2 research outputs found
The effectiveness of cassava waste and skim milk as a filler of phytogenic and probiotic blends to inhibit the pathogenic bacteria and aflatoxin
This research aims to determine the effectiveness of cassava waste and skim milk as a filler of phytogenic and probiotic blends to inhibit phtytogenic bacteria and aflatoxin. The phytogenics and probiotics blends were used in the yellow type with the composition of Galangal (Kaempferia rhizome), Temulawak (Curcuma xanthorrihiza roxb), Red Ginger (Zingiber officinale), Turmeric (Curcuma domestica val), Actinomycetes, lactic acid bacteria, photosynthetic bacteria, tempeh yeast, and fermentation fungi (Aspergillus); furthermore, the green type consists of Sambiloto (Andrographis paniculata), Betel (Piper betle), Moringa (Moringa Oliefera), Papaya (Carica papaya), actinomycetes, lactic acid bacteria, photosynthetic bacteria, tempe yeast, and fermentation fungi (Aspergillus). Each pytobiotic and probiotic in yellow and green types were filled with cassava waste and skim milk, then dried in an oven at 50 °C for 24 hours. The ratio between the combination of phytogenics and probiotics with the filler is 1:1. The inhibition was divided into four types, consisting of positive control, negative control, cassava waste, and skim milk. The inhibitory pathogenic bacteria and fungi used the Well Method. The data were analyzed using a complete randomized design. If there were a significantly different result, then the analysis of the Duncan Multiple Range Test (DMRT) would be continued. The results showed that control positive in the yellow and green type has the higher inhibitory pathogenic on salmonella, escherichia coli, and aflatoxin. However, the filler casava waste has higher inhibitory salmonella, escherichia coli, and aflatoxin compared to skim milk. The conclusion of this research showed that cassava waste is effective as a filler for phytogenic and probiotics as an inhibitory pathogenic bacteria and aflatoxin
Pengaruh Penambahan Mycotoxyn Binder Berbahan Dasar Nano Zeolite dan Glukomanan dalam Pakan terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging
Pakan memegang peranan penting dalam keberhasilan
suatu usaha peternakan. Pakan memiliki proporsi terbesar
dalam usaha peterakan yaitu antara 60-70% dari keseluruhan
biaya produksi. Pengaruhnya terhadap produktifitas ternak,
maka kualitas pakan ini harus diperhatikan. Indonesia yang
merupakan negara tropis memiliki curah hujan dan
kelembaban yang tinggi sehingga kemungkinan tumbuhnya
jamur juga semakin tinggi karena sangat mendukung
perkembangan jamur penghasil mikotoksin terutama dalam
bahan pakan unggas seperti jagung, gandum, kedelai, dan jenis
kacang-kacangan. Mikotoksin ini bersifat toksik dan sala satu
dari kelompok mikotoksin yaitu aflatoksin. Aflatoksin sangat
berbahaya dan menyebabkan produksi ayam pedaging menurun. Oleh karena itu diperlukan mycotoxin binder sebagai
feed additive untuk mengikat aflatoksin berabahan nano
zeolite dan glukomanan. Nano zeolite ini selain dapat
mengikat aflatoksin, zeolite mampu meningkatkan penyerapan
usus. Selain itu ukuran nanopartikel dari nano zeolite
bermanfaat untuk mempercepat penyerapan pada usus.
Glukomanan juga sangat efektif dalam mengikat aflatoksin
dan mampu meningkatkan efisiensi pakan pada ayam
pedaging. Kedua bahan tersebut diharapkan dapat
meningkatkan penampilan produksi ayam pedaging.
Penelitian ini dilakukan secara in vivo di Agriranch
Farm Kecamata Karang Ploso, Kabupaten Malang mulai
tanggal 27 September s/d 31 Oktober 2022. Produksi feed
additive dan analisa proksimat di Laboratorium Nutrisi dan
Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi jenis dan
level penambahan feed additive berupa mycotoxin binder
berbeahan nano zeolite dan glukomanan terhadap penampilan
produksi ayam pedaging. Kegunaan dari penelitian ini yaitu
sebagai informasi ilmiah pengaruh dari penambahan feed
additive berupa mycotoxin binder dalam pakan berbahan dasar
nano zeolite dan glukomanan terhadap penampilan produksi
ayan pedaging. Materi penelitian ini menggunakan DOC (Day
Old Chick) strain Loghman MB 202 yang di produksi PT.
Japfa Comfeed Indonesia. Pakan yang digunakan berbentuk
mesh menggunakan pakan campuran jagung (60%) dan
konsentrat (40%) pada fase starter. Campuran pakan jagung
(60%), konsentrat (30%), dan bekatul (10%) pada fase
finisher. Penelitian ini dilakukan secara in vivo menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang dengan 2 perlakuan yaitu jenis feed additive dan level penambahan feed
additive nano zeolite (P) dan glukomanan (Q) yang terdiri dari
0%, 0,4%, 0,8%, dan 1,2%. Setiap perlakuan terdiri dari 4
ulangan dan masing-masing ulangan terdapat 10 ekor ayam
pedaging. Variabel yang diamati yaitu konsumsi pakan, bobot
badan, Feed Convertion Rate (FCR), Indeks Performa (IP),
dan Income Over Feed Cost (IOFC). Data analisis
menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan Uji Jarak
Berganda Duncan (UJBD).
Hasil pada penelitian ini yaitu untuk jenis feed additive
baik nano zeolite dan glukomanan tidak berpengaruh nyata
(P>0,05) terhadap bobot badan, konsumsi pakan, FCR, dan IP.
Namun berpengauh nyata (P<0,05) terhadap IOFC. Perlakuan
feed additive nano zeolite (P) menghasilkan penampilan
penampilan produksi yang terbaik dengan konsumsi pakan
(2818,36 ± 28,15 g/ekor), bobot badan (1609,43 ± 68,64
g/ekor), FCR (1,75 ± 0,07), IP (261,41 ± 22,09), dan IOFC
(Rp 12997,29 ± 1322,5). Pada level penambahan feed additive
baik nano zeolite dan glukomnanan tidak berpengaruh nyata
(P>0,05) terhadap bobot badan, konsumsi pakan, FCR, dan IP.
Namun berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap IOFC.
Pada level penambahan nano zeolite dengan penambahan
1,2% (P3) menghasilkan hasil yang terbaik dengan konsumsi
pakan (2805,28 ± 30,72 g/ekor), bobot badan (1626,75 ± 117,7
g/ekor), FCR (1,73 ± 0,11), IP (270,4 ± 36,71), dan IOFC (Rp
13429,7 ± 2282,69). Level penambaan glukomanan dengan
penambahan 1,2% (Q3) menghasilkan hasil yang terbaik
dengan bobot badan (1607,33 ± 21,35 g/ekor), konsumsi
pakan (2820,74 ± 29,5 g/ekor), FCR (1,76 ± 0,04), IP (261,7 ±
9,04), dan IOFC (Rp 7259,33 ± 704,98). Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini
yaitu jenis penambahan feed additive nano zeolite (P)
menghasilkan penampilan produksi yang terbaik. Level
penambahan pada nano zeolite penambahan 1,2% (P3)
menghasilkan penampilan produksi yang terbaik, begitu juga
dengan level penmabahan feed additive glukomanan pada
1,2% (Q3) juga memberikan hasil penampilan produksi yang
terbaik ditinjau dari variabel yang diamati yaitu konsumsi
pakan, bobot badan Feed Convertion Rate (FCR), Indeks
Performa (IP), dan Income Over Feed Cost (IOFC)