1 research outputs found

    PENINGKATAN NILAI TAMBAH INDUSTRI HILIR KOPI DI KECAMATAN BANTARKAWUNG KABUPATEN BREBES

    Get PDF
    ABSTRAK   Desa Sindangwangi merupakan desa di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes yang merupakan penghasil kopi robusta. Meskipun memiliki potensi besar, namun kopi di desa Sindangwangi belum memberikan kontribusi pendapatan yang tinggi bagi petani pembudidaya. Rintisan pengolahan kopi dimotori oleh Abdul Azis melalui UKM “Kopi Segara” telah memiliki alat pengupas kulit basah (pulper) dan pengupas kulit ari (huller). Kopi produksi UKM ini, meskipun sudah dijual dalam bentuk bubuk (ground coffee) dan dikemas secara manual dengan jumlah yang terbatas karena kemampuan produksi yang rendah. Untuk meningkatkan nilai tambah dan kapasitas penjualan tim pegabdian Universitas Jenderal Soedirman dan Universitas Peradaban telah melakukan kegiatan pengabdian kepada mitra UKM Kopi Segara meliputi kegiatan penyuluhan cara budidaya dan panen kopi yang baik, pelatihan dan workshop proses roasting dan grinding kopi serta hibah alat roasting dan grinding kopi. Kegiatan diikuti oleh pejabat desa, anggota UKM dan LPPM. Kegiatan diikuti secara antusias dan diperoleh efisiensi proses produksi sebesar 26,7 %, yaitu terjadi efisiensi biaya proses Rp 40.000/kg produk kopi. Penurunan biaya proses ini sekaligus meningkatkan daya saing dan peningkatan keuntungan UKM. Pemahaman seputar budidaya dan proses kopi para pelaku juga meningkat 25 % dari rata-rata 60 % menjadi 84% setelah adanya pelatihan dan penyuluhan. Masyarakat juga sadar dan antusias untuk meningkatkan mutu bahan baku dengan melakukan panen petik merah (kopi cherry), terbukti dengan banyaknya masyarakat yang hadir dalam kegiatan ini, yaitu total hampir 50 orang.   Kata kunci: Kopi, Industri hilir, Nilai tambah, efisiensiABSTRACT   Sindangwangi Village is a village in Bantarkawung District, Brebes Regency which is a producer of robusta coffee. Even though it has great potential, coffee in Sindangwangi village has not contributed high income to cultivating farmers. The pioneering of coffee processing was led by Abdul Azis through the UKM "Kopi Segara" which has a wet skin peeler (pulper) and epidermis peeler (huller). Even though this UKM produces coffee, it is sold in ground coffee and is packaged manually in limited quantities due to low production capabilities. To increase added value and sales capacity, the service team at Jenderal Soedirman University and Peradaban University have carried out service activities for Segara Coffee UKM partners, including outreach activities on good coffee cultivation and harvesting methods, training and workshops on the coffee roasting and grinding process as well as grants for coffee roasting and grinding equipment. . The activity was attended by village officials, UKM members and LPPM. The activity was enthusiastically attended and the production process efficiency was obtained at 26.7%, namely a process cost efficiency of IDR 40,000/kg of coffee product. This reduction in process costs simultaneously increases competitiveness and increases SME profits. The actors' understanding of coffee cultivation and processes also increased by 25% from an average of 60% to 84% after training and counseling. The community is also aware and enthusiastic about improving the quality of raw materials by harvesting red picks (cherry coffee), as evidenced by the large number of people who attended this activity, a total of almost 50 people.   Keywords: Coffee, downstream industry, added value, efficienc
    corecore