
tes akhir atau sumatif saja. Dalam proses tersebut yang baik adalah tes dalam proses,
selama masih berlangsung proses pembelajaran. Tujuan dari tes ini yaitu menunjukkan dan
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa. Tes kebahasaan yang dimaksudkan
mengukur hasil belajar siswa hendaknya sesuai dengan sifat pengajaran bahasa yang
dilakukan. Wujud dan sifat tes sangat terikat sifat pengajaran bahasa yang dikenakan kepada
siswa di sekolah yang bersangkutan. Pengajaran bahasa Jawa bagi anak-anak yang
berbahasa ibu bahasa jawa tentunya akan berbeda dengan pengajaran bahasa Indonesia
yang merupakan bahasa kedua. Hal itu disebabkan anak-anak telah menguasai bahasa untuk
keperluan komunikasinya baik bersifat representative maupun produktif. Perbedaan sifat dan
kedudukan pengajaran bahasa tersebut menuntut perbedaan tes kebahasaan bagi siswa
pembelajar bahasa khususnya yang menyangkut cakupan bahan dan tingkat kesulitan butir-
butir tes.
Kata Kunci: Tes Kebahasaan, siswa, proses belajar mengaja