7 research outputs found
PENGARUH UNSUR GERMANIUM TERHADAP KETAHANAN KOROSI PADUAN Zr-Nb-Mo-Ge UNTUK MATERIAL KELONGSONG PERUSAHAAN LISTRIK TENAGA NUKLIR
PENGARUH UNSUR GERMANIUM TERHADAP KETAHANAN KOROSI PADUAN Zr-Nb-Mo-Ge UNTUK MATERIAL KELONGSONG PERUSAHAAN LISTRIK TENAGA NUKLIR. Sintesis paduan zirkonium Zr-Nb-Mo-Ge dilakukan untuk memperoleh material kelongsong bahan bakar Perusahaan Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Penambahan unsur Germanium(Ge) dapat meningkatkan kekerasan paduan akibat pembentukan presipitat keras Zr-Ge. Analisis pengaruh unsur Ge terhadap ketahanan korosi dan oksidasi suhu tinggi paduan diperlukan untuk evaluasi komposisi unsur paduan bahan kelongsong. Uji ketahanan korosi dalamlingkungan air demin dan uap air suhu tinggi dilakukan pada sampel paduan dengan komposisi prosen berat Ge 0,5 %, 1 % dan 2 %. Uji oksidasi suhu tinggi dilakukan pada suhu 500 oC dan 800 oC selama 8 jam. Perubahan laju oksidasi dianalisis berdasarkan perubahan berat dan lapisan pelindung oksidasi yang terbentuk selama proses pengujian. Hasil pengujian menunjukkan laju korosi dalam lingkungan air demin untuk sampel dengan 0,5 %Ge, 1 %Ge dan 2 %Ge masing-masing sebesar 0,020 MPY, 0,048 MPY dan 0,0457MPY. Oksidasi pada suhu tinggi 500 oC dan 800 oC selama 8 jam menunjukkan laju oksidasi semakin tinggi dengan meningkatnya kandungan unsur Ge dalam paduan sedangkan tebal lapisan oksida relatif sama sekitar 77 um. Dari hasil pengujian disimpulkan untuk kandungan Ge 0,5 % hingga 2 % ketahanan korosi paduan cukup baik untuk material kelongsong dan penambahan unsur Ge akan menurunkan ketahanan korosi paduan Zr-Nb-Mo-Ge
PENGARUH IMPLANTASI ION ARGON PADA STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN BAJA AISI 430 UNTUK BAHAN STRUKTUR REAKTOR.
PENGARUH IMPLANTASI ION ARGON PADA STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN BAJA AISI 430 UNTUK BAHAN STRUKTUR REAKTOR. Rekayasa permukaan dengan teknik implantasi ion argon (Ar+) dapat meningkatkan sifat bahan terutama kekerasannya. Implantasi ion argon ini dilakukan pada baja komersial AISI 430 untuk aplikasi bahan komponen reaktor. Perubahan struktur mikro dan kekerasan setelah implantasi diteliti untuk analisis perubahan sifat mekanik bahan. Proses implantasi ion dilakukan pada energi percepatan sebesar 100 keV dengan arus ion 10mA dan waktu implantasi divariasi 30, 60 dan 90menit. Pengamatan struktur mikro dan fasa dilakukan dengan pengujian mikroskop optik dan uji XRD (X-ray diffraction), sedang pengujian kekerasan dilakukan dengan metode pengukuran Vickers. Hasil uji mikroskop optik menunjukkan terjadi proses difusi ion argon ke permukaan baja komersial AISI 430 dengan kedalaman difusi sekitar 0, 5 mikron untuk waktu implantasi 60 menit dan 2 mikron untuk 90 menit implantasi. Hasil uji XRD untuk sampel sebelum dan sesudah implantasi menunjukkan identifikasi refleksi puncak bidang (110), (200) dan (211) berturutan muncul pada sudut difraksi 2θ= 44,57°; 64,86° dan 82,11°. Implantasi ion tidak menumbuhkan puncak dan fasa baru yang menunjukkan hanya terjadi proses substitusi dan bukan interstisi argon terhadap atombesi atau atom krompada kisi kristal BCC. Hal ini disebabkan karena jari-jari atomargon 0,987 Å hampir sama dengan jari-jari kovalen besi yaitu 1,17 Å seperti ini ditunjukkan pada pergeseran sudut difraksi. Perubahan kekerasan terjadi pada proses implantasi sesuai dengan dosis ionArgonmelalui penambahan waktu implantasi.Nilai kekerasan bajameningkat setelah diimplantasi ion argon, semakin lama proses implantasi semakin tinggi kekerasannya.Mula-mula saat baja komersialAISI 430 diimplantasi dengan ion argon selama 30 menit kekerasannya adalah 190,78 HV, kemudian setelah baja komersial AISI 430 diimplantasi dengan ion argon selama 60 menit kekerasannya menjadi 222,53 HV dan setelah baja komersial AISI 430 diimplantasi dengan ion argon selama 90 menit kekerasannya menjadi 241,46 HV
PENGUKURAN TEGANGAN SISA PLAT BAJA STRUKTUR NON STANDAR A-2 ROL PANAS DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON
PENGUKURAN TEGANGAN SISA PLAT BAJA STRUKTUR NON STANDAR A-2 ROL PANAS DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON. Pengukuran tegangan sisa bahan struktur plat baja austenitiik (A-2) (FeCrNi) hasil mekanisasi rol panas telah dilakukan di PTBIN- BATAN. Studi ini dilatarbelakangi oleh pemanfaatan proses pengerolan pada komponen bahan struktur konstruksi yang sangat diminati karena menawarkan rasio kekuatan beban sangat baik, dan dalam rangka penerapan bahan viral yang memerlukan persyaratan khusus ketika faktor keselamatan menjadi prioritas utama. Empat buah specimen disiapkan dalam kegiatan ini; satu sebagai bahan referensi yang tidak dirol (A2D0n), dan tiga buah specimen lain (A2D2n, A2D3n dan A2D5n) diberi perlakuan rol panas dengan kuantitas reduksi berbeda, yakni: 71%, 81% dan 87%. Hasil memperlihatkan bahwa: pengerolan hingga reduksi 71% membangkitkan peregangan kisi sebesar 0.25% dan tegangan sisa tarik sebesar 9,7 MPa sedangkan peregangan kisi sebesar 0,27% dan tegangan sisa terbesar 10,2 MPa terjadi pada reduksi 81%. Selanjumya peregangan kisi dan tegangan sisa meluruh kembali bertururan hingga 0,23% dan 8,3 MPa terjadi pada reduksi pengerolan panas sebesar 87%. Disimpulkan bahwa: peningkatan peregangan baban baja austenitik-2 terjadi akibat pergeseran bidang-bidang kristal (slip plane) oleh mekanisme pengerolan yang mampu meningkatkan kekuatan mekanik bahan berupa pengerasan regangan (strain hardening), dan fenomena kecenderungan distribusi tegangan sisa bahan struktur auslenitik-2 adalah tegangan tarik (tensile stress).Kata Kunci : plat baja FeCrNi, rol panas, tegangan sisa, difraksi neutron
24-CHROMIUM FERRITIC STEEL MAGNETIC PROPERTIES
24-CHROMIUM FERRITIC STEEL MAGNETIC PROPERTIES. A 24-chromium ferritic stainless steel had been made by foundry methods. The purpose of this investigation is to investigate the magnetic behavior of this ferritic sample, as one of the divvy of its characteristics. Some of supporting data used to prove that the material sample was ferritic type and followed by hysteresis curve obtained from the experiment. By Vibrating Sample Magnetometer (VSM) equipment, it is found that the ferritic steel has the saturation induction around of 150 emu g-1, with the coercive force Hc is close to 3 x 10-4 T and the remanent induction Br is close to 1,1 x 10-3 emu g-1 meanwhile by permagraph equipment the saturation induction around of 3.13 kG, and the coercive force HcB is equal to 0.005 kOe and the remanent induction Br is 0.23 kG with the dissipasion energy BHmax zero, explains that the ferritic stainless steel has a relative good magnetic behavior with relative high magnetization at the relative weak external magnetic field and can be demagnetized easily, appropriate to soft magnetic materials
PENGARUH ISOPREN DAN METILMETAKRILAT TERHADAP UKURAN. PARTIKEL LATEK POLISTREN
Polimerisasi stiren dilakukan dengan metode emulsi, sedangkan karakterisosi dilakukan dengan menggunakan mikroskop elektron dan spektrometer resonansi magnet& Intl (NMR) .Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa isopren mengakibat- kan mengembangnya ( swelling) partikel latek, semakin banyak isopren ditambahkan semakin besar ukuran . partikelnya, jari-jari rata-rata latek PS-PIP (1:1) 1386 A, tiga kali lebih besar dari jan-jart rata-rata partikel latek PS-PMMA (1:1) 443 A. Data spektrogram MNR menunjukkan bahwa pada cuplikan PS-PIP hanya ada puncak-puncak kuat yang karakteristik untuk polistiren, pada pergeseran kimia 0= 1.55 ppm, 2.1 ppm, 6.7 ppm dan 7.2 ppm, spektrogram untuk cuplikan PS-PMMA disamping puncak kuat yang karakteristik untuk polistiren juga terdapat puncak lemah yang karakteristik untuk PMM4 pada pergeseran kimia 0.8 ppm, 2.8 ppm dan 3.2 ppm. Hal mi menunjukkan bahwa isopren tidak terpolimer- isasi atau terpolimerisasi dengan derajat rendah, tetapi monomer- isopren berpengaruh besar pada bertambah besarnya ukuran partikel latek sedangkan metilmetakrilat hanya sedikit terpolimerisasi dan tidak mengakibatkan pertambahan besar ukuran partikel latekHlm. 14-2