23 research outputs found

    Mosquitoes of the Bogor Botanical Gardens

    Full text link
    Various types of plant communities in boanical gardens provide surroundings for animal ife.In addition to their main role in botany,he botanical gardens provide aspects for zoological investigations as well(Adisoemarto 1974) The Bogor Botanical Gardens provide most of all possible types of environments for the development and construction of mosquito population.To develop the study of some ecological aspects of the mosquitoes, the availability of qualitative data is very much desired. For this purpose, observations on mosquito fauna have been carried out in the Bogor Botanical Gardens and the Results are presented in this paper

    Penyebaran Jenis Tikus Di Kebun Raya Bogor

    Full text link
    B. TAPPA & S. ADISOEMARTO. 1985. Rat distribution in the Bogor Botanic Garden. Berita Biologi 3 (1) : 5 - 7. A study on rat distribution in the Bogor Botanical Garden was conducted in dry and wet season for one year period. Live-trapping was placed at habitat ten types. Three rats species were recorded during the study, i.e. Rattus tiomanicus, R.r. diardii and R. exulans. R. tiomanicus was found to be the most predominant species and its population more abundant than R.r. diardii and R. exulans. R. tiomanicus typically was captured at trap stations characterized by bamboo clumps, bananas and palms vegetation. R.r. diardii generally was trapped at stations with block housing area. R. exulans occupied may occur on some types of habitat.Analysis of rat distribution related trapping period wa s als o discusse

    Serangga Perusak Kecipir (Psophocarpus Tetragonolobus L.)

    Full text link
    Kecipir kini merupakan tanaman protein yang mulai digalakkan pengembangannya karena kandungan protein yang hampir sama dengan kedelai. Biji kering mengandung 2.9,8 - 37,4% protein, daun 5,7 - 15%, bunga sekitar 5,6% dan polong muda 1,9 - 2,9% (NAS 1975, Citroreksoko 1977). Banyak bagian tanaman kecipir, seperti daun muda, polong dan biji, serta pada beberapa vaiietas juga juga umbinya, dapat dimakan (Burkill 1936).Penggalakan pengembangan budidaya kecipii ini memerlukan perhatian masalah hamanya. Penelitian mengenai hama kecipir telah dilakukan di berbagai negara, di antaranya ialah Papua Niugini, Malaysia dan Filipina (Price 1978). Di Indonesia sendiri penelaahan terhadap hama kecipir masih agak diabaikan. Dari pengumpulan data yang telah dilakukan temyata bahwa kecipir di Indonesia mempunyai pula musuh alami yang berpotensi dan kalau dibiarkan dapat menggagalkan USAha penanamannya (Adisoemarto dkk. 1978). Mengingat permasalahan hama yang timbul perlu dilakukan penelaahan secara kualitatif serangga hama yang berhubungan dengan kecipir

    Pengaruh Gulma Akuatik Dalam Tapak Penangkaran Jentik-jentik

    Full text link
    Pada berbagai genangan air, dari danau sampai air yahg tertampung pada sehelai daun, sering dijumpai jentik-jentik nyamuk. Di samping itu dalam genangan air yang cukup besamya sering terdapat tumbuh-tumbuhan air yang umumnya merupakan gulma. Sebagai penghuni habitat ail yang sama tidak mengherankan bila terjadi hubungan atau saling pengaruh antara tumbuh-tumbuhan dan jentik-jentik tersebut. Beberapa jenis tumbuh-tumbuhan sudah diketahui mempunyai daya bunuh terhadap jentik-jentik nyamuk. Chara,Nitetta dan Utricularia adalah beberapa kelompok tumbuhan rendah yang mempunyai kemampuan sebagai larvisida (Anonim 1973). Akan tetapi kemungkinan tumbuh-tumbuhan tinggi sebagai pengandung daya laivisida belum pernah dijajaki secara tegas (Sen1941). Kenyataan sering didapatinya tumbuhan ail atau gulma pada bermacam-macam bentuk perairan dan pengamatan perorangan yang menyatakan bahwa terdapat kemungkinan pengaruh gulma akuatik terhadap kemampuan wadah untuk menghasilkan nyamuk, merupakan suatu gejala yang perlu dibuktikan kebenarannya secara ilmiah.Pembuktian ini akan bermanfaat dalam kemungkinan penggunaan gejala ini dalam USAha pengendalian populasi nyamuk.Dalam USAha pembuktian ini yang pertama-tama harus dilakukan ialah mengetahui sifat-sifat kualitatif beberapa gulma akuatik terhadap tempat tumbuh jentik-jentik nyamuk.Menuiut Eussen (wawancara pribadi 1975) diketahui adanya eksudan pada beberapa gulma dan pengaruhnya terhadap organisme lain, sebagai contoh eksudan gulma Imperata cylindrica yang menghambat perkecambahan ketimun dan jagung.Macam eksudan yang dikeluarkan dari tiap jenis gulma tidak sama, begitu pula pengaruh macam-macam eksudan itu terhadap organisme lain.Dalam penelitian ini beberapa jenis gulma akuatik dicoba untuk dicari pengaruhnya terhadap tapak penangkaran nyamuk.Dalam percobaan ini digunakan jenis gulma akuatik yang banyak terdapat dalam pertanian, mudah memencar dan tumbuh dalam lingkungan/keadaan ekologi yang bermacam-macam. Selanjutnya perlu diselidiki adanya beberapa gulma akuatik yang mengeluarkan eksudan yang berlainan, baik sebagai penghambat (larvisida) atau pun sebagai penarik (attractant) dan diharapkan eksudan-eksudan itu mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap populasi nyamuk.Untuk membedakan pengaruh gulma terhadap tapak penangkaran nyamuk dari pengaruh faktor-faktor lain yang mungkin mempunyai pengaruh sama, dilakukan beberapa percobaan.Percobaan-percobaan ini mencakup perlakuan dengan menggunakan wadah, lokasi, dan ada tidaknya lumpur.Berdasarkan percobaan pendahuluan dapat disimpulkan bahwa warna ember tidak menunjukkan pengaruh terhadap kemampuan nyamuk untuk berbiak pada ember tersebut. Pada percobaan ini yang dihitung dan dianalisis ialah nyamuk dewasa saja, karena tingkat inilah yang sanggup berbiak, menggigit serta menularkan penyakit dan yang menjadi perhatian manusia (BIOTROP 1975).Dalam hal ini jumlah nyamuk induk (imago), telur dan telur yang menetas menjadi larva tidak dihitung, karena segi-segi tersebut sudah di luar ruang lingkup percobaan. Percobaan ini dimaksudkan sebagai penelitian permulaan untuk mengetahui pengaruh gulma akuatik terhadap kemampuan wadah untuk menghasilkan nyamuk

    Perbandingan Morfologi Genitalia Beberapa Jenis Lalat Dacus

    Full text link
    Salah satu hama yang menyebabkan penurunan mutu buah-buahan adalah jenis-jenis lalat Dacus. Larva lalat ini umumnya hidup pada bagian tumbuhan yang mempunyai daging lunak, teiutama buah. Larva berasal dari telur yang diletakkan oleh induknya pada permukaan buah dan yang kemudian membor lebih ke dalam ±2- 4 mm (Metcalf & Flint 1962). Selain merusak warna buah, larva Dacus juga mengeluarkan semacam zat yang dapat mengubah susunan jaringan daging buah hingga berwarna lebih tua.lembek dan berasa pahit.Karena kerusakan yang ditimbulkannya, USAh memberantas Dacus telah dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan bahan kimia, dengan pembajakan atau penggenangan di sekitai tanaman (karena pupa Dacus memerlukan tanah untuk perkembangannya),atau dengan pemberantasan secara biologi dengan menggunakan parasit larva Dacus seperti Opius fletcheri (Baltazar 1966) yang terdapat juga di Jawa.Penggunaan metode pemandulan jantan dalam pengendalian populasi Dacus mungkin dapat dipertimbangkan (Lindquist 1969).Salah satu segi yang dianggap sebagai penentu keberhasilan pemandulan jantan ialah cukupnya pengetahuan mengenai bentuk dan struktur luar genitalia lalat ini.Karena itu telah dilakukan penelitian perbandingan yang meliputi morfologi edeagus,testis dan surstilus pada yang jantan serta morfologi ovipositor, indung telur dan spermateka pada yang betina

    Morfologi Sistem Pencernaan Beberapa Jenis Coleoptera Perombak Kayu Lapuk

    Full text link
    Pada dasarnya tipe mulut serangga dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu tipe pengunyah dan tipe pengisap (Boiror & De Long 1954).Mulut bertipe pengunyah ditandai dengan mandibula kuat yang dapat digerakkan ke samping. Mulut bertipe pengisap telah mengalami variasi dan modifikasi sehingga berbentuk pipa pengisap.Salah satu kelompok besar serangga yang sangat beranekaragam ialah kumbang atau Coleoptera.Walaupun beranekaragam, semua Coleoptera mempunyai bagian mulut yang berfungsi sebagai pengunyah.Berdasarkan perbedaan makanannya, bentuk terperinci bagian-bagian mulut dan saluran pencernaan pemakan tumbuhan berbeda dari pemakan binatang.Perincian perbedaan pada Coleoptera masih belum banyak diungkapkan.Untuk menambah data umum yang telah diperoleh (Snodgrass1935,' Borror & De Long 1954, Imms 1957,Metcalf & Flint 1962),dilakukan pengamatan morfologi terhadap beberapa jenis Coleoptera pemakan kayu lapuk

    Komponen Hayati Yang Sering Dijumpai Di Pekarangan Kasus Teluknaga, Citeureup Dan Pacet

    Full text link
    D.S. SASTRAPRADJA, M. IMELDA & S. ADISOEMARTO.1985. Biological components frequently encountered in the kitchen gardens : thein Teluk Naga, Citeureup and Pacet.Berita Biologi 3 (2) : 25 - 36. Based on the grouping into ornamental plants, fruit trees, vegetables, medicinal plants, industrial plants and tu\u27oer crops, the vegetation of kitchen gardens showed uniform peicentage in the three study localities.The highest was occupied by ornamental plants, followed by lruit trees and vegetables, then industrial and medicinal plants, while the least was tuber crops.However, the three localities showed variations in frequency classes of each plant group, whilst in total, these frequency classes were uniform. Animal comiponents in the kitchen gardens were represented by variaous numbers of species in the three localities.In any case, chickens were the dominant group of animals, These birds were raised traditionally in most cases.Of the decomposing insects, each of the three localities showed their specificities. The coastal area was dominated by underground beetles, the interior low land by termites and the higher altitude by dung beetles. Different compositions were showed also by the insect pest groups

    Pemilikan Ternak Di Lingkungan Pekarangan Teluknaga, Citeureup Dan Pacet

    Full text link
    S. ADISOEMARTO, SRI PARYANTI-WALUJO& WORO A.NOERDJITO. 1985. Domestic animal ownership within the kitchen gardens in Teluk naga, Citeureup and Pacet.Berita Biologi 3(2) : 70- 75. Surveys on domesticated animals in kitchen gardens were conducted in Teluknaga,Citeureup and Pacet in West Java in the middle of 1980.There were 13 kinds of animals listed. Each kind of these animals has been analysed on the bases of number of owners,rearing intensity and pattern of distribution in each locality. The most popular and widely distributed animals were chickens. This animal might be crowned as the "prima dona" of the kitchen garden environment

    SERANGGA PERUSAK KECIPIR (PSOPHOCARPUS TETRAGONOLOBUS L.)

    Get PDF
    Kecipir kini merupakan tanaman protein yang mulai digalakkan pengembangannya karena kandungan protein yang hampir sama dengan kedelai. Biji kering mengandung 2.9,8 - 37,4% protein, daun 5,7 - 15%, bunga sekitar 5,6% dan polong muda 1,9 - 2,9% (NAS 1975, Citroreksoko 1977). Banyak bagian tanaman kecipir, seperti daun muda, polong dan biji, serta pada beberapa vaiietas juga juga umbinya, dapat dimakan (Burkill 1936).Penggalakan pengembangan budidaya kecipii ini memerlukan perhatian masalah hamanya. Penelitian mengenai hama kecipir telah dilakukan di berbagai negara, di antaranya ialah Papua Niugini, Malaysia dan Filipina (Price 1978). Di Indonesia sendiri penelaahan terhadap hama kecipir masih agak diabaikan. Dari pengumpulan data yang telah dilakukan temyata bahwa kecipir di Indonesia mempunyai pula musuh alami yang berpotensi dan kalau dibiarkan dapat menggagalkan usaha penanamannya (Adisoemarto dkk. 1978). Mengingat permasalahan hama yang timbul perlu dilakukan penelaahan secara kualitatif serangga hama yang berhubungan dengan kecipir

    Morfologi Mulut Dan Saluran Pencernaan Serangga Pemakan Tumbuhan Dan Pemangsa

    Full text link
    Walaupun diketahui bahwa makanan serangga menentukan berbagai bentuk mulut dan saluran pencemaannya, hubungan keanekaragaman jenis makanan dan keanekaragaman fungsi dan bentuk mulut seita saluran makanan belum banyak diketahui.Padahal pengetahuan ini mempunyai segi terapan yang beiguna, misalnya dalam membantu menentukan peranan serangga di suatu lingkungan. Kekhasan modifikasi bagian-bagian mulut diharapkan dapat dipakai untuk mencirikan kelompok pemiliknya. Dalam tahap permulaan penelitian morfologi mulut dan saluran pencernaan dilakukan terhadap serangga bermulut pengunyah dan penusuk-pengisap tumbuhan .serta mangsa. Hasil yang diperoleh dimaksudkan untuk menambah data mengenai bagian-bagian mulut dan saluran pencernaan (Snodgrass l935;Metcalf etal. 1962; Nasution 1972) danmenambah data yang dapat digunakan untuk membedakan serangga pemakan tumbuhan dari pemangsa
    corecore