1 research outputs found

    Rehabilitation of Critical Land Through Implementation of Four-Dimensional Agroforestry in Tenjolaya, Bogor, West Java

    Get PDF
    Critical land is caused by unsustainable land use and has an impact on decreasing the function of the land ecosystem. An effort to rehabilitate critical land can be carried out through the implementation of four-dimensional agroforestry (4D Agroforestry). The aims of this research were i) to design a 4D Agroforestry design, and ii) to analyze the growth of ginger (Zingiber officinale), pepper (Piper nigrum), cardamom (Amomum cardamomum), and grass jelly (Cyclea barbata) under the shade of mahogany (Swietenia mahagony) . The number of plants used was 67 ginger seeds, 44 pepper seeds, 187 grass jelly seeds, and 65 cardamom seeds, so the total was 363 plant seeds with an observation duration of 4 WAP. Implementation of 4D Agroforestry is an alternative effort to optimize land management by utilizing 4 dimensions, namely i) length dimension by planting mahogany, ii) width dimension by planting grass jelly (C. barbata), iii) height dimension by planting pepper ( P. nigrum), cassava (M. esculenta), ginger (Z. officinale), and cardamom (Amomum cardamomum), as well as iv) time dimensions for short-term production (production from cassava, grass jelly, ginger and cardamom plants ), medium (production from pepper plants), and long (production from mahogany wood) to achieve sustainable production. Cardamom plants produced the best growth in the parameters of height increase (15.28 cm) and percent survival (98.46%) after 4 WAP. Keywords: agroforestry, farmers, rehabilitationLahan kritis diakibatkan oleh penggunaan lahan yang tidak berkelanjutan dan berdampak pada menurunnya fungsi ekosistem lahan. Salah satu upaya rehabilitasi lahan kritis yang dapat dilakukan adalah melalui implementasi four-dimensional agroforestry (4D Agroforestry). Tujuan penelitian ini adalah i) merancang desain 4D Agroforestry, dan ii) menganalisis pertumbuhan tanaman jahe (Zingiber officinale), lada (Piper nigrum), kapulaga (Amomum cardamomum), dan cincau (Cyclea barbata Miers) di bawah naungan mahoni (Swietenia mahagony). Jumlah tanaman yang digunakan adalah 67 bibit jahe, 44 bibit lada, 187 bibit cincau, dan 65 bibit kapulaga, sehingga totalnya adalah 363 bibit tanaman dengan durasi pengamatan adalah 4 MST. Implementasi 4D Agroforestry menjadi alternatif upaya optimalisasi pengelolaan lahan dengan memanfaatkan 4 dimensi, yakni i) dimensi length (panjang) dengan penanaman mahoni, ii) dimensi width dengan penanaman cincau (C. barbata), iii) dimensi height (tinggi) dengan penanaman lada (P. nigrum), singkong (M. esculenta), jahe (Z. officinale), dan kapulaga (Amomum cardamomum), serta iv) dimensi time (waktu) untuk produksi jangka pendek (produksi dari tanaman singkong, cincau, jahe, dan kapulaga), menengah (produksi dari tanaman lada), serta panjang (produksi dari kayu mahoni) untuk mencapai produksi berkelanjutan. Tanaman kapulaga menghasilkan pertumbuhan terbaik pada parameter pertambahan tinggi (15,28 cm) dan persen hidup (98.46%) setelah 4 MST. Kata kunci: agroforestri,  petani, rehabilitas
    corecore