3 research outputs found

    Industri Alat Mikrolit di Situs Balang Metti: Teknologi Toala Akhir dan Kontak Budaya di Dataran Tinggi Sulawesi Selatan

    Get PDF
    Abstract. The Microlith Tool Industry at Balang Metti Site: Late Toalean Technology and Cultural Contact in the Highlands of South Sulawesi.The presence and distribution of microlith tools in Africa, Europe, and Asia have often been debated by prehistorians. The technology was brought by Early Modern Humans out of Africa to some areas of Europe and Asia during the Late Pleistocene. In South Sulawesi, it exists from the Middle to Late Holocene and is classed as part of the ‘Toalean’ culture. Excavations at Balang Metti site revealed a layer of microlith tools representing an industry that occurred for no more than 3,500 years ago. This is remarkable as the site is located in the highlands, whereas all previously known Toalean occupation sites are dispersed throughout the lowlands of South Sulawesi. The purpose of our research is to explain this microlith technology, especially the implication of its cultural contact, which occurred up to the highlands. Research methods done by classified, counted, and measured all lithic artefacts from excavation. The results show that the early stages of flaking (reduction) occurred not only in the cave but also out of the site, possibly close to the raw material sources. Abstrak.Kehadiran dan persebaran alat mikrolit di Afrika, Eropa, dan Asia telah diperdebatkan oleh kalangan peneliti prasejarah. Peralatan tersebut dibawa oleh manusia modern awal keluar dari Afrika ke beberapa wilayah Eropa dan Asia pada akhir Pleistosen. Di Sulawesi Selatan peralatan ini baru muncul pada pertengahan hingga akhir Holosen dan digolongkan sebagai bagian dari budaya Toalean. Penggalian di Situs Balang Metti menunjukkan lapisan budaya industri alat mikrolit berumur tidak lebih dari 3.500 tahun. Permasalahannya adalah situs tersebut berada di wilayah dataran tinggi, yang sebelumnya situs-situs hunian Toalean hanya ditemukan tersebar di wilayah dataran rendah Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan teknologi alat mikrolit dan implikasi kontak budaya yang terjadi hingga di dataran tinggi Sulawesi Selatan. Metode penelitian dilakukan dengan mengklasifikasi, menghitung, dan mengukur semua artefak batu dari penggalian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penyerpihan tidak hanya dilakukan di dalam gua, tetapi juga di luar gua yang mungkin tidak jauh dari lokasi pengambilan bahan

    Amerta: jurnal penelitian dan pengembangan arkeologi vol. 35, no. 2, Desember 2017

    Get PDF
    AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi merupakan sarana publikasi dan informasi hasil penelitian dan pengembangan di bidang arkeologi dan ilmu terkait. Jurnal ini menyajikan artikel orisinal, tentang pengetahuan dan informasi hasil penelitian atau aplikasi hasil penelitian dan pengembangan terkini dalam bidang arkeologi dan ilmu terkait seperti kimia, biologi, geologi, paleontologi, dan antropologi. Sejak tahun 1955, AMERTA sudah menjadi wadah publikasi hasil penelitian arkeologi, kemudian tahun 1985 menjadi AMERTA, Berkala Arkeologi. Sesuai dengan perkembangan keilmuan, pada tahun 2006 menjadi AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi. Pengajuan artikel di jurnal ini dilakukan secara online ke http://jurnalarkeologi.kemdikbud. go.id/index.php/amerta. Informasi lengkap untuk pemuatan artikel dan petunjuk penulisan terdapat di halaman akhir dalam setiap terbitan. Artikel yang masuk akan melalui proses seleksi Dewan Redaksi. Semua tulisan di dalam jurnal ini dilindungi oleh Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Mengutip dan meringkas artikel; gambar; dan tabel dari jurnal ini harus mencantumkan sumber. Selain itu, menggandakan artikel atau jurnal harus mendapat izin penulis. Jurnal ini terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember, diedarkan untuk masyarakat umum dan akademik baik di dalam maupun luar negeri

    Strategi adaptasi teknologi artefak litik Toalean di Situs Leang Jarie dan Cappalombo 1, Sulawesi Selatan

    Get PDF
    Penelitian artefak litik Toalean yang semakin intensif masih belum banyak melakukan perbandingan teknologi pembuatan alat batu. Studi perbandingan perlu dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya perbedaan strategi adaptasi teknologi berdasarkan aspek lingkungan. Tulisan ini membahas studi perbandingan artefak litik Toalean dari situs Leang Jarie yang ada di dataran rendah Maros-Pangkep dan situs Cappalombo 1 di dataran tinggi Bontocani. Metode yang digunakan adalah klasifikasi dan analisis temuan artefak litik, serta survei dan observasi sumber bahan baku di sekitar situs. Hasil studi perbandingan menunjukkan adanya strategi adaptasi terhadap kondisi bahan baku dan menghasilkan tren teknologi yang berbeda di kedua situs. Kualitas chert yang kurang baik di dataran tinggi Bontocani mendorong pembuatan alat batu di Cappalombo 1 menerapkan strategi pemanfaatan bahan baku yang beragam dan lebih sering menerapkan teknik bipolar untuk mereduksi dan meretus serpih. Sebaliknya, pemanfaatan bahan baku chert di Leang Jarie cenderung homogen dan lebih sering menerapkan teknik pukul langsung
    corecore