3 research outputs found
Penerapan Enhanced Recovery after Surgery (ERAS) pada Bedah Saraf
Enhanced recovery after surgery atau ERAS adalah suatu protokol perawatan perioperasi terstandar multidisiplin pada pasien bedah yang bertujuan untuk meminimalkan stres perioperasi sehingga menghasilkan luaran yang lebih baik. Protokol ERAS tersusun dari berbagai komponen perawatan yang terbukti mendukung pemulihan dan/atau menghindari komplikasi pascaoperasi. Komponen-komponen tersebut mengikutsertakan ahli bedah, ahli anestesi, perawat, farmasi, ahli gizi yang terlibat dalam perawatan pasien sehingga memberikan perbaikan yang lebih baik. Protokol ERAS tersusun dari berbagai komponen perawatan dari mulai praoperasi (konseling, pemberian nutrisi, pengelolaan kebiasaan, trombofilaksis, persiapan daerah operasi dan profilaksis antimikroba), intraoperasi (teknik anestesi, manajemen anestesi, analgesia, manajemen cairan, pengaturan suhu, teknik pembedahan) hingga pascaoperasi (kejadian post-operative nausea and vomiting (PONV), drainase urin, asupan nutrisi, mobilisasi dini). Penerapan ERAS menunjukkan hasil yang baik, dapat diterapkan, dan memberikan keuntungan bagi pasien bedah saraf. Walau demikian, protokol ERAS dalam bedah saraf masih sangat terbatas dan memerlukan penelitian lebih lanjut mengikuti berbagai jenis tindakan/operasi dan keadaan pasien yang berbeda-beda.
Â
Implementation of Enhanced Recovery after Surgery (ERAS) in Neurosurgery
Abstract
Enhanced recovery after surgery (ERAS) is a multidisciplinary standardized perioperative treatment protocol in surgical patients that aims to minimize perioperative stress and result in better outcomes. The ERAS protocol is composed of various components of care that have been shown to support recovery and/or avoid postoperative complications. These components include surgeons, anesthesiologists, nurses, pharmacists, nutritionists who are involved in patient care to provide better improvements. The ERAS protocol is composed of various components of preoperative care (counseling, nutrition, lifestyle management, thromboprophylaxis, preparation of the surgical area and antimicrobial prophylaxis), intraoperative care (anesthetic technique, anesthesia management, analgesia, fluid management, temperature regulation, surgical technique) and postoperative care (PONV management, urinary drainage, nutritional intake, early mobilization). Implementation of ERAS is applicable and shows good results along with the benefits for patients undergoing neurosurgery. However, ERAS in neurosurgery is still very limited and requires further research following different types of procedures / operations and different patient conditions
Status Koagulasi Pasien Cedera Kepala Sedang Berdasarkan Tromboelastografi dan Hemostasis Konvensional
Pasien cedera kepala paling banyak di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta adalah cedera kepala sedang (CKS) dan kelainan koagulasi dapat memperburuk luaran pasien cedera kepala. Untuk mengetahui status koagulasi dan luaran pada pasien CKS di RSCM dilakukan studi kohort prospektif pada bulan Oktober 2019 – Januari 2020 dengan subjek 20 pasien CKS. Dilakukan pemeriksaan hemostasis konvensional (trombosit, PT, APTT) dan viskoelastisitas darah menggunakan tromboelastografi (TEG). Dari pemeriksaan konvensional didapatkan gangguan koagulasi pada 5% pasien sedangkan dari pemeriksaan TEG diperoleh 60% subjek dengan gangguan koagulasi (55% hiperkoagulasi dan 5% hipokoagulasi). Median lama rawat inap adalah 7 (3-27) hari dan tidak didapatkan mortalitas. Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara pemeriksaan hemostasis konvensional dengan TEG (uji Fisher, p>0,999) serta antara status TEG dengan lama rawat inap (Uji Mann-Whitney, p=0,243). Dari parameter TEG (R time, K time, alpha angle, dan MA) tidak didapatkan perbedaan bermakna dengan lama rawat (uji Mann Whitney dan korelasi Spearman). Terdapat perbedaan bermakna antara parameter TEG, yaitu R time (p<0,001) dan alpha angle (p=0,028) dengan hasil CT scan. Disimpulkan, hiperkoagulasi merupakan kelainan koagulasi yang paling sering pada pasien CKS. Coagulation Status of Patients with Moderate Traumatic Brain Injury Based on Thromboelastography and Conventional Haemostasis Test It is known that the majority of traumatic brain injury (TBI) patients in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta (RSCM) are comprised of moderate TBI. This prospective cohort study was done in RSCM to evaluate the coagulation status profile of 20 patients with moderate TBI using conventional hemostatic test (platelet count, PT, APTT) and blood viscoelasticity using thromboelastography (TEG) from October 2019 – January 2020. From conventional test, coagulopathy were detected in 5% patients, while from the TEG, coagulopathy were detected in 60% patients (55% hypercoagulopathy and 5% hypocoagulopathy). The outcome of the patients were evaluate using length of stay (LOS) which is 7 days (3-27 days) and mortality (no mortality found in this study). From statistical analysis, the conventional test result and TEG test are not significantly correlated (p>0.999). Thromboelastography test result are not significantly correlated with LOS (p=0.243). From each parameter of TEG (R time, K time, alpha angle, and MA) are not correlated with LOS (Mann Whitney test and Spearman’s correlation test). We found that 2 parameters of TEG, R time (p<0,001) and alpha angle (p=0,028) are significantly correlated with CT scan. In conclusion, hypercoagulopathy is the most coagulation abnormality that occurred in moderate TBI.  
Status Koagulasi Pasien Cedera Kepala Sedang Berdasarkan Tromboelastografi dan Hemostasis Konvensional
Pasien cedera kepala paling banyak di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta adalah cedera kepala sedang (CKS) dan kelainan koagulasi dapat memperburuk luaran pasien cedera kepala. Untuk mengetahui status koagulasi dan luaran pada pasien CKS di RSCM dilakukan studi kohort prospektif pada bulan Oktober 2019 – Januari 2020 dengan subjek 20 pasien CKS. Dilakukan pemeriksaan hemostasis konvensional (trombosit, PT, APTT) dan viskoelastisitas darah menggunakan tromboelastografi (TEG). Dari pemeriksaan konvensional didapatkan gangguan koagulasi pada 5% pasien sedangkan dari pemeriksaan TEG diperoleh 60% subjek dengan gangguan koagulasi (55% hiperkoagulasi dan 5% hipokoagulasi). Median lama rawat inap adalah 7 (3-27) hari dan tidak didapatkan mortalitas. Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara pemeriksaan hemostasis konvensional dengan TEG (uji Fisher, p>0,999) serta antara status TEG dengan lama rawat inap (Uji Mann-Whitney, p=0,243). Dari parameter TEG (R time, K time, alpha angle, dan MA) tidak didapatkan perbedaan bermakna dengan lama rawat (uji Mann Whitney dan korelasi Spearman). Terdapat perbedaan bermakna antara parameter TEG, yaitu R time (p<0,001) dan alpha angle (p=0,028) dengan hasil CT scan. Disimpulkan, hiperkoagulasi merupakan kelainan koagulasi yang paling sering pada pasien CKS. Coagulation Status of Patients with Moderate Traumatic Brain Injury Based on Thromboelastography and Conventional Haemostasis Test It is known that the majority of traumatic brain injury (TBI) patients in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta (RSCM) are comprised of moderate TBI. This prospective cohort study was done in RSCM to evaluate the coagulation status profile of 20 patients with moderate TBI using conventional hemostatic test (platelet count, PT, APTT) and blood viscoelasticity using thromboelastography (TEG) from October 2019 – January 2020. From conventional test, coagulopathy were detected in 5% patients, while from the TEG, coagulopathy were detected in 60% patients (55% hypercoagulopathy and 5% hypocoagulopathy). The outcome of the patients were evaluate using length of stay (LOS) which is 7 days (3-27 days) and mortality (no mortality found in this study). From statistical analysis, the conventional test result and TEG test are not significantly correlated (p>0.999). Thromboelastography test result are not significantly correlated with LOS (p=0.243). From each parameter of TEG (R time, K time, alpha angle, and MA) are not correlated with LOS (Mann Whitney test and Spearman’s correlation test). We found that 2 parameters of TEG, R time (p<0,001) and alpha angle (p=0,028) are significantly correlated with CT scan. In conclusion, hypercoagulopathy is the most coagulation abnormality that occurred in moderate TBI.