2 research outputs found
Implementasi Teknologi Positif dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Kemajuan teknologi belakangan ini tidak bisa terlepas dari semua aktifitas manusia, tidak terkecuali dalam aktivitas penyelenggaraan pendidikan. Hanya saja, diketahui kemajuan teknologi memiliki dua sisi dampak, yakninya sisi positif dan sisi negatif yang harus kita cermati secara tepat. Peserta Pesantren Ramadhan di Masjid Jabal Nur terdiri dari jenjang pendidikan SD dan SMP, peserta ini banyak yang sudah mengenal teknologi seperti Gadget, komputer, dan lain-lain. Peserta hanya mengenal teknologi tetapi masih belum mengetahui kegunaan dan fungsi serta membedakan teknologi yang baik untuk anak-anak. Hal itu yang membuat Tim PkM (Pengabdian kepada Masyarakat) mengadakan pelatihan dengan tema penggunaan teknologi positif di masyarakat. Pelaksanaan PkM ini meningkatkan kualitas peserta Pesantren Ramadhan. Tahap kegiatan yang sudah dilakukan dalam kegiatan pegabdian ini adalah memberikan pelatihan secara terpadu agar anak-anak bisa memahami penggunaan teknologi positif di masyarakat, hasilnya anak-anak memahami, dan mengetahui teknologi yang bagus digunakan dan yang tidak bagus digunakan. Rencana selanjutnya adalah pemberian tugas dan mengevaluasi tugas yang telah diberikan oleh tim pelaksana
COLLECTIVE LEADERSHIP ERA POSTMODERN
Dalam perkembangannya, praktek pemimpin dan kepemimpinan akan selalu mengikuti dinamika zaman dan perkembangan peradaban manusia, termasuk didalamnya mengikuti dinamika dan perkembangan ilmu dan teknologi, akan tetapi meskipun demikian prinsip dasar dari kepemimpinan tentu tidak pernah berubah. Secara filosofis kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang berorientasi kepada dua arah sekaligus, yakni mengacu kepada tujuan organisasi (goal oriented), dan bersamaan juga memperhatikan kebutuhan anggota yang dipimpinnya (member oriented)
Sedangkan dinamika dan eksistensi Kepemimpinan di era postmodern adalah sebuah konsep kepemimpinan yang harus senantiasa dituntut untuk megedepankan pencapiaan visi bersama yang telah disepakati. Kepemimpinan ini menaruh perhatian pada budaya dan lambang-lambang makna yang dibentuk individu atau kelompok. Model ini juga fokus pada intrepretasi dari setiap individu di dalam organisasi.
Konsep kepemimpinan postmodern juga tidak bisa dilepaskan dari sebuah wacana atau diskursus yang terjadi diruang publik, seperti media masa, internet dan media sosial, bahkan tidak jarang kepemimpinan di postmodern ini lahir dari ruang diskurus tersebut yang meungkinkan siapapun bisa lahir menjadi seorang pemimpinan tanpa harus memandang kasta, ras, agama dan identitas primordialisme lainnya. Betapa kontras apabila dibandingkan dengan konsep ideal kepemimpinan dimasa lalu, seperti yang dapat kita dilacak dari pemimpin-pemimpin atau raja-raja pada abad Pertengahan di Barat yang cenderung oligarki dan terbatas pada kalangan tertentu saja, sehingga menutup peluang bagi calon-calon pemimpin diluar lingkaran kekuasaan.
Tentu akan lebih menarik apabila membahas konsep dan implementasi kepemimpinan kolektif postmodern pada sejumlah organisasi strategi seperti institusi pendidikan, Insitusi pemerintahan, Instsitusi Agama dan Insititusi bisnis. karena sejatinya keempat institusi tersebut merupakan role model sekaligus subjek strategis yang mampu berperan sebagai faktor penentu perubahan sebuah bangsa dan negara