6 research outputs found

    ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GEN PENYANDI PROTEIN A SEBAGAI FAKTOR VIRULENSI DARI STAPHYLOCOCCUS AUREUS PADA KASUS MASTITIS SAPI PERAH

    Get PDF
    Mastitis adalah keradangan pada ambing dan umumnya berdampak paling jelek pada peternakan sapi perah yang terkait dengan masalah ekonomi dan produktivitas ternak. Penyakit tersebut tidak dapat diberantas tetapi dapat diturunkan angka kejadiannya dengan manajemen yang balk pada peternakan sapi perah tersebut. Mastitis menyebabkan kerugian ekonomi pada petani dengan beberapa jalan; hasii susu yang menurun, kualitas susu menjadi jelek atau terkontaminasi dengan anibiotika yang mengakibatkan produknya tidak dapat dijual, adanya biaya pengobatan, tingginya angka pengafkiran dan kadang-kadang mengakibatkan kematian. Susu yang diproses dalam industri juga merugi disebabkan oleh masalah kandungan antibiotika dalam susu yang dapat menurunkan kandungan kimiawi susu dan kualitas susu dari sapi perah penderita mastitis. Pemahaman tentang epidemiologi dari Staphylococcus aureus yang meliputi sumber penularan, alur penularan dan faktor resiko menghasilkan sistem pengendalian mastitis yang balk dengan agen penyakit Staphylococcus aureus di beberapa peternakan. Hal panting dari pengendalian Staphylococcus aureus adalah menyadari bahwa bakteri ini ditularkan dari sapi ke sapi selama proses pemerahan. Langkah higienis selama waktu pemerahan menurunkan perpindahan bakteri dari sapi ke sapi yang berdampak penurunan intramammary infection (IMI) yang baru. Tetapi hanya dengan sistem higienis pemerahan saja tidak cukup baik untuk pengendalian penyakit ini. Dengan tambahan pengobatan pada waktu kering dan khususnya pengafkiran bagi yang terinfeksi kronis diperlukan untuk menurunkan IMI oleh Staphylococcus aureus. Pengetahuan yang detail tentang bakteri Staphylococcus aureus akan memperoleh gambaran bahwa pemberantasan pada scat ini masih belum memungkinkan, khususnya adanya Staphylococcus aureus yang memproduksi beberapa faktor virulensi. Jadi investigasi dalam tingkat biologi molekuler harus dilakukan untuk pemecahan masalah mastitis. Pada penelitian ini digunakan 98 sampel sapi perah yang diambil susunya untuk diperiksa angka prevalensi mastitis pada Peternakan Nongkojajar. Dari sampel susu mastitis dilakukan identifikasi bakteri Staphylococcus aureus yang meliputi bentuk mikroskopis kokus bergerombol, sifat hemotisis tipe (3, katalase (+), koagulase (+) dan Gram (+). Karakterisasi biologi molekuler Staphylococcus aureus dengan mempergunakan pendekatan gen penyandi protein A dengan metode PCR, ekspresi gen protein A dengan metode SDS-PAGE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data prevalensi mastitis sapi perah dari peternakan sapi perah Nongkojajar dengan angka prevalensi 82,7%. Dengan pendekatan genotipik memakai bobot molekul gen penyandi protein A didapatkan gen penyandi dengan BM 110 bp. Hasil ekspresi dari gen penyandi protein A ditemukan dengan BM 55 kD

    PETA RESISTENSI ANTIBIOTIKA KUMAN PENYEBAB MASTITIS PADA SAPI PERAH DI WILAYAH KERJA KUD DADI JAYA PURWODADI KABUPATEN PASURUAN PROPINSI JAWA TIMUR

    No full text
    Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi mastitis klinis dan sub klinis, jenis kuman penyebab mastitis, mengetahui antibiotika yang efektif yang dapat digunakan dalam pengobatan dan pengendalian mastitis secara tepat, serta untuk membuat peta kejadian mastitis dan resistensi kuman penyebabnya pada sapi perah di wilayah kerja Koperasi Unit Desa (KUD) Dadi Jaya, Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Penelitian menggunakan sample susu dari 301 kwartir ambing yang berasal dari 76 ekor sapi perah, di 10 desa wilayah kerja KUD Dadi Jaya. Penentuan kasus mastitis sub klinis berdasarkan Californian Mastitis Test (CMT) dan mastitis klinis berdasarkan gejala klinis yang tampak. Penilaian kondisi hygiene dan sanitasi pemeliharaan sapi perah dilakukan dengan pengumpulan data kuestioner dengan cara pengamatan lapangan dan wawancara langsung dengan peternak sapi perah. Hasil penelitian disajikan secara deskriptif. Prevalensi mastitis klinis yang teramati 2,6 % dan mastitis sub klinis 42,11 % dari 76 ekor sapi perah yang diuji dengan California Mastitis Test. Sebanyak 28,24 % (85 sample) dari 301 sample susu kwartir menunjukkan basil uji CMT positif. Hasil isolasi dan identifikasi penyebab mastitis pada sapi perah adalah Staphylococcus spp. sebesar 13,3 %, Streptococcus spp. sebesar 5,3 %, E. coli 5,3 Hasil uji resistensi dari 23 isolat kuman penyebab mastitis terhadap 5 macam antibiotika menunjukkan Oxytetracyclin sangat efektif untuk Streptococcus spp. (100 %) dan E. coli Coliform (100 %), Cloxacillin dan Erythromycin mencapai efektifitas 90 % untuk Staphylococcus spp., serta Amphycillin, Cloxacillin dan Oxytetracyclin masing-masing hanya mencapai 50 % untuk E.coli. Berdasarkan hasil wawancara dengan peternak dan pengamatan langsung di kandang menunjukkan hampir secara keseluruhan peternak belum melakukan cara pengelolaan petemakan sapi perah yang memenuhi standar hygiene dan sanitasi yang minimal

    PENINGKATAN MUTU PROSES BELAJAR MENGAJAR MATA KULIAH ZOONOSIS MELALUI PEMBERIAN BAHAN AJAR DAN MEDIA AUDIOVISUAL

    Get PDF
    Mata Kuliah Zoonosis (MK Zoonosis) di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga merupakan salah satu mata kuliah wajib yang diberikan pada semester VIII dengan beban 2 SKS. MK Zoonosis pada Semester Genap 2005/2006 diberikan dalam 13 kali tatap muka perkuliahan dan empat kali evaluasi, meliputi Quiz-1, Ujian Tengah Semester (UTS), Quiz-2 dan Ujian Akhir Semester (UAS), serta dua kali tugas terstruktur dalam kelompok 10 – 12 orang mahasiswa setiap kelompok. Beberapa topik perkuliahan yang diberikan antara lain pendahuluan yang meliputi definisi dan klasifikasi zoonosis, serta organisasi international terkait seperti organisasi kesehatan hewan dunia (OIE), organisasi kesehatan dunia (WHO) dan organisasi pangan dunia (FAO); kemudian diberikan pula penyakit zoonotik yang sedang mewabah dan diawasi (Sapi Gila dan Flu Burung), serta penyakit zoonotik yang disebabkan oleh chlamydia, virus, jamur, bakteri dan parasit. Metode perkuliahan pada MK Zoonosis pada Semester Genap 2005/2006 dilaksanakan dengan berbagai perbaikan dalam penyajian perkuliahan, antara lain dengan materi presentasi menggunakan Power Point dengan bahasa Inggris, serta pemberian tugas terstruktur dalam kelompok 10 – 12 orang mahasiswa dalam setiap kelompok. Selain itu, telah disusun Bahan Ajar MK Zoonosis yang diharapkan dapat diterbitkan pada bulan Januari 2007 sehingga dapat menunjang proses belajar mengajar pada semester genap 2006/2007. Penyajian perkuliahn MK Zoonosis dengan menggunakan program Power Point membuat perkuliahan menjadi lebih hidup, karena pengenalan penyakit zoonosis bias divisualisasikan dengan animasi walaupun masih sangat sederhana. Hal tersebut membuat mahasiswa menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti perkuliahan, terlihat dari hasil pooling questioner yang menunjukkan angka kepuasan mahasiswa diatas 70. Berdasarkan pengolahan hasil evaluasi menggunaka tujuh grade, diperoleh nilai mahasiswa dengan skala nilai A sampai dengan E, dengan jumlah mahasiswa yang mencapai nilai mata Kuliah Zoonosis khususnya nilai A, B, C dan D tahun ajaran 2005/2006 lebih banyak dibandingkan tahun ajaran 2004/2006. Berbeda halnya dengan nilai yang lain (AB, BC, C dan D) tahun 2005/2006 masih lebih unggul. Walaupun kemampuan kelas pada tahun ajaran 2005/2006 homogen, terlihat dari standard deviasi yang rendah (5,8), namun ternyata rata-rata kelas pada tahun ajaran 2005/2006 makin menurun, hal ini bisa disebabkan oleh kemampuan mahasiswa tahun 2004/2005 berbeda dengan mahasiswa tahun 2005/2006, selain itu kemungkinan juga karena sebagaian besar perkuliahan yang disajikan dalam bahasa Inggris

    Pengaruh "Sarang Semut" (Myrmecodia pendans) Terhadap Jumlah Sel Spermatogenik Dalam tabulus Seminiferus Mencit Dengan Latihan Fisik yang Berlebihan

    Get PDF
    This research was to evaluate the number of spermatogenic cells include spermatogonium,spermatocytes, spermatids and spermatozoa after treatment with Sarang Semut + swim stressor asthe excessive physical treatment. Treatments were divided into five groups (P0, P1, P2, P3 and P4);where P0 as a control were not given Sarang Semut + without swim stressor, P1 were not givenSarang Semut + swim stressor , P2 were given 15% of Sarang Semut + swim stressor, P3 were given30% of Sarang Semut + swim stressor and P4 were given 45% of Sarang Semut + swim stressor.The statistical analysis were using ANOVA test and Duncan with Statistical Programe for SocialScience (SPSS) program version 16.0 to know the comparison number of spermatogenic cells. Thenumber of spermatogenic cells showed significant differences between treatments (p<0,05). Theconclusion of this study showed that 15% of Sarang Semut and swim stressor were able to increasethe number of sprematogenic cells. Keyword : Mus, musculus, Myrmecodia, pendans, spermatogenic, cells, excessive, physical,treatmen

    PETA RESISTENSI ANTIBIOTIKA KUMAN PENYEBAB MASTITIS PADA SAPI PERAH DI WILAYAH KERJA KUD DADI JAYA PURWODADI KABUPATEN PASURUAN PROPINSI JAWA TIMUR

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi mastitis klinis dan sub klinis, jenis kuman penyebab mastitis, mengetahui antibiotika yang efektif yang dapat digunakan dalam pengobatan dan pengendalian mastitis secara tepat, serta untuk membuat peta kejadian mastitis dan resistensi kuman penyebabnya pada sapi perah di wilayah kerja Koperasi Unit Desa (KUD) Dadi Jaya, Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Penelitian menggunakan sample susu dari 301 kwartir ambing yang berasal dari 76 ekor sapi perah, di 10 desa wilayah kerja KUD Dadi Jaya. Penentuan kasus mastitis sub klinis berdasarkan Californian Mastitis Test (CMT) dan mastitis klinis berdasarkan gejala klinis yang tampak. Penilaian kondisi hygiene dan sanitasi pemeliharaan sapi perah dilakukan dengan pengumpulan data kuestioner dengan cara pengamatan lapangan dan wawancara langsung dengan peternak sapi perah. Hasil penelitian disajikan secara deskriptif. Prevalensi mastitis klinis yang teramati 2,6 % dan mastitis sub klinis 42,11 % dari 76 ekor sapi perah yang diuji dengan California Mastitis Test. Sebanyak 28,24 % (85 sample) dari 301 sample susu kwartir menunjukkan basil uji CMT positif. Hasil isolasi dan identifikasi penyebab mastitis pada sapi perah adalah Staphylococcus spp. sebesar 13,3 %, Streptococcus spp. sebesar 5,3 %, E. coli 5,3 Hasil uji resistensi dari 23 isolat kuman penyebab mastitis terhadap 5 macam antibiotika menunjukkan Oxytetracyclin sangat efektif untuk Streptococcus spp. (100 %) dan E. coli Coliform (100 %), Cloxacillin dan Erythromycin mencapai efektifitas 90 % untuk Staphylococcus spp., serta Amphycillin, Cloxacillin dan Oxytetracyclin masing-masing hanya mencapai 50 % untuk E.coli. Berdasarkan hasil wawancara dengan peternak dan pengamatan langsung di kandang menunjukkan hampir secara keseluruhan peternak belum melakukan cara pengelolaan petemakan sapi perah yang memenuhi standar hygiene dan sanitasi yang minimal

    PENGGUNAAN POLYMORPHISM GEN PENYANDI KOAGULASE SEBAGAI PELACAK VARIABILITAS GENETIK STAPHYLOCOCCUS AUREUS

    Get PDF
    Mastitis adalah keradangan pada ambing dan umumnya berdampak paling jelek pada peternakan sapi perah yang terkait dengan masalah ekonomi dan produktivitas ternak. Penyakit tersebut tidak dapat diberantas tetapi dapat diturunkan angka kejadiannya dengan manajemen yang baik pada peternakan sapi perah tersebut. Mastitis menyebabkan kerugian ekonomi pada petani dengan beberapa jalan; hasil susu yang menurun, kualitas susu menjadi jelek atau terkontaminasi dengan antibiotika yang mengakibatkan produknya tidak dapat dijual, adanya biaya pengobatan, tingginya angka pengafkiran dan kadang-kadang mengakibatkan kematian. Susu yang diproses dalam industri juga merugi disebabkan oleh masalah kandungan antibiotika dalam susu yang dapat menurunkan kandungan kimiawi susu dan kualitas susu dari sapi perah penderita mastitis. Pemahaman tentang epidemiologi dari Staphylococcus aureus yang meliputi sumber penularan, alur penularan dan faktor resiko menghasilkan sistem pengendalian mastitis yang baik dengan agen penyakit Staphylococcus aureus di beberapa peternakan. Hal penting dari pengendalian Staphylococcus aureus adalah menyadari bahwa bakteri ini ditularkan dari sapi ke sapi selama proses pemerahan. Langkah higienis selama waktu pemerahan menurunkan perpindahan bakteri dari sapi ke sapi yang berdampak penurunan intramammary infection (IMI) yang baru. Tetapi hanya dengan sistem higienis pemerahan saja tidak cukup baik untuk pengendalian penyakit ini. Dengan tambahan pengobatan pada waktu kering dan khususnya pengafkiran bagi yang terinfeksi kronis diperlukan untuk menurunkan IMI oleh Staphylococcus aureus. Pengetahuan yang detail tentang bakteri Staphylococcus aureus akan memperoleh gambaran bahwa pemberantasan pada saat ini masih belum memungkinkan, khususnya adanya Staphylococcus aureus yang memproduksi beberapa faktor virulensi. Jadi investigasi dalam tingkat biologi molekuler harus dilakukan untuk pemecahan masalah mastitis. Pada penelitian ini digunakan 67 sampel susu dari sapi perah dari Surabaya dan sekitarnya yang diambil susunya untuk diisolasi dan identifikasi isolat Staphylococcus aureus. Dari sampel susu mastitis dilakukan identifikasi bakteri Staphylococcus aureus yang meliputi bentuk mikroskopis kokus bergerombol, sifat hemolisis tipe #946;, katalase (+), koagulase (+) dan Gram (+). Identifikasi variabilitas strain Staphylococcus aureus dengan mempergunakan pendekatan gen penyandi koagulase dengan metode PCR, sedangkan ekspresi gen koagulase dengan metode SDS-PAGE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat Staphylococcus aureus yang didapat dari peternakan Surabaya dan sekitarnya adalah 16 isolat. Dengan pendekatan genotipik memakai berat molekul gen penyandi koagulase didapatkan 3 polimorfisme yaitu berat molekul 510, 600, dan 680 bp. Hasil ekspresi dari gen penyandi permukaan bakteri tersebut tidak ditemukan perbedaan yang berarti. Berpijak pada hasil analisis yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa gen penyandi koagulase (coa) dapat menentukan adanya variabilitas genetik Staphylococcus aureus penyebab mastitis sapi perah di Surabaya dan sekitarnya. Karakterisasi ekspresi gen penyandi permukaan bakteri Staphylococcus aureus tidak dipengaruhi oleh faktor Iingkungan
    corecore