5 research outputs found

    Multiple Sclerosis Relapsing Remitting Progressive Type

    Get PDF
    Multiple sclerosis (MS) is the most common neurologic demyelinating disease in high-income countries. The causes of MS is multifactorial involve genetics and the environment in which immune cell infiltration occurs across the blood-brain barrier, causing inflammation, demyelination, gliosis, and neuroaxonal degeneration in the substantia grisea in the central nervous system. A 23-year-old female patient was treated with four limbs weakened since 2 weeks ago accompanied by blurred vision, pain, cramps and stiffness in the back muscles and legs. The patient has experienced the same complaint before. Clinical findings reveal lhermitte sign, atrophy papillae, and tetraparese. On thoracic vertebral MRI examination without contrast and brain MRI with contrast obtained multiple sclerosis lesions. Patients receive steroid and antidepressant therapy. MS needs to be studied further because this number of cases began to emerge.

    Hubungan ICH Score dengan Outcome Fungsional (Setelah 3 Bulan)

    Get PDF
    Latar Belakang: ICH score adalah skala penilaian klinis yang umum digunakan dalam menentukan outcome setelah perdarahan intraserebral akut (PIS) dan telah divalidasi untuk memprediksi kematian setelah 30 hari, tetapi tidak untuk outcome fungsional jangka panjang.Tujuan Penelitian: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai apakah ICH score bisa digunakan dalam menilai outcome fungsional selama 3 bulan dan untuk menggambarkan kecepatan pemulihan pasien setelah PIS pada 3 bulan pertama.Metode: Kami melakukan penelitian kohort prospektif observasional dari semua pasien PIS dengan PIS akut yang diterima IGD Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang dan sudah dilakukan Brain CT Scan tanpa kontras dari tanggal 1 Juni 2014 hingga 20 Juli 2014. Komponen ICH score (skor Glasgow Coma Scale pada saat masuk, volume hematoma awal, adanya perdarahan intra ventrikel, perdarahan infratentorial dan usia) dicatat bersama dengan karakteristik klinis lainnya. Pasien kemudian dinilai dengan modified Rankin Scale (mRS) saat pulang dari rumah sakit, 30 hari serta 2 dan 3 bulan setelah keluar dari rumah sakit.Hasil: Dari 26 pasien, 11 (42%) pasien meninggal selama perawatan di rumah sakit pada awal fase akut. ICH score bisa digunakan dalam menilai outcome fungsional (mRS) selama 3 bulan (p<0,05) dengan menggunakan uji korelasi Spearman (SPSS 15). Beberapa pasien menunjukkan perbaikan pada 3 bulan pertama, dengan sejumlah kecil pasien menjadi cacat atau mati karena komplikasi yang tidak berhubungan dengan PIS akut.Kesimpulan: ICH score adalah skala penilaian klinis yang bisa digunakan untuk menilai outcome fungsional jangka panjang setelah PIS. Beberapa pasien PIS membaik setelah keluar rumah sakit dan perbaikan ini berlanjut sampai 3 bulan setelah keluar dari rumah sakit

    AN ELDERLY PATIENT WITH BILATERAL INTRACRANIAL CALCIFICATION AND SEIZURE

    Get PDF
    Gangguan neurologis terkait usia seperti gangguan serebrovaskular dan neurodegeneratif merupakan faktor etiologi yang paling umum untuk kejang pada orang tua. Sindrom Fahr merupakan gangguan neurodegeneratif yang jarang terjadi, ditandai dengan deposit kalsium simetris pada kedua hemisfer otak, kebanyakan kasus muncul dengan gejala ekstrapiramidal. Seorang pasien wanita usia 64 tahun dirawat dengan kejang umum tonik klonik 12 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien memiliki riwayat kejang 1 bulan sebelumnya, tetapi tidak mengkonsumsi obat-obatan. Karena kekakuan pada semua ekstremitas, gerakan yang menjadi lambat, dan perubahan perilaku, pasien lebih sering berbaring di tempat tidur dengan ketergantungan penuh pada aktivitas sehari-hari sejak 1 tahun yang lalu. Pasien memiliki riwayat operasi gondok 30 tahun yang lalu. Pada Brain CT Scan didapatkan kalsifikasi intrakranial bilateral di ganglia basal, periventrikel, subkortikal, serebelum tanpa perifokal edema, dengan kadar kalsium darah yang rendah (3,6 mg/dl) dan kadar PTH yang sangat rendah (1,55 pg/ml) yang menunjukkan sindrom Fahr. Pasien mendapatkan terapi antikonvulsan, suplemen kalsium dan calcitriol. Sindrom Fahr harus dipertimbangkan pada pasien dengan manifestasi kejang yang berhubungan dengan kalsifikasi intrakranial, meskipun kasus ini jarang terjadi

    RUPTURE OF INTRAMEDULARY SPINAL CORD CAVERNOUS HEMANGIOMA

    Get PDF
    Intramedulary spinal cord cavernous hemangioma merupakan malformasi vaskular yang jarang terjadi. Angka kejadian cavernous hemangioma pada spinal cord berkisar 5%-12% dari keseluruhan vaskular anomali pada spinalis. Gejala klinis timbul akibat adanya kompresi pada spinal cord yang bersifat slowly progresive. Malformasi ini memiliki resiko yang tinggi untuk pecah dikarenakan tipisnya dinding pembuluh darah yang membentuknya.Seorang pasien laki-laki usia 51 tahun dirawat dengan kelemahan keempat anggota gerak yang progresif asimetris sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit. Keluhan diawali dengan kebas dan berkurangnya sensasi raba mulai dari leher kebawah sejak 5 bulan sebelum dirawat. Nyeri pada tengkuk disertai dengan gangguan miksi sejak 2 bulan sebelum dirawat. Dari pemeriksaan neurologis didapatkan tetraparesis dengan gangguan sensorik berbatas tegas setinggi dermatom C3- C4. Pada pemeriksaan MRI medula spinalis segmen cervikal didapatkan gambaran suatu cavernous hemangioma (Cavernoma) pada medulospinalis junction dengan gambaran komponen perdarahan pada kanalis spinalis. Pasien direncanakan untuk tindakan operatif dengan resiko berat dan prognosis yang buruk post operatif. Ruptur Cavernous Hemangioma perlu dipertimbangkan pada pasien tetraparese dengan gejala lesi upper motor neuron, meskipun kasus ini jarang terjadi

    Comprehensive on epilepsy : Diagnosis, manajemen dan rekomendasi praktis

    No full text
    ii, 83 hal; 18 x 24 c
    corecore