7 research outputs found

    Tinggi Badan Anak Baru Masuk Sekolah Dasar Sebagai Indikator Sosial Ekonomi

    Full text link
    Pada tahun 1986, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi (Puslitbang Gizi) bekerjasama dengan Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH) melakukan penelitian evaluasi Tinggi Badan Anak Baru masuk sekolah provinsi yaitu: Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat mencakup semua kecamatan di semua Daerah Tingkat II (kabupaten dan kotamadya). Tiga persen desa di tiap kecamatan dipilih secara acak sebagai sampel desa. Satu sekolah tingkat dasar (termasuk negeri dan swasta) dipilih dari tiap desa yang terletak di daerah kabupaten dan dua sekolah dari desa/kelurahan yang terletak di daerah kota (kotamadya/kota administratif). Sampel sekolah dipilih dari daftar nama-nama sekolah yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1984-1985. Secara keseluruhan penelitian ini meliputi 56 daerah tingkat II, 652 kecamatan dan 3540 sekolah tingkat dasar. Pengukuran tinggi badan anak sekolah dilakukan oleh guru-guru sekolah dengan menggunakan pita pengukur yang terbuat dari "fiber-glass" seperti yang biasa digunakan oleh para penjahit pakaian. Data yang berkaitan dengan keadaan sosial ekonomi desa (PODES) dikumpulkan oleh petugas tingkat kecamatan dari laporan terakhir monografi desa (Juni, 1986). Formulir pengumpulan data dikirimkan lewat pos dari Puslitbang Gizi ke kecamatan-kecamatan. Selanjutnya, formulir tinggi badan anak sekolah dikirimkan ke masing-masing sekolah oleh kantor pendidikan tingkat kecamatan. Pengolahan data dan analisis dilakukan di Puslitbang Gizi, Bogor. Status gizi anak sekolah diidentifikasi dengan menggunakan indeks tinggi badan dan umur (TB/U) berdasarkan standar tinggi badan yang biasa digunakan di Indonesia. Status gizi anak sekolah digolongkan ke dalam empat kategori mengikuti cara klasifikasi WHO, yaitu kategori I (<85% standar), kategori II (85%-90% standar), kategori III (90%-95% standar) dan kategori IV (>95% standar). Prevalensi gizi kurang (kategori I dan II) digunakan dalam analisis regresi sederhana maupun ganda untuk mempelajari hubungannya dengan keadaan sosial ekonomi penduduk. Sekitar 80% kecamatan dan sekolah yang dijadikan sampel mengisi dan mengirimkan kembali formulir pengumpulan data ke Puslitbang Gizi, Bogor. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara prevalensi gizi kurang dengan beberapa peubah sosial ekonomi penduduk. Peubah-peubah sosial ekonomi yang menunjukkan hubungan bermakna adalah: kepadatan penduduk, persen penduduk berusia 10-54 tahun, persen penduduk berpendidikan SLTP ke atas, persen buruh tani terhadap jumlah penduduk, persen buruh lainnya terhadap jumlah penduduk, rasio buruh tani terhadap petani pemilik, persen sawah tadar hujan terhadap luas wilayah, rasio sawah tadah hujan terhadap sawah irigasi, fasilitas perhubungan dan keadaan Perumahan penduduk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tinggi Badan Anak Baru masuk sekolah dapat digunakan sebagai indikator keadaan sosial ekonomi penduduk. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini secara operasional tidak mahal dan strategis untuk dikembangkan ke provinsi-provinsi lain untuk memonitor status gizi sebagai dampak program-program pembangunan

    Pengaruh Pendapatan Dan Besar Rumahtangga Terhadap Prevalensi Rumahtangga Defisit Energi Di Indonesia (Menurut Data Susenas 1984)

    Full text link
    PENGARUH PENDAPATAN DAN BESAR RUMAHTANGGA TERHADAP PREVALENSI RUMAHTANGGA DEFISIT ENERGI DI INDONESIA (MENURUT DATA SUSENAS 1984

    Perbandingan Metode Perkiraan Prevalensi Rumah Tangga Defisit Kalori

    Full text link
    Dalam memperkirakan prevalensi defisit kalori (PDK) untuk Indonesia berdasarkan data SUSENAS, para peneliti menggunakan cara yang berbeda, terutama dalam penggunaan angka batas "defisit kalori". Adaa yang menggunakan cara "batas tetap" (angka rata-rata kebutuhan energi minimum untuk tingkat nasional), ada pula yang menggunakan "batas relatif" (angka rata-rata kebutuhan energi minimun untuk tingkat rumah tangga denngan mempertimbangkan komposisi anggota rumah tangga menurut umur dan jenis kelamin). Dalam makalah ini dikemukanan kajian perbandingan ketepatan kedua metoda yang digunakan dalam memperkirakan prevalensi defisit kalori untuk Indonesia berdasarkan data SUSENAS 1984. Hasil analisis dengan uji Se (Sensitivity) dan Sp (Specifity) menunjukkan bahwa dalam memperkirakan PDK untuk Indonesia akan lebih tepat bila menggunakan "batas relatif" (70% kebutuhan energi rumah tangga) sebagai patokan "batas defisit kalori". Jika menggunakan "batas tetap" sebaiknya patokan "batas defisit kalori" bukan 1700 kalori, melainkan 1400 kalori

    Prevalensi Rumah Tangga Yang Defisit Kalori Atau Protein Di Indonesia

    Full text link
    Data konsumsi makanan 49.513 rumah tangga sampel SUSENAS 1984 yang belum disesuaikan (unajusted) telah dianalisis dengan tujuan untuk memperkirakan prevalensi rumah tangga yang mengalami defisit kalori atau protein. Berbeda dengan cara yang dilakukan peneliti lain, pada penelitian ini pendekatan dilakukan dengan membandingkan langsung konsumsi dan kebutuhaan energi masing-masing rumah tangga. Cara ini jugaa diterapkan dalam memperkirakan defisit protein. Batas konsumsi yang digolongkan "defisit" adalah 70% kebutuhan keluarga. Didapatkan rata-rata konsumsi energi dan protein rumah tangga masing-masing 1905 kalori dan 41.0 gram per hari, sementara kebutuhan rata-rata 1963 kalori dan 42.0 gram protein. Diperkirakan 21.4% rumah tangga mengalami defisit kalori dan 16.8% mengalami defisit protein. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat rumah tangga yang mengalami defisit kalori dan defisit protein (DKDP) 13.31%, di perdesaan 11.91%, di perkotaan 16.39%. Untuk rumah tangga yang mengalami defisit kalori cukup protein (DKCP) angka-angka itu, masing-masing berturut-turut, 8.04%, 6.61% dan 11.2%, yang mengalami cukup kalori defisit protein (CKDP) 3.64%, 3.91% dan 2.46%, sementaraa yang cukup kalori cukup protein (CKCP) 75.19%, 77.56% dan 69.85%

    The Prevalence of Endemic Goitre Among School Children in Some Parts of Sumatra, Java and Bali, Indonesia

    Full text link
    Suatu penyelidikan gondok endemik pada anak-anak Sekolah Dasar dilakukan di empat propinsi di daerah-daerah yang dikenal sebagai daerah endemik dalam bulan Juli dan Nopcmber 1972. Pemeriksaan dilakukan terhadap sejumlah 6703 anak-anak sekolah dari 46 Sekolah Dasar yang terdapat di 39 desa di berbagai tempat di propinsi-propinsi Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jawa Timur dan Bali. Penentuan tingkat pembesaran kelenjar gondok, didasarkan atas klasifikasi yang dianjurkan oleh Seminar on Goitre Control yang diselenggarakan oleh W.H.O. di New Delhi dalam tahun 1967. Penyelidikan ini menunjukkan bahwa angka prevalensi penyakit gondok pada anak-anak sekolah di empat propinsi berkisar antara 62.1 per cent di Sumatra Utara dan 89.4 per cent di Sumatra Barat. Walaupun Sumatra Barat menunjukkan angka prevalensi tertinggi, percentase gondok yang tampak pada anak-anak yang diperiksa tidak mempunyai gondok yang tergolong tingkat 3. Penelitian yang mendalam dan intensif dianjurkan sebelum dilaksanakan program pencegahan gondok endemik dengan jodisasi garam

    Tinggi Badan Anak Baru Masuk Sekolah Dasar Dalam Hubungannya Dengan Kemiskinan Wilayah Di Sumatera Barat, Jawa Tengah Dan Nusa Tenggara Barat

    Full text link
    TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH DASAR DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KEMISKINAN WILAYAH DI SUMATERA BARAT, JAWA TENGAH DAN NUSA TENGGARA BARA
    corecore