22 research outputs found

    Biodegradasi Limbah Lindi Hitam, Acid Orange dan Acid Red menggunakan Jamur Trametes versicolor F200

    Get PDF
    Limbah lindi hitam dan zat warna azo (acid orangedan acid red) merupakan limbah berbahaya yang dapat mengkontaminasi ekosistem, sehingga perlu dilakukan pengolahan sebelum limbah dibuang ke ekosistem. Pengolahan secara fisik maupun kimiawi memiliki kelemahan diantaranya membutuhkan input energi tinggi, biaya yang mahal, penerapan yang terbatas dan menghasilkan produk lain yang bersifat toksik. Trametes versicolor dapat dijadikan sebagai agen biodegradasi, sebab menghasilkan anzim ligninolitik seperti Lakase (Lac), Manganese peroksidase (MnP) dan Lignin peroksidase (LiP).Jamur T. versicolor F200 mampu mendekolorisasi  hingga 50%pada limbah lindi hitam; 90% pada Acid orange; dan 90% pada Acid red. Aktivitas enzim Lac, MnP dan LiP terbaik masing-masing yaitu 143,59 U/L (6 hari inkubasi), 33,3 U/L (6 hari inkubasi) dan 1167,42 U/L (awal inkubasi) pada limbah lindi hitam; 520,513 U/L) (awal inkubasi), 138 U/L (awal inkubasi) dan 358 U/L (awal inkubasi) pada acid orange; dan 408,3 U/L (awal inkubasi, 77 U/L (awal inkubasi) dan 228,871 U/L (akhir inkubasi). Kata kunci :  Biodegradasi, Limbah lindi hitam, Trametes versicolor F200 dan acid orange dan acid re

    Aktivitas Enzimatik Isolat Trametes spp. dari Kebun Raya Baturraden dalam Pewarna Batik dengan Variasi Konsentrasi Indigosol Blue Glukosa

    Get PDF
    Indigosol Blue merupakan salah satu zat warna sintetik Antraquinon yang digunakan sebagai pewarna biru pada industri pencelupan tekstil dan bersifat rekalsitran dan non-biodegradable, sehingga tidak mudah rusak oleh perlakuan kimia maupun fotolitik. Isolat Trametes sp. diyakini memiliki kemampuan mentransformasi komponen pewarna melalui mekanisme degradasi enzimatik. Trametes sp. mampu menghasilkan enzim ekstraseluler ligninolitik yang dapat mendegradasi komponen xenobiotik dalam limbah pewarna indigosol menjadi bentuk yang tidak toksik di lingkungan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kemampuan tiga isolat uji dalam menghasilkan enzim dalam pewarna Indigosol Blue pada konsentrasi glukosa berbeda serta mengetahui isolat dengan konsentrasi glukosa optimum yang memiliki aktivitas enzim terbaik dalam pewarna Indigosol Blue. Pengukuran aktivitas enzimatik dilakukan dengan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat-isolat uji dapat menghasilkan enzim dalam pewarna Indigosol Blue pada konsentrasi glukosa berbeda. Aktivitas enzim pada masing-masing perlakuan berbeda-beda dan menunjukkan hasil yang signifikan. Data uji lanjut memperlihatkan bahwa isolat Trametes sp. strain A memiliki aktivitas enzim terbaik dalam pewarna Indigosol Blue dengan konsentrasi glukosa 0,5%. Penelitian juga menunjukkan bahwa konsentrasi glukosa di atas 0.5% dapat menghambat aktivitas lakase, sehingga aktivitas lakase dalam zat pewarna rendah. Kata kunci: enzim ligninolitik, fungi, glukosa, Indigosol Blue, Trametes sp.  Indigosol Blue merupakan salah satu zat warna sintetik Antraquinon yang digunakan sebagai pewarna biru pada industri pencelupan tekstil dan bersifat rekalsitran dan non-biodegradable, sehingga tidak mudah rusak oleh perlakuan kimia maupun fotolitik. Isolat Trametes sp. diyakini memiliki kemampuan mentransformasi komponen pewarna melalui mekanisme degradasi enzimatik. Kemampuan ini karena jamur Trametes sp. mampu menghasilkan enzim ekstraseluler ligninolitik yang dapat mendegradasi komponen xenobiotik dalam limbah pewarna indigosol menjadi bentuk yang tidak toksik di lingkungan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kemampuan tiga isolat uji dalam menghasilkan enzim dalam pewarna Indigosol Blue pada konsentrasi glukosa berbeda serta mengetahui isolat dengan konsentrasi glukosa optimum yang memiliki aktivitas enzim terbaik dalam pewarna Indigosol Blue. Pengukuran aktivitas enzimatik dilakukan dengan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat-isolat uji dapat menghasilkan enzim dalam pewarna Indigosol Blue pada konsentrasi glukosa berbeda. Aktivitas enzim pada masing-masing perlakuan berbeda-beda dan menunjukkan hasil yang signifikan. Data uji lanjut memperlihatkan bahwa isolat Trametes sp. strain A memiliki aktivitas enzim terbaik dalam pewarna Indigosol Blue dengan konsentrasi glukosa 0,5%. Penelitian juga menunjukkan bahwa konsentrasi glukosa di atas 0.5% dapat menghambat aktivitas lakase, sehingga aktivitas lakase dalam zat pewarna rendah. &nbsp

    Innovative Chemically Modified Biosorbent for Removal of Procion Red

    Get PDF
    The potential biosorbent of stinky bean peel (Parkia speciosa) (SBP) was investigated for azo dye Procion Red Mx-5B removal due to their accessibility, economically feasible, easy pre-treatment, and non-toxic. This study aims to determine the effect of chemically modified of the SBP, that a massive agricultural waste in Sarawak, to enhance its ability during adsorption of dye. The biosorbent used was dried, ground, and sieved through 600 µm sieve to obtain a similar average size. Impregnation with some chemicals was performed by using ZnCl2, K2CO3, H2SO4 and NaOH for 24 h. The Freundlich, Langmuir, and Temkin techniques were examined to calculate the isotherm data. The result showed that the sorption capacity of the SBP was improved by ZnCl2 modification. The equilibrium data were fitted with the Freundlich model, while the kinetic study was fitted with the pseudo-second-order kinetic model. Further, it was concluded that dyes uptake by biosorbent was based mainly on the role of carboxyl and a hydroxyl group

    Decolorization Of Indigosol Blue Dye Using Trametes versicolor F200 and Aspergillus sp

    Get PDF
    The dyeing process of batik eventually produces much of wastewater. The difficult degradation and the dangers posed within the synthetic dyes are the main concerns in finding efficient wastewater treatment. Biological treatment has been known to be an effective technique of reducing or eliminating color intensity in wastewater. Fungi is one organism that can decompose many environmental pollutants. The aims of this research were to determine the ability of fungal isolates in decolorizing the synthetic dyes and analyzed which treatment has the highest decolorization percentage. Fungal isolates of Trametes versicolor F200 and Aspergillus sp. were used as a biological agent to decolorize of Indigosol Blue dye. The decolorization percentage was analyzed by spectrophotometer method. The result showed that T. versicolor F200 and Aspergillus sp. able to decolorize Indigosol Blue dye. The decolorization treatment of Indigosol Blue dyes using T. versicolor F200 showed the highest decolorization percentage reaching 97.21%

    OPTIMASI WAKTU INKUBASI DAN pH Ganoderma sp. DARI KEBUN RAYA BATURRADEN UNTUK DEKOLORISASI RBBR

    Get PDF
    Jamur pelapuk putih diketahui memiliki kemampuan untuk mendekolorisasi pewarna, salah satunya jamur Ganoderma sp. dari Kebun Raya Baturraden. Jamur tersebut mampu mendekolorisasi Remazol Brillliant Blue R (RBBR) yang bersifat toksik, mutagenik, karsinogenik, dan stabil terhadap perlakuan fisika maupun kimia. Proses dekolorisasi dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti waktu inkubasi dan pH. Setiap jamur pelapuk putih memiliki waktu inkubasi dan pH optimum yang berbeda dalam mendekolorisasi pewarna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan isolat Ganoderma sp. dari Kebun Raya Baturraden dengan waktu inkubasi dan pH berbeda dalam mendekolorisasi pewarna RBBR, serta mengetahui variasi waktu inkubasi dan pH yang menunjukkan hasil terbaik. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan Perlakuan variasi pada penelitian ini terdiri dari waktu inkubasi yaitu 24, 48, 72, 96, dan 120 jam, serta pH 3, 4, 5, 6, dan 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ganoderma sp. dari Kebun Raya Baturraden mampu mendekolorisasi RBBR pada waktu inkubasi dan pH berbeda dengan persentase dekolorisasi 4,10% - 83,04%. Persentase dekolorisasi tertinggi ditunjukkan pada waktu inkubasi 96 jam dan pH 6, yaitu 83,04%. Hal tersebut membuktikan bahwa Ganoderma sp. dari Kebun Raya Baturraden memiliki waktu inkubasi optimum 96 jam, serta pH optimum 6 untuk mendekolorisasi RBBR.Jamur pelapuk putih diketahui memiliki kemampuan untuk mendekolorisasi pewarna, salah satunya jamur Ganoderma sp. dari Kebun Raya Baturraden. Jamur tersebut mampu mendekolorisasi Remazol Brillliant Blue R (RBBR) yang bersifat toksik, mutagenik, karsinogenik, dan stabil terhadap perlakuan fisika maupun kimia, Proses dekolorisasi dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti waktu inkubasi dan pH. Setiap jamur pelapuk putih memiliki waktu inkubasi dan pH optimum yang berbeda dalam mendekolorisasi pewarna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan isolat Ganoderma sp. dari Kebun Raya Baturraden dengan waktu inkubasi dan pH berbeda dalam mendekolorisasi pewarna RBBR, serta mengetahui variasi waktu inkubasi dan pH yang menunjukkan hasil terbaik. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan Perlakuan variasi pada penelitian ini terdiri dari waktu inkubasi yaitu 24, 48, 72, 96, dan 120 jam, serta pH 3, 4, 5, 6, dan 7. Analisis data menggunakan metode Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ganoderma sp. dari Kebun Raya Baturraden mampu mendekolorisasi RBBR pada waktu inkubasi dan pH berbeda dengan persentase dekolorisasi 4,10% - 83,04%. Persentase dekolorisasi tertinggi ditunjukkan pada waktu inkubasi 96 jam dan pH 6, yaitu 83,04%. Hal tersebut membuktikan bahwa Ganoderma sp. dari Kebun Raya Baturraden memiliki waktu inkubasi optimum 96 jam, serta pH optimum 6 untuk mendekolorisasi RBBR

    Development of bioreactor systems for decolorization of reactive green 19 using white rot fungus

    No full text
    The ability of Trametes versicolor U97 to decolorize Reactive Green 19 in bioreactor was investigated to determine whether the immobilized enzyme would be suitable for decolorization of Reactive Green 19 under agitation and nonagitation condition. Free cells of T. versicolor U97 showed an ability to decolorize Reactive Green 19 by approximately 44% in 72 h. Mediator mixture containing Tween 80, MnSO4–H2O2, and hydroxybenzotriazole was added to the immobilized fungi to improve the decolorization process. Reactive Green 19 was decolorized by the immobilized fungi by approximately 80%, which is a twofold improvement over decolorization without mediators. In bioreactor system, decolorization of Reactive Green 19 was increased to 82% after 72 h. We evaluated the efficiency of the decolorization model for use in a small industry. Our results indicated that the wastewater discharge of 10 m3 d−1 requires a reactor volume of 24 m3 to obtain 80% decolorization with a retention time of 1.75 d. This study identifed that bioreactor of T. versicolor U97 immobilization is the most promising method for use in decolorize Reactive Green 19 and may be suitable for the treatment of wastewater in small industries

    Aspergillus sp. For Indigosol Blue and Remazol Brilliant Blue R Decolorization

    Get PDF
    Synthetic dyes are artificial dyes manufactured by Industry and commonly used for the textile industry. These dyes had potentially caused an environmental problem. Many types of dyes are recalcitrant and have toxic properties for living organisms. It can be removed by decolorization method, especially a biological decolorization by fungi. Fungi were chosen due to the ability to degrade toxic components. Aspergillus sp. is the fungi which commonly used for dye decolorization. It might be caused that Aspergillus sp. is one type of fungi lived in the textile waste and expected not to die in the dye decolorization treatment. The purpose of this research was to investigate the ability of the mycelia pellets of Aspergillus sp to decolorized Indigosol Blue dye and Remazol Brilliant Blue R (RBBR) dye. This research showed that mycelial pellets of Aspergillus sp. had high activity of decolorization of Indigosol Blue dye up to 85.37% and RBBR dye up to 80.21% and caused low pH value after 24 hour incubation time compared to the control solution

    Biodegradasi Bioplastik Berbasis Pati Menggunakan Isolat Fungi Indigenous Asal Tempat Pembuangan Akhir Gunung Tugel, Kabupaten Banyumas

    Get PDF
                     The use of plastic in Indonesia, especially as packaging, is very popular among the public, because it is practical and has many uses. Plastic consumption in 2020 even reached 67.8 million tons per day. Therefore, one way to overcome this problem is to use and produce biodegradable plastics or bioplastics. Biodegradation of bioplastics can be done with fungi. The potential place to find bioplastic degrading fungi is the Gunung Tugel Ex-Final Disposal Site (TPA). Considering the fact that bioplastiks have a fairly good level of degradation, in this study a starch-based biodegradation test will be carried out using isolats of indigenous fungi originating from Ex-TPA Gunung Tugel using the method of calculating the weight loss of bioplastics (weight loss). This study aims to obtain starch-based bioplastic degrading fungi isolats from Ex-TPA Gunung Tugel, Banyumas Regency and determine the highest biodegradability ability of starch-based bioplastics by fungal isolats from Ex-TPA Gunung Tugel, Banyumas Regency.              The results showed that isolats of indigenous fungi that had the potential to degrade starch-based bioplastics from Ex-TPA Gunung Tugel, Banyumas Regency were obtained from the genus Aspergillus (GT2 isolate) and Penicillium (GT1, GT3, GT4, GT5, and GT6) isolate. The highest biodegradability of starch-based bioplastics was found by fungi from the genus Aspergillus, namely isolate GT2 with a weight loss of 21.84%. The biodegradation occurs due to the activity of endoamylase, exoamylase, and glucanase enzymes produced by fungi. The observation of the texture of the bioplastic resulted in a significant change in color, namely from the white bioplastic sheet to brownish. These observations also showed the attachment of fungal mycelium on the surface of the bioplastik accompanied by a hollow and uneven surface of the bioplastikc. Keywords : Biodegradation, Starch-based bioplastik, Indigenous Fungi, TPA.                 Penggunaan plastik di Indonesia khususnya sebagai kemasan sangat populer di kalangan masyarakat, karena bersifat praktis dan memiliki banyak kegunaan. Konsumsi plastik pada tahun 2020 bahkan mencapai 67,8 juta ton per hari. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memproduksi dan menggunakan plastik biodegradable atau bioplastik. Agen pendegradasi bioplastik yang cukup efektif adalah fungi. Biodegradasi bioplastik dapat dilakukan dengan fungi. Tempat potensial ditemukannya fungi pendegradasi bioplastik adalah Ex-Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gunung Tugel. Mengingat fakta bahwa bioplastik memiliki tingkat degradasi cukup baik, maka pada penelitian ini dilakukan uji biodegradasi bioplastik berbasis pati dengan menggunakan isolat fungi indigenous yang berasal dari Ex-TPA Gunung Tugel dengan menggunakan metode penghitungan pengurangan bobot bioplastik (weight loss). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh isolat fungi pendegradasi bioplastik berbasis pati dari Ex-TPA Gunung Tugel, Kabupaten Banyumas dan mengetahui kemampuan biodegradasi tertinggi pada bioplastik berbasis pati oleh isolat fungi dari Ex-TPA Gunung Tugel, Kabupaten Banyumas.                  Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh isolat fungi indigenous yang berpotensi mendegradasi bioplastik berbasis pati dari Ex-TPA Gunung Tugel, Kabupaten Banyumas berasal dari genus Aspergillus (isolat GT2 & GT3) dan Penicillium (isolat GT1, GT4, GT5, dan GT6). Kemampuan biodegradasi bioplastik berbasis pati tertinggi oleh fungi dari genus Aspergillus, isolat GT1, GT2, dan GT5 dengan pengurangan bobot bioplastik (weight loss) sebesar 17,87%, 21,84%, dan 18,68% dalam waktu 30 hari. Pengamatan tekstur bioplastik menghasilkan perubahan warna yang cukup signfikan, yaitu dari lembaran bioplastik yang berwarna putih menjadi kecoklatan. Pengamatan tersebut juga menunjukkan pelekatan miselium fungi di atas permukaan bioplastik disertai dengan permukaan bioplastik yang berongga dan tidak rata. Kata kunci : Biodegradasi, Bioplastik berbasis pati, Fungi Indigenous, TPA

    Aktivitas Enzimatik Isolat Jamur Auricularia sp., Trametes sp., dan Pholiota sp. pada Pewarna Remazol Brilliant Blue R dengan Variasi pH

    Get PDF
    Limbah dari industri tekstil berupa zat warna sintetik seperti Remazol Brilliant Blue R (RBBR) dapat menimbulkan pencemaran lingkungan akibat sifat zat warna RBBR yang toksik dan sulit terurai. Isolat Auricularia sp.,Trametes sp., dan Pholiota sp. memiliki enzim yang mampu mendekolorisasi komponen pewarna RBBR. Aktivitas enzim lignolitik seperti lakase yang dimiliki jamur mampu mengoksidasi pewarna tekstil. Aktivitas enzim lakase dipengaruhi oleh jenis jamur yang digunakan, pH, suhu, dan waktu inkubasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui aktivitas enzim lakase dari isolat jamur Auricularia sp., Trametes sp., dan Pholiota sp. dalam pewarna RBBR pada nilai pH berbeda, serta mengetahui isolat pada pH optimum yang memiliki aktivitas enzim lakase dalam pewarna RBBR. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Variabel bebas yang diamati adalah jenis isolat dan kondisi pH (4, 8, dan 12), sedangkan variabel tergantungnya adalah kemampuan isolat dalam menghasilkan enzim. Parameter utama yang diamati adalah aktivitas enzim Lakase. Parameter pendukung terdiri atas nilai bobot kering miselium. Hasil menunjukan ketiga isolat memiliki aktivitas enzim lakase dalam RBBR dengan pH berbeda. Aktivitas tertinggi terdapat pada Trametes sp. dalam RBBR dengan pH 4 yaitu sebesar 101,9 U/mL. Aktivitas terendah terdapat pada Aricularia sp. dalam RBBR dengan pH 4 sebesar 48,6 U/mL. &nbsp
    corecore