65 research outputs found

    Prediksi Silsilah Populasi Lalat Chysomya Bezziana Berdasarkan Parsimoni Statistik (Program Tcs) Menggunakan Data Sekuen Gen Dna Mitokondria dan Inti

    Full text link
    Pemberantasan agen penyakit myiasis (lalat Chrysomya bezziana) melalui program Sterile Insect Technique (SIT) dapat dilakukan apabila tidak terdapat “complex sibling” di dalam populasinya. Oleh karena itu, studi penentuan spesies dan silsilah turunannya menjadi dasar penting sebelum program ini dilaksanakan. Sejauh ini, konsep spesies lalat C.bezziana masih menjadi perdebatan dikalangan peneliti. Makalah ini akan membahas tentang aplikasi parsimoni statistik dan keuntungannya serta intrepertasi data dalam memprediksi silsilah populasi lalat C. bezziana di dunia sehingga pendekatan program SIT dalam pemberantasan kasus myiasis dapat direkomendasikan. Parsimoni statistik (program TCS) adalah salah satu piranti statistik yang berfungsi untuk memprediksi silsilah target gen pada tingkat populasi genetik. Analisis ini menggunakan data sekuen gen baik dari DNA mitokondria (haplotipe) ataupun DNA inti (allele). Secara garis besar, parsimoni statistik dibagi menjadi 2 tahap. Pertama adalah batas parsimoni dikalkulasi untuk mendapatkan jarak minimum perbedaan antara haplotipe/allele yang diuji. Kedua adalah mengkonstruksi jejaring (network) silsilah spesies dengan cara menghubungkan haplotipe/allele yang berbeda satu basa, dua basa, tiga basa dan seterusnya sampai jejaring parsimoni terbentuk. Apabila jarak haplotipe melebihi batas parsimoni maka jejaring tidak dapat dihubungkan. Hasil studi pada 754 spesimen lalat C. bezziana yang dikoleksi dari 359 lokasi di 11 negara (termasuk Indonesia) berdasarkan gen sitokrom b/cytb (DNA mitokondria), dan white eyes color/wec (DNA inti) menunjukkan bahwa populasi lalat C.bezziana di dunia terbagi menjadi dua ras, yaitu Asia dan Afrika sehingga dapat dipertimbangkan sebagai dua spesies yang berbeda atau sub-spesies. Adapun gen Elongation Factor 1 alpha/EF1α (DNA inti) tidak dapat membedakan keduaras tersebut. Analisis parsimoni statistik juga mampu mengidentifikasi sub garis keturunan (modal haplotipe/allele) lalat C. bezziana, yaitu 3 sub garis keturunan pada gen cyt b dan 2 sub garis keturunan pada gen wec

    Deteksi Anaplasmosis pada Sapi dan Kerbau di Banyuwangi dengan Ulas Darah Tipis dan Polymerase Chain Reaction

    Get PDF
    Anaplasmosis merupakan penyakit riketsia yang menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan di daerah tropis dan sub tropis. Penyakit ini ditularkan secara biologis oleh kutu ixodid dan secara mekanis oleh lalat penggigit. Sapi akan menjadi pembawa penyakit (karier) dalam jangka waktu yang lama setelah infeksi pertama. Gejala klinis dari penyakit ini tidak spesifik sehingga diagnosis is tergantung pada konfirmasi hasil uji laboratorium. Tes diagnosis molekuler seperti Polymerase Chain Reaction (PCR) telah dikembangkan dan merupakan metode yang sensitif dan spesifik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi Anaplasma marginale pada sapi dan kerbau di kabupaten Banyuwangi dengan menggunakan metode parasitologis dan molekuler. Sebanyak 152 sampel darah sapi dan kerbau dikoleksi dari lapang. Infeksi riketsia dalam darah diperiksa dengan metode ulas darah tipis dan PCR. Uji PCR dilakukan dengan menggunakan primer dari gen msp5 sepanjang 457 bp spesifik untuk A. marginale. Hasil penelitian dengan ulas darah menunjukkan bahwa 43 sampel (28%) positif A. marginale, sedangkan hasil PCR menunjukkan bahwa 63 sampel (41%) positif A. marginale. Hasil positif ulas darah yang lebih rendah karena rendahnya tingkat riketsemia pada tubuh ternak, sehingga perlu dikonfirmasi dengan uji PCR. Infeksi riketsia ini terjadi pada sapi dan kerbau anak dan dewasa (6 bulan- lebih dari 2 tahun) dimana pada semua hewan yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala klinis. Deteksi anaplasmosis dengan PCR memiliki sensitifitas yang lebih tinggi dari metode ulas darah tipis sehingga dapat meminimalisir hasil negatif palsu. Surveilans anaplasmosis di lapang dengan PCR perlu dilakukan mengingat hewan sehat dapat bertindak sebagai reservoir dan menularkan ke hewan sehat yang lain

    Investigasi Surra pada berbagai jenis ternak yang terinfeksi Trypanosoma evansi secara alami di Propinsi Banten

    Get PDF
    Surra yang disebabkan oleh protozoa darah Trypanosoma evansi masih menjadi permasalahan di sektor peternakan. Sejauh ini belum pernah dilakukan studi komprehensif surra dengan melibatkan berbagai jenis ternak yang diduga berperan sebagai reservoir di Propinsi Banten. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan investigasi surra pada berbagai jenis ternak di Propinsi Banten dengan menggunakan berbagai metode diagnosis. Sebanyak 228 sampel ternak yang terdiri dari kerbau, sapi, kambing dan domba digunakan pada studi ini yang dikoleksi dari 12 kecamatan dan tersebar di 4 kabupaten di Propinsi Banten. Sampel diperiksa dengan menggunakan empat metode, yaitu ulas darah, micro-haematocrite centrifugation test (MHCT), serologis (Card Agglutination Test for Trypanosomiasis ;CATT/T. evansi) dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Hasil studi menunjukkan bahwa 2,9% sampel memberikan hasil positif secara morfologi dengan metode ulas darah dan MHCT. Uji serologis (CATT/T. evansi) memberikan hasil seropositif sebesar 29,39% sedangkan pada uji PCR menunjukkan data 25,64% sampel yang diuji memberikan hasil positif berdasarkan primer Internal Transcribed Spacer 1 (ITS1) dan Trypanosoma brucei 1/2 (TBR1/2). Seluruh sampel domba dan kambing menunjukkan hasil negatif terhadap infeksi T. evansi. Diantara kabupaten yang diinvestigasi, prevalensi surra tertinggi ditemukan di Kabupaten Tangerang dan Pandeglang. Ditinjau dari jenis ternaknya, jumlah kerbau yang terinfeksi T. evansi lebih banyak dibandingkan dengan sapi, kemudian diikuti dengan kambing dan domba. Hasil ini mengindikasikan bahwa keberadaan ternak di wilayah Propinsi Banten berpotensi sebagai reservoir surra

    Pemberian Legal Standing Kepada Perseorangan atau Kelompok Masyarakat dalam Usul Pembubaran Partai Politik

    Full text link
    Political party and corruption in Indonesia can be allegorized as two sides of a coin, both of which relate closely to each other. Law No. 2 of 2008 in conjunction with Law No. 2 of 2011 on Political Party mentions one of the reasons of the political party dismissal, namely conducting an activity which violates the regulations of law. The proposition to dismiss a political party comes only from the Government. This fact closes the opportunity of other parties like individual or community group to propose a political party dismissal. The problems studied in this research are: First, the reason why an individual or a community group should be given the legal standing in the proposition of the political party dismissal. Second, the relevance of the legal standing provision to an individual or a community group in the proposition of the political party dismissal. Third, what attempt that can be conducted to provide the legal standing for an individual or a community group in the proposition of the political party dismissal. The method used in this research is normative juridical method employing law material approach. The result of the research concludes that: First, the urgency to provide the legal standing for an individual or a community group in the proposition of the political party dismissal to interpret the implementation of the people sovereignty in the law state principle. Second, by the provision of legal standing for an individual or a community group, the citizen monitoring toward the political parties will be more effective. Third, the attempt that can be conducted to provide legal standing for an individual or a community group in the provision of the political party dismissal is by revising the Constitutional Court Law

    Perancangan Sistem Timer pada Lampu Lalu-lintas dengan Mikrokontroler Avr

    Full text link
    Kemajuan teknologi di bidang IT (Information Technology) dewasa ini sungguh pesat, pemanfaatan kemajuan teknologi tersebut diharapkan mampu memecahkan berbagai macam permasalahan yang terjadi pada saat ini. Ketika mobilitas manusia sangat tinggi berbagai permasalahan muncul, salah satunya adalah peningkatan kepadatan pengguna jalan raya yang menyebabkan peningkatan kecelakaan dan kemacetan lalu-lintas. Perempatan jalan merupakan persimpangan kendaraan-kendaraan baik roda empat maupun roda dua yang diatur oleh lampu lalulintas, permasalahannya yaitu lampu lalulintas yang sekarang terpasang sebagian besar belum dilengkapi oleh alat hitung perpindahan dari satu warna ke warna lainnya (merah, kuning, hijau) sehingga pengguna jalan tidak mengetahui secara tepat kapan harus berhenti, siap-siap, dan jalan. Untuk memecahkan permasalahan tersebut maka dirancang sebuah alat yang dapat menampilkan hitungan secara mundur (count down) pada lampu lalulintas dengan menggunakan 7-segment. Perancangan alat menggunakan mikrokontroler AVR yang mampu mengendalikan timer lampu lalu-lintas dengan display 7-segment yang digunakan untuk mengatur lalu-lintas di perempatan jalan. Mikrokontroler terdiri dari CPU (Central Processing Unit), memori, I/O tertentu dan unit pendukung seperti Analog to Digital Conveter (ADC) yang sudah terintegrasi di dalamnya. Sistem ini berkerja dengan memanfaatkan port-port yang terdapat di mikrokontroler AVR sebagai output. Program dikirim melalui kabel ISP dengan Software Downloader Code Vision AVR dengan bahasa pemrograman C yang kemudian diterima mikrokontroler AVR, rangkaian mikrokontroler AVR melakukan pengontrolan terhadap 7-segment. Hasilnya berupa sebuah alat simulasi timer lampu lalu-lintas yang dapat ditempatkan di perempatan jalan dan berkemampuan mengendalikan 5 (lima) buah lampu lalu-lintas dan 5 (lima) buah display 7-segment

    Perancangan Sistem Kontrol PID untuk Pengendali Sumbu Azimuth Turret pada Turret-Gun Kaliber 20mm

    Full text link
    Pertahanan negara merupakan segala bentuk daya dan upaya oleh warga negara, dengan tujuan untuk melindungi dan menjaga kedaulatan negara. Salah satu faktor pendukung pertahanan negara di bidang teknologi adalah sistem turret-gun. Dimensi turret-gun disesuaikan dengan kebutuhan penggunaan. Semakin besar kaliber peluru maka semakin besar dimensi dan berat turret-gun, akibatnya turret-gun akan semakin sulit dikendalikan. Oleh karena itu diperlukan perancangan sistem kontrol khususnya kontrol PID yang sesuai. Langkah pertama dalam perancangan sistem kontrol adalah menentukan model matematis dari sistem turret-gun. Berikutnya adalah merancang sistem kontrol yang sesuai dengan menggunakan kontrol PID. Selanjutnya diakhiri dengan pengujian kestabilan dari sistem yang telah dikontrol tersebut. Hasil yang didapat berupa nilai gain proporsional, integral dan derivatif dari metode tuning yang dipakai untuk merancang kontrol PID dari sistem turret-gun. Nilai gain proporsional dan derivatif untuk mendapatkan respons yang memenuhi kriteria perancangan masing-masing sebesar 925,47 dan 173,83

    Serological Test for Surra Cases in Lombok Island

    Get PDF
    Surra or trypanosomosis caused by Trypanosoma evansi (T. evansi) is one of the most important livestock disease globally causing significant economic losses. Lombok Island possess high population of livestock but is endemic for surra. Diagnosis of surra by parasitological methods are considered easy, rapid and economic. However, the parasitological methods are insensitive to detect trypanosomes in all infested animals, particularly in case of low parasitaemia and chronic form of the disease. A chronic infestation of surra is often associated with severe production losses, but being subclinical the condition is often unrecognised. Accordingly, a rapid, sensitive and simple serological test such as the card agglutination Trypanosomiasis test / T. evansi (CATT/T. evansi) is required, especially in Lombok Island. The objective of this study was to determine serological prevalence of T. evansi based on CATT/T. evansi analysis. Samples were collected from cattle in three different districts in Lombok Island, i.e. West lombok, East Lombok and Central Lombok. Testing of samples with CATT/T. evansi was carried out following the instructions of the manufacturer. Of 114 cattle sera, 21.6% in West Lombok, 53.8% in East Lombok and 53.8% in Central Lombok were positive. This study indicated that the serological prevalence of Surra in Lombok was considered high, and a further confirmation by molecular methods is required
    • …
    corecore