45 research outputs found

    ANALISIS KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR BERSIH UNTUK AIR MINUM PEDESAAN DI KABUPATEN SANGGAU, KALIMANTAN BARAT, INDONESIA

    Get PDF
    Kebutuhan air bersih meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Penyediaan air bersih dapat meningkatkan mutu lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis ketersediaan air dan kebutuhan air pada Kelurahan Sungai Sengkuang, Kabupaten Sanggau.  Hasil Penelitian menunjukkan kebutuhan air bersih di Kelurahan Sungai Sengkuang rata-rata hingga pada tahun 2035 adalah 6,4744 liter/detik dan pada jam puncak 11,3302 liter/detik. Ketersediaan air maksimum sebesar 159,603 liter/detik terjadi di bulan November dan ketersediaan air minimum sebesar 10,710 liter/detik terjadi di Bulan Juli. Ketersediaan air di Bulan Februari, Juli dan Bulan September patut diwaspadai karena masuk dalam periode kering. Ketersediaan air bersih di daerah tangkapan air Sungai Sengkuang dapat melayani sebanyak 7.049 jiwa penduduk hingga tahun 2035. 

    KETERKAITAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN RESAPAN AIR

    Get PDF
    Abstrak: Ruang Terbuka Hijau atau sering disebut RTH merupakan kawasan yang digunakan sebagai daerah terbuka yang diisi oleh berbagai tanaman yang secara alami maupun sengaja ditanam pada kawasawan tersebut. Namun kebeadaan RTH semakin menurun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. RTH memiliki banyak fungsi salah satunya sebagai daerah resapan air dan menyimpan cadangan air. Jika RTH semakin berkurang maka daerah resapan air juga semakin sedikit sehingga dapat menyebabkan terjadinya banjir pada kawasan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh RTH sebagai daerah resapan air dengan menggunakan metode studi kepustakaan. Studi kepustakaan pada penelitian ini mengacuh pada teori maupun hasil dari beberapa literatur-literatur ilmiah seperti buku, jurnal, penelitian terdahulu maupun peraturan pemerintah. Adapun hasil penelitian ini diperoleh hubungan keterkaitan RTH dan resapan air ialah daerah resapan air dipengaruhi oleh kondisi geografi pada kawasan tersebut seperti jenis tanah, curah hujan, jenis batuan, kemiringan lereng dan penggunaan lahan. Masing-masing parameter tersebut dihubungkan dengan metode overlay dan skoring untuk mengetahui kemampuan resapan air pada suatu kawasan.Kata Kunci: Banjir; Overlay; Resapan Air; Ruang Terbuka Hijau; Skoring. Abstract:  Green Open Space or often called GOS is an area used as an open area filled with various plants that are naturally or intentionally planted in the area. However, the existence of GOS is decreasing as the population increases. GOS has many functions, one of them being as a water catchment area and storing water reserves. If GOS decreases, there are also fewer water catchment areas, which can cause flooding in the surrounding area. This research aims to determine the influence of GOS as a water catchment area using the literature study method. The literature study in this research focuses on the theory and results of several scientific literature such as books, journals, previous research and government regulations. The results obtained from the relationship between GOS and water catchment is that the water catchment area is influenced by geographical conditions in the area such as soil type, rainfall, rock type, slope and land use. Each of these parameters is connected by overlay and scoring methods to determine the water catchment ability in an areaKeywords: Flood; Overlay; Water Infiltration; Green Open Space; Scorin

    ANALISIS PENGENDALIAN BANJIR DI KAWASAN PERTANIAN DESA TIANG TANJUNG KABUPATEN LANDAK

    Get PDF
    Wilayah Desa Tiang Tanjung yang ada di Kabupaten Landak merupakan salah satu desa yang memiliki permasalahan banjir di lahan pertanian yang tidak kunjung selesai. Faktor curah hujan yang tinggi dan kemungkinan adanya aktifitas pertambangangan ilegal menjadi pemicunya. Dampak dari kegiatan pertambangan ilegal dapat mengganggu struktur tanah dan kemampuan tanah untuk menyimpan air termasuk bahaya longsor yang dapat menyebabkan banjir bandang didaerah tersebut. Permasalahan banjir sangat merugikan masyrakat karena merusak tanaman pertanian dan menyebabkan aktivitas pengguna jalan nasional terganggu. Karakteristik hidrologi di hulu Sungai Mempawah Desa Tiang Tanjung diperlukan agar dapat menentukan keputusan yang tepat dalam menangani permasalahan banjir. Ruang lingkup dalam kajian analisis hidrologi ini adalah melakukan uji konsistensi menggunakan metode Rescaled Adjusted Partial Sum (RAPS), melakukan pengujian model distribusi hujan dengan pengujian statistik dan pengujian chi kuadrat, menghitung nilai waktu konsentrasi saluran dengan metode Kirprich, menghitung nilai intensitas hujan dengan metode Mononobe, menghitung debit banjir rencana dengan metode rasional. Didapat Debit total di Sungai Mempawah untuk periode ulang 2 tahun adalah 1,7536 m3/s, periode ulang 5 tahun adalah 2,8284 m3/s, periode ulang 10 tahun adalah 3,7335 m3/s dan intensitas hujan periode ulang 2 tahun sebesar 3,8596 mm/jam, periode ulang 5 tahun sebesar 6,2251 mm/jam, periode ulang 10 tahun sebesar 8,2171 mm/jam. Akibatnya ruas penampang pada sta 0+200, 0+400, 0+600, 0+700, 2+300, 2+500 diperlukan perbaikan penampang sungai. Untuk sta.  0+200, 0+400, 0+600, 2+300, 2+500 dilakukan peninggian pada dinding sungai, sedangkan untuk sta. 0+700 dilakukan peninggian dinding dan lebar dasar sungai dengan mempertahankan kemiringan saluran yang ideal

    Studi Penentuan Lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Tahap Regional Berdasarkan SNI No. 19-3241-1994 dengan Sistem Informasi Geografis di Kecamatan Silat Hilir Kabupaten Kapuas Hulu

    Get PDF
    Kabupaten Kapuas Hulu memiliki 1 (satu) TPA sampah yang beroperasi, berada di Desa Sibau Hulu, Kecamatan Putussibau Utara. TPA sampah sibau hulu bersistem terbuka sehingga tidak sesuai dengan arahan UU No. 18 Tahun 2008 dan RTRW Kabupaten Kapuas Hulu. Oleh karena itu, Kabupaten Kapuas Hulu membutuhkan TPA sampah baru. Maka perlu dilakukan penelitian untuk menentukan lokasi alternatif TPA sampah baru. Penelitian akan dilakukan di Kecamatan Silat Hilir di Kabupaten Kapuas Hulu dengan jumlah penduduk pada tahun 2021 sebanyak 19.912 jiwa. Penentuan lokasi TPA sampah dilakukan berdasarkan Tahap Regional SNI No. 19-3241-1994 dengan analisis geospasial yaitu Sistem Informasi Geografis berupa aplikasi Arc.Map 10.8. Parameter kriteria regional yang digunakan pada penelitian ini antara lain: 1) ke miringan lereng; 2) potensi banjir; 3) jarak terhadap badan air; 4) jarak terhadap permukiman; 5) kawasan budidaya pertanian; 6) kawasan hutan; dan 7) jarak terhadap perbatasan daerah. Lokasi dianggap layak untuk dijadikan TPA sampah apabila memenuhi keseluruhan parameter tersebut dengan metode kuantitatif binary. Sehingga didapatlah hasil lokasi layak TPA sampah di Kecamatan Silat Hilir seluas 375,33 ha

    HUBUNGAN SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT) TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT KOTA PONTIANAK

    Get PDF
    Kebakaran hutan yang terjadi pada saat musim kemarau terutama di Kota Pontianak yang memicu terjadinya titik panas (hotspot). Titik panas (hotspot) adalah sumber utama terbentuknya asap yang merupakan sumber pencemaran yang mengandung partikulat yang apabila terhirup dalam konsentrasi tinggi akan menganggu pernapasan. Penelitian ini di lakukan untuk melihat titik panas (hotspot) karena kebakaran hutan atau lahan di kota Pontianak menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk menganalisis pergerakan perubahan titik panas (hostpot) dari tahun 2019 periode bulan Juli – September dan melakukan pemetaan. Metode analisis data menggunakan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia NO P.8/ ME NLHK/ SETJEN/ KUM.1 / 3/ 2018 Tentang Prosedur Tetap Pengecekan Lapangan Informasi Titik Panas Dan/Atau Informasi Kebakaran Hutan dan Lahan. Hasil penelitian menunjukkan selama periode sebaran titik panas (hotspot) pada bulan Juli total 136 titik, bulan Agustus total 1.738 titik, bulan September 5.165 titik dengan total jumlah titik panas (hotspot) sebanyak 7.039 titik. Pengaruh titik panas (hotspot) menunjukan dampak pada kesehatan masyarakat Kota Pontianak yang dimana data dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak penderita pasien ISPA pada bulan Juli 2.700 orang, bulan Agustus 4.044 orang, bulan September 5.046 orang dengan total 11.790 pasien ISPA. Sedangkan data dari seluruh Puskesmas Kota Pontianak penderita pasien ISPA pada bulan Juli 4.542 orang, bulan Agustus 5.225 orang, bulan September 6.141 orang dengan total 15.908 pasien ISPA

    Gambaran Perilaku Penghuni Indekos di Sekitar Kampus Universitas Tanjungpura dalam Membuang Sampah

    Get PDF
    One factor that has an influence on the comfort of the residence is the cleanliness of the residence. The habit of disposing of garbage is closely related to the cleanliness and comfort of the residence. Dormitory residents have an important role in maintaining the cleanliness of the dormitory. When boarders dispose of garbage in its place, it has a positive effect on the cleanliness of the dormitory environment. So this study was conducted to determine the behavior of dormitory residents in disposing of garbage and the condition of the availability of public dormitory bins. Data samples taken in this study were using purposive sampling method with the research location, namely dormitory around Universitas Tanjungpura with a radius of 1 kilometer from Universitas Tanjungpura. Data collection in this study by direct survey to respondents using a questionnaire. The results showed that 76.25% of dormitory around Universitas Tanjungpura already have public trash facilities for each occupant. The behavior of residents in disposing of garbage still needs to be improved because 60.00% of dormitory residents still do garbage disposal every few days. Then for the location of garbage disposal is classified as good, 98.75% have disposed of garbage in the trash cans

    EKOSISTEM PESISIR SEBAGAI PENGHASIL KARBON BIRU

    Get PDF
    Abstrak: Indonesia memiliki wilayah pesisir dan laut yang terdiri dari ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu karang yang memiliki jenis, karakteristik dan luas yang berbeda-beda pada setiap regional akibat kondisi lingkungan dan aktivitas antropogenik. Kajian ini dilakukan dengan mengiintegrasi berbagai sumber terkini terkait keberadaan ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu karang di Indonesia dan kontribusinya sebagai upaya mitigasi perubahan iklim. Atas kemampuannya dalam fiksasi dan penyimpanan karbon serta proses kalsifikasi, habitat pesisir dianggap sebagai sumber karbon biru sehingga dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca berdasarkan Nationally Determined Contribution (NDC) tahun 2030 sebesar 834 juta ton CO2e dengan target 29% dengan upaya sendiri dan 41% dengan bantuan internasional dalam kondisi tanpa ada aksi (business as usual). Kata Kunci: Ekosistem mangrove; Ekosistem padang lamun; Ekosistem terumbu karang,  Karbon biru; Mitigasi perubahan iklim.Abstract:  Indonesia has coastal and marine areas consisting of mangrove ecosystems, seagrass beds, and coral reefs which have different types, characteristics and coverage areas in each region due to environmental conditions and anthropogenic activities. This study was conducted by integrating various current sources regarding mangrove, seagrass, and coral reefs and their contribution to climate change mitigation. Due to their ability to fix and store carbon as well as the calcification process, coastal habitats are considered a source of blue carbon that is able to contribute to reducing greenhouse gases (GHG) based on the Nationally Determined Contribution (NDC) in 2030 of 834 million tonnes CO2e with a target of 29% self-effort and 41% with international assistance in business as usual. Keywords: Mangrove ecosystems; Seagrass beds; Coral reefs; Blue carbon; Climate change mitigation
    corecore