52 research outputs found

    Studi Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII Pada Mata Pelajaran IPA Terpadu (Biologi) Di Mts Al-fata Desa Pasir Agung Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Rokan Hulu Tahun Pembelajaran 2015/2016

    Full text link
    The purpose of this study is to determine class VIII student motivation in Natural Science Integrated teaching (Biology) in Madrasah Private Tsanawiyah Al-Fata the village Pasir Agung. This research is a descriptive study population in this study were all students and teachers of Natural Science Integrated (Biology) thet totaled 42 people and sample in this research is class VIIIa, VIIIb and Natural Science Integrated teacher(Biology). Research conducted at Madrasah Private Tsanawiyah Al-Fata the village Pasir Agung on 29 October to 25 November 2015. The sampling teachnique using total sampling teachnique. Research shows thatlearning motivation Natural Science Integrated (Biology) eighth grade students of Madrasah Private Tsanawiyah Al-Fata the village Pasir Agung Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Rokan Hulu learning year2015/2016 according to the Natural Science Integrated teacher (Biology) who teaches gained an average percentage of 85% category of very learning motivation high and Natural Science Integrated (Biology)according to the eighth grade students of Madrasan Private Tsanawiyah Al-Fata obtained an average percentage of 77.29% high category

    Analisis Pengaruh Rotasi Dan Mutasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di KJKS BMT Anda Salatiga

    Get PDF
    This study aims to determine whether job rotation and work mutation influence employee performance at BMT KJKS Anda Salatiga. Samples in this study are 31 respondents. This research uses primary data which are collected through interview and questionnaires. Multiple regression analysis is used as an analytical method in this research. The research shows that job rotation influences employee performance partially but work mutation does not. Job rotation and work mutation on does not influence employee performance simultaneouslyPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh rotasi dan mutasi kerja terhadap kinerja karyawan di KJKS BMT ANDA Salatiga.Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan KJKS BMT ANDA Salatiga sebanyak 37 karyawan. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 31 responden. Jenis data dalam penelitian ini adalah primer. Metode pengumpulan data melalui wawancara dan kuesioner. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa secara parsial rotasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Mutasi kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan dan rotasi kerja dan mutasi kerja secara simultan tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawa

    Pengaruh Aktivitas Scaffolding Dalam Konteks Scientific Approach Terhadap Hasil Belajar Konsep Kalor

    Full text link
    The research aimed to knowthe infulence of scaffolding activity based on scientific approach to the result on heat concept of junior high school. Scaffolding strategy was a helped strategy by teacher to student in the learning process until student can be interacted with each other and can be motivated the higher scaffolding activity. This research used one-shot case study design. The result of research showed that there was an infulence of scaffolding activity based on scientific approach to learning result on heat concept of junior high school with score 47% with average percent score 69.95% high category, while result study average student with score 73.68 as high category.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas scaffolding dalam konteks scientific approach terhadap hasil belajar konsep kalor SMP. Strategi scaffolding merupakan strategi berbantuan oleh guru kepada siswa dalam proses pembelajaran di kelas sehingga siswa dapat saling berinteraksi satu sama lain dan dapat mendorong aktivitas scaffolding lebih tinggi. Penelitian ini menggunakan desain one-shot case study. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh aktivitas scaffolding dalam konteks scientific approach terhadap hasil belajar konsep fisika SMP sebesar 47% dengan persentase rata-rata aktivitas scaffolding adalah sebesar 69,95% dengan kategori tinggi, sedangkan rata-rata nilai hasil belajar siswa adalah sebesar 73,68 dengan kategori tinggi

    Stereotip Etnis Tionghoa dalam Stand-Up Comedy pada Lakon “KOPER” (Analisis Semiotika)

    Full text link
    1ABSTRAKSIJudul Skripsi : Stereotip Etnis Tionghoa Dalam Stand-Up Comedy padalakon “KOPER” (Analisis Semiotika)Nama : Nur AiniNim : D2C308012Jurusan : Ilmu KomunikasiKaum minoritas dapat dianggap sebagai kelompok subkultur yang dapat menyebabkan pergolakan di sebuah negara. Perbedaan identitas menjadi kerap muncul sebagai awal permasalahan SARA yang salah satunya ditandai dengan adanya stereotip kelompok, terutama pada kaum minoritas. Kemunculan stand-up comedy di Indonesia yang turut meramaikan hiburan tanah air, menjadi salah satu media bagi kaum minoritas untuk lebih terbuka dalam mengkomunikasikan hal tabu seperti rasisme yang dialami oleh etnis Tionghoa. Melalui stand-up comedy hal tersebut diangkat dengan perspektif dan cara yang lebih dapat diterima.Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pembaca tentang makna yang diungkapkan dalam pertunjukan stand-up comedy lakon “Koper” pada sesi Ernest Prakasa, seorang keturunan etnis Cina-Betawi. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotika Roland Barthes untuk memaknai kode-kode secara denotatif dan konotatif, juga teknik analisis Fiske dengan menguraikan simbol-simbol tayangan yang disajikan melalui tiga level analisis yaitu reality, representation, dan ideology.Hasil penelitian menunjukkan adanya temuan mengenai representasi etnis Tionghoa yang digambarkan melalui stand-up comedy dalam lakon “Koper”. Pertama mengenai diskriminasi sosial yang dialami, etnis Tionghoa seringkali mendapatkan perilaku yang berbeda dari masyarakat karena dianggap sebagai liyan. Kedua, adanya stereotip tentang fisikalitas Tionghoa terutama bentuk mata sipit sebagai ciri khas yang dimiliki masyarakat Tionghoa atau keturunannya, hingga sekarang masih seringkali muncul. Dan yang ketiga adalah kemampuan sosial-ekonominya yang selalu dianggap berada di tingkat menengah ke atas, di mana hal tersebut berdampak pada kecemburuan sosial masyarakat.Disetujui oleh Pembimbing 1Semarang, Maret 2013Drs. Adi Nugroho, M.SiNIP 19651017.199311.1.0012PENDAHULUANIndonesia, sebuah negara besar yang terdiri dari berbagai kepulauan, memiliki begitu banyak ragam etnis kebudayaan. Salah satunya etnis Tionghoa yang meskipun dianggap sebagai kelompok subkultur, namun secara faktual merupakan warga Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi, di negara ini seolah memandang etnis tersebut dengan sebelah mata. Adanya ketimpangan sosial yang terjadi pada masa lalu antara kelompok pribumi dan Tionghoa (keturunan) membuat pribumi merasa takut dan terancam. Refleksi ketakutan yang muncul dari kalangan pribumi tersebut pada akhirnya berubah menjadi persepsi umum. Charless A. Coppel dan Rizal Sukma (dalam http: //www.yusufmaulana.com/2009/07/menakar-diaspora-etnis-tionghoa.html) mengidentifikasi lima persepsi masyarakat pribumi terhadap karakter umum etnis Tionghoa, yaitu :1. Mereka adalah bangsa (ras) yang terpisah, yakni bangsa Cina;2. Posisi mereka diuntungkan dalam struktur sosial di bawah pemerintahan kolonial Belanda;3. Struktur sosial diskriminatif selama penjajahan Belanda menempatkan mayoritas mereka lebih suka mengidentifikasi dengan bangsa Belanda, memiliki sikap arogan, memandang rendah masyarakat Indonesia asli, cenderung eksklusif, dan mempertahankan hubungan kekerabatan dengan Cina daratan;4. Merupakan kelompok yang tidak mungkin berubah dan akan selalu memperhatikan nilai-nilai kulturalnya di mana pun mereka berada;35. Merupakan kelompok yang hanya peduli kepada kepentingan mereka sendiri, khususnya kepentingan ekonomi.Pemerintahan pasca-reformasi akhirnya kembali mengakui keberadaan etnis Tionghoa. Warga etnis Tionghoa diakui sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) sah yang dilindungi dengan UU No 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Etnis Tionghoa mulai menunjukkan eksistensinya pada berbagai aspek kehidupan bermasyarakat mulai dari bidang politik, sosial, budaya, tidak terkecuali dalam bidang hiburan.Dalam dunia hiburan, Indonesia kembali mengalami satu era baru dengan kemunculan stand-up comedy. Stand-up comedy adalah komedi tunggal secara monolog yang ditampilkan di atas panggung, berinteraksi secara langsung dengan audiens, dan memiliki konten atau materi humor yang lebih tajam dan kritis. Dalam bukunya, Sudarmo juga menyebutkan bahwa dengan stand-up comedy, orang-orang berbagi tawa untuk melepas kegetiran hidup (Sudarmo, 2012: 175).Sudarmo (2012: 175) juga menyebutkan bahwa dengan SUC, orang-orang berbagi tawa untuk melepas kegetiran hidup. Ia juga mendefinisikan stand-up comedy sebagai kombinasi antara teater dan lawak improvisasi. Tradisi teater mensyaratkan kesiapan naskah/skenario, latihan, dan arahan sutradara. Lawak improvisasi, meskipun sebenarnya memiliki konsep/naskah, namun tidak tertulis, atau hanya mengandalkan kesepakatan dalam brifing sutradara (Sudarmo, 2012: 182). Dalam Stand-up comedy lakon “Koper”, setiap comic menyampaikan materi mereka dengan tetap menjaga karakter kentalnya masing-masing. Pertunjukan ini menceritakan perjalanan sebuah koper yang tua dan besar yang hendak dibuang4oleh pemiliknya di sebuah terminal karena dianggap berisi kenangan tentang istrinya yang membawa sial. Koper tersebut kemudian berpindah tangan, dari orang yang satu ke orang lainnya yang tidak saling mengenal.Berkaitan dengan penelitian ini, stereotip etnis minoritas yang sudah ada sejak dulu dan secara umum dianggap negatif, digambarkan menggunakan humor yang pada penelitian ini dikemukakan dalam stand-up comedy lakon “KOPER”. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui adalah bagaimana representasi “Stereotip Etnis Tionghoa dalam Stand Up Comedy “KOPER”?”Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan representasi stereotip etnis Tionghoa dalam Stand Up Comedy pada lakon “KOPER”. Peneliti juga berharap agar penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada pembaca dalam memahami serta mengetahui studi semiotik mengenai representasi Stereotip Etnis Tionghoa dalam Stand Up Comedy “KOPER” serta dapat dijadikan bahan rujukan ataupun pertimbangan untuk kajian ilmu komunikasi dan menjadi sumber informasi bagi penelitian selanjutnya, serta menjadi masukan tersendiri di bidang Stand Up Comedy.Metodologi Penelitian1. Tipe PenelitianMenggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Metode penelitian yang digunakan adalah semiotik Barthes.2. Subyek PenelitianSasaran penelitian ini adalah stand-up comedy lakon “KOPER”, dengan subjek penelitian yaitu comic Ernest Prakasa.53. Unit AnalisisItem-item dalam stand-up comedy lakon “Koper” yang terdiri atas scene-scene, monolog yang terdiri dari bit-bit dan punchline yang mempunyai relevansi dengan rumusan masalah.4. Teknik Pengumpulan DataData primer penelitian ini berupa potongan gambar scene-scene dari pertunjukan yang disiarkan di Metro TV pada tanggal 19 dan 26 Februari 2012 dengan tajuk stand-up comedy lakon “Koper”. Sedangkan data sekundernya adalah studi pustaka mengenai sosok tionghoa yang diperoleh dari artikel, buku maupun sumber dari internet.5. Teknik Analisis DataTeknik analisis data pada penelitian ini didasarkan pada konsep The Codes of Television dipaparkan oleh Fiske (1987:5) bahwa peristiwa yang akan disiarkan telah dienkode oleh kode-kode sosial. Kode-kode tersebut terdiri dari beberapa level, sebagai berikut:a. Level 1: “Reality”b. Level 2: “Representation”c. Level 3: “Ideology”6HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSosok Tionghoa dalam stand-up comedy lakon Koper hanya diwakili oleh karakter Ernest Prakasa sebagai comic. Dalam beberapa bagian, Ernest menggambarkan sebuah keadaan yang menjadi stereotip mengenai etnis Tionghoa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahardjo (2005), dikemukakan persepsi orang Jawa tentang stereotip Cina dalam komunikasi antaretnis, sebagai berikut:Tabel 4.1Persepsi tentang stereotip dalam komunikasi antaretnisNoStereotipJawa - Cina (skala 1-5)1Pelit2,482Licik2,343Curiga2,144Sombong2,445Eksklusif2,276Mementingkan diri sendiri2,397Memandang rendah2,068Malas bekerja1,929Mudah disuap2,4110Hemat3,6611Jujur3,5012Sopan3,9213Ramah3,831. Diskriminasi Sosial Etnis TionghoaMonolog menggunakan kata “rasis” terdengar menyindir (meskipun dengan bercanda), yang ditujukan kepada panitia acara yang memilihkan peran itu untuknya sebagai penjaga toilet.7Seragam PDL. Seragam adalah simbol kepatuhan, kepasrahan, dan tunduk kepada peraturan. Pakaian yang dikenakan Ernest (PDL) adalah pakaian seragam yang digunakan oleh seorang pekerja lapangan, bekerja di luar kantor dan lebih banyak menggunakan tenaga. Seperti yang dikemukakan oleh Bungin (2006: 48), bahwa pekerja kasar, buruh harian, buruh lepas, dan semacamnya yang lebih banyak menggunakan tenaga dari pada kemampuan manajerial distratakan sebagai kelas sosial bawah (lower class).Gesture tubuh yang menyindir, terlihat dari cara mengibaskan baju seragamnya sembari melihat ke arah di luar penonton serta mengucapkan kata “ck..!”. Secara keseluruhan dimaknai sebagai sindiran akan diskriminasi sosial yang dialami oleh kelompok etnis Cina di masa lalu.2. Fisikalitas Etnis TionghoaBentuk mata sipit yang apabila dilihat oleh penonton dari kejauhan seperti orang yang berbicara dengan keadaan mata terpejam.Konotasinya, kalimat-kalimat yang muncul dalam bit tentang bentuk mata sipit merupakan hal yang lucu, ketika seorang comic membuat penonton menertawakannya melalui keadaan fisik yang berbeda pada dirinya. Humor semacam ini menunjukkan sebuah pengakuan atas ketidaksempurnaan dan kelemahan diri kepada penonton. Menurut Malcolm Khusner (dalam Sathyanarayana, 2007 92), meskipun pada menertawakan diri sendiri dapat menjatuhkan, namun sesungguhnya8humor tersebut dapat meningkatkan daya tarik dan membangun empati penonton.Adapun monolog yang sengaja mengganti istilah mata sipit dengan kurang belo, ciri khas yang biasa ditemui pada keturunan India dan Timur Tengah. Dalam teori humor, Ernest menggunakan self deprecating humor dimana mencela kaumnya sendiri merupakan salah satu bagian dari pengungkapan diri dengan menambahkan, “...lha mandang dua mata aja susah..! Apa lagi sebelah..!”. Ungkapan ini memiliki konotasi bahwa orang Cina tidak pernah merendahkan orang lain.Adanya stereotip bahwa orang Cina memiliki sifat angkuh, eksklusif dan memandang rendah etnis lain sengaja ditekankan bahwa hal tersebut tidak benar adanya. Dalam catatan Taher, disebutkan faktor kultural yang memiliki kaitan yang erat dengan permasalahan ini. Meskipun pada masa Orde Baru mengeluarkan kebijakan pemerintah tentang asimilasi (pembauran), ternyata Cina yang merupakan kebudayaan yang tertua di dunia ini cukup kuat dan berpengaruh di wilayah tertentu. Sebagai konsekuensinya, masyarakat Cina menjadi cenderung bersifat chauvinistik, sering memandang rendah kebudayaan bangsa-bangsa lain (Rahardjo, 2005: 19). Namun tentu saja tidak semua dari mereka memiliki sikap yang demikian. Tidak adil apabila stereotip itu dilekatkan pada semua orang Tionghoa padahal masih ada orang Tionghoa yang sangat bersahabat.93. Kelas Sosial-Ekonomi Etnis TionghoaDalam sebuah bit, dimana Ernest menemukan sebuah koper tidak bertuan yang tergeletak begitu saja di jalan. Kemudian dengan rasa penasaran, Ernest memperlihatkan dia sedang memeriksa koper tersebut dan mencoba menentengnya sembari berjalan. Ernest bercerita bahwa ternyata orang Cina tidak semuanya kaya.Konotasinya yaitu anggapan bahwa semua orang Tionghoa di negeri ini dianggap kaya dan memiliki kemampuan ekonomi yang mencukupi. Koper tersebut diartikan sebagai simbol kekayaan yang digunakan untuk menyimpan uang. Dalam bit tersebut Ernest menyebutkan, “gaya ya, kaya business man Shanghai!”. Secara harfiah, kalimat tersebut memiliki makna bahwa comic yang merupakan keturunan Cina-Betawi ini adalah bukan seorang pengusaha kaya seperti yang distereotipkan oleh masyarakat.Stereotip ini sendiri bermula dari pemerintahan kolonial Hindia-Belanda yang membagi masyarakat waktu itu menjadi tiga golongan, yaitu 1) orang Eropa yang kedudukannya paling tinggi; 2) orang Cina, India, dan Arab sebagai golongan Timur Asing dengan kedudukan sosial menengah; dan 3) golongan pribumi yang menempati kedudukan sosial terendah (Rahardjo, 2005: 18). Keistimewaan yang diberikan kepada masyarakat keturunan Cina memiliki posisi (ekonomi) yang lebih dominan dibanding komunitas masyarakat lokal. Hal ini membuat interaksi mereka dengan pribumi menjadi berjarak.10Keberhasilan banyak orang Tionghoa di bidang ekonomi memang seringkali menimbulkan kecemburuan sosial. Hanya saja keberhasilan ini tidak terjadi pada seluruh orang Tionghoa. Masih banyak orang Tionghoa biasa yang hidup secara sederhana dengan USAha mereka dan masih berjuang untuk memenuhi kebutuhannya. Banyak orang Tionghoa yang memiliki kemapanan finansial, namun perlu ditekankan pula bahwa kemapanan tersebut adalah buah dari kerja keras mereka.Selain itu pada bit yang menyampaikan bahwa Engkong atau kakek Ernest adalah seorang warga Tionghoa asli yang merantau ke negeri ini, kemudian ditambahkan bahwa tidak semua produk Cina itu KW, diambil dari kata kualitas dengan pelafalan kwalitas, yang artinya barang tiruan.Ketika dianalisis berdasarkan makna konotasi, terdapat kalimat yang ambigu. Disebutkan di dalam penampilannya, kata asli dalam bit tersebut memiliki artinya yang lain. Stereotip yang ingin diperjelas disini adalah anggapan masyarakat yang menggeneralisasikan bahwa barang made in China (yang berupa produk tekstil/ garmen dan elektronik) bahwa barang Cina seringkali disebut sebagai barang yang memiliki image peyoratif/negatif. dikenal dengan barang tiruan, bermutu rendah, dan murah (dikutip dari republika.co.id), Hal ini seringkali dikaitkan dengan isu ekonomi kapitalis yang digencarkan di negeri tersebut, yang lebih mementingkan bisnis dan ekonomi daripada aspek yang lain, menghalalkan segala cara demi mendapatkan kekayaan yang berlimpah.11PENUTUPStereotip yang direpresentasikan dalam stand-up comedy lakon Koper berbicara mengenai diskriminasi terhadap etnis Tionghoa dengan anggapan bahwa etnis Tionghoa adalah sebuah kelompok ras yang terpisah, sehingga dibeda-bedakan dengan kelompok masyarakat pribumi. Adapun ciri fisik yang khas dan mencolok yaitu bentuk mata sipit yang menjadi bahan untuk menyudutkan mereka dalam interaksi mereka dengan kaum mayoritas pribumi, dan menyebabkan etnis Tionghoa seringkali mendapatkan serangan verbal sebagai bentuk pengungkungan eksistensi mereka.Status sosial-ekonomi etnis Tionghoa distereotipkan sebagian besar lebih baik dari para pribumi. Padahal untuk mencapai tingkat kesuksesan seperti demikian, kaum Tionghoa telah menjalani kerja keras secara turun temurun. Namun demikian kecemburuan sosial yang merebak dan terstruktur dalam masyarakat Indonesia menyebabkan labelisasi „kaya‟ dan „eksklusif‟ bagi masyarakat Tionghoa. Akibatnya, gerak kaum Tionghoa seolah terkurung dalam ranah ekonomi yang semakin mengukuhkan dominasi finansial mereka

    Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Listening Team untuk Mencapai Ketuntasan Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia di Kelas XI IPA SMA Negeri 12 Pekanbaru

    Full text link
    Research has been done to get student's mastery learning with by using model Cooperative Listening Team inclass XI Science SMAN 12 Pekanbaru. This research is pra-experimentre search with one-shot study case design. The sampel use random from the four class XI Science. This research was conducted in class XI Science IPA 4, the for two month's from november to desember 2014. Data analysis technique by using five formula mastery: mastery individual learning objectives (KTPI), mastery each of the learning objectives (KMTP), classical mastery learning objectives (KTPK), mastery learning of individual (KI), mastery learning classical (CBC). Research for the final show that classical mastery learning objectives 80% and mastery learning classical is 91,667%. It's means that the application of cooperative learning model of Listening Team can achieve student's mastery learning on the subject of chemical equiblirium inclass XI IPA SMAN 12 Pekanbaru

    Karakteristik Kurva Isotherm Sorpsi Air Tepung Jagung Instan

    Get PDF
    Instantiation of flour was expected to affect the equilibrium moisture content which changes the nature of the product. Instant corn flour as raw material of semi-moist foods should be determined of its equilibrium moisture content using the curve of moisture sorption isotherm. Curves of moisture sorption isotherm plays an important role in food drying system, particularly for predicting the shelf life of foods that have low water content. The research was aimed to obtain moisture sorption isotherm curve of instant corn flour from the four varieties of maize, and predicted using the BET (Brunauer-Emmett-Teller) and GAB (Guggenheim-Anderson-deBoer ). Results of the study showed that the moisture sorption isotherm curve of instant corn flour had the sigmoid form (typeII) for all of variety. In most water activities, the moisture sorption isotherm curve of the instant corn flour were relevant to GAB model. BET model was more appropriate to estimate the value of water monolayer (primary bound water) and primary bound water in the instant corn flour; and the value obtained were 3.300 to 3.690 percent; respectively

    Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Sistem Pengendalian Intern, dan Desentralisasi terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Skpd Kabupaten Pasaman)

    Full text link
    This study aims to determine the influence of empirical evidence budget goal clarity, internal control system and decentralization the performance of local government officials Pasaman regency. This research was conducted by using a survey of local work unit Pasaman. The population in this study is 31 working units Pasaman. Samples taken amounted to 93 respondents. The type of data used are primary data with data collection method using a questionnaire. Data analysis method used in this study. The results showed that the Budget Targets Clarity significant effect on the performance of local governments with a regression coefficient of 0.748 with 0.001 significance (alpha 0.05), Internal Control System have a significant effect on the performance of local governments with a regression coefficient of 0.182 with 0.000 significance (alpha 0.05), Decentralization significantly affect the performance of local governments with a regression coefficient of 0.351 with 0.000 significance (alpha 0.05). With a total number of (Adjusted R²) square value of 0.450, which means by 45.0%. While the remaining 55.0% influenced by other variables not included in the regression models were not included in this study as organizational commitment, participation budgeting and others.Keywords: Performance, governments, budget, internal control systems, and decentralizatio

    Fermented Was Reported to Have Different Physicochemical and Functional Properties to Those of Non Fermented Flour. the Objective of This Research Was to Study the Effect of Spontaneous Fermentation to Chemical and Rheological Properties of Corn Flour and to Identifying Correlation Among Parameters. Flour Was Prepared by Spontaneous Fermentation with Variation of Fermentation TIME (0, 12, 24, 36, 48, 60 and 72 Hours). the Result Indicated That the Increasing of Corn Grits Fermentation TIME Was Decrease of Protein, Crude Fiber, Lipid, Ash, Starch and Amylase Content of Corn Flour. the Increasing of Protein Content, Reduction Sugar, Crude Fiber, Ash, Bulk Density and Gelatinization TIME Were Decrease of Gel Strength. Gel Strength Will Be Promote with Increasing of Angle of Repose and Peak Viscosity. Gel Stickeness Will Decrease with Increasing of Amylosa: Amylopecyin Ratio and Breakdown Viscosity. Key Words: White Corn, Flour,fermentation, Chemical, Rheological

    Full text link
    Fermented was reported to have different physicochemical and functional properties to those of non fermented flour. The objective of this research was to study the effect of spontaneous fermentation to chemical and rheological properties of corn flour and to identifying correlation among parameters. Flour was prepared by spontaneous fermentation with variation of fermentation time (0, 12, 24, 36, 48, 60 and 72 hours). The result indicated that the increasing of corn grits fermentation time was decrease of protein, crude fiber, lipid, ash, starch and amylase content of corn flour. The increasing of protein content, reduction sugar, crude fiber, ash, bulk density and gelatinization time were decrease of gel strength. Gel strength will be promote with increasing of angle of repose and peak viscosity. Gel stickeness will decrease with increasing of amylosa: amylopecyin ratio and breakdown viscosity
    • …
    corecore