18 research outputs found

    Gambaran Kebiasaan Sarapan dan Kebiasaan Jajan di Sekolah pada Siswa SD Muhammadiyah 16 Karangasem

    Get PDF
    Snacks often contain a lot of carbohydrates, a little protein, minerals and vitamins, so that breakfast cannot be replaced by snacks because of incomplete nutrition inside. Based on a preliminary survey at SD Muhammadiyah 16 Karangasem, the data showed that most students did not have breakfast habits around 41.66% and the students who had snack habits around 60%. This research aims to determine the description ofbreakfast and snackhabitsof the students in SD Muhammadiyah 16 Karangasem.The research used cross sectional design, there were 45 students around 9-10 years old, that choosed by purposive sampling. The data on breakfast and snack habits were obtained by interviewing using 24-hour food recallfor 7 days.The results of the study showed that thestudents who did not have breakfast habits around 57.8%. While the students who had snack habits, they were around 62.2%.The students who had snack habits, usually they tend to not having breakfast

    Perbedaan Tingkat Konsumsi Protein,Vitamin C, Besi, dan Seng pada Remaja Putri yang Anemia dan Tidak Anemia di Asrama SMA MTA Surakarta

    Get PDF
    Background: Adolescents are vulnerable to nutrition probelms, one nutritional problem that often occurs in adolescents is anemia. One of cause of anemia is the low intake of nutrients, especially iron. Several nutrients that affect the formation of haemoglobin are protein, vitamin C, iron and zinc. Objective: This study aimed to determine the differences of the level of consumption of protein, vitamin C, iron and zinc in adolescent girls who were anemic and non anemic at female dorm of MTA Surakarta. Method: The research was an observational research with cross secsional approach. The respondents of this study were 75 young women lived in the dormitory. Data were analyzed by Independent Sample Test for data consumption of protein, vitamin C, zinc and Mann Whitney test for iron consumption data. Result: The results showed that most anemic girls had sufficient protein (70%) but insufficient vitamin C (63,2%), iron and zinc (97,9%). Based on the statistical analyzes, there was not any difference of protein (p = 0.729) and vitamin C (p = 0.114) comsumption between two groups. Meanwhile, there was difference of iron (p = 0.034) and zinc (p = 0.043) consumption between two groups. Conclusion: There was not any difference between the levels of protein and vitamin C intake in adolescent girls who were anemic and non anemic. There was difference between the level of iron and zinc intake in adolescent girls who were anemic and non anemic

    Hubungan Lama Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang Dengan Perilaku Pemberian Makan Anak Balita di Puskesmas Gilingan Surakarta

    Get PDF
    Feeding behavior is an important factor for the growth of under five children. Feeding practice in children can be influenced by mother's knowledge and attitude. Education and knowledge are indirect factors affecting someone’s behaviour. Nutritional knowledge supported by adequate education will inculcate the habit and the use of a healthy food. To determine the relationship of mother's education and knowledge on balanced nutrition to feeding behavior of under five children at gilingan primary health care of surakarta. This study was a quantitative research with cross sectional design used had 46 mothers as respondents which obtained by simple random sampling data of education. Knowledge, and behavior were obtained through direct interview. Data was analyzed using pearson product moment and rank spearman (for abnormal data). Most of the respondent had secondary education level 73.9%. The level of mother's knowledge on balanced nutrition was medium 58.7%. Feeding behavior of the respondent mostly categorized as medium, with the prevalence of 84.8%. Statistical analysis on the relationship between mother's education feeding behavior was resultrs in p=0.001, while the relationship between knowledge on nutrition and feeding practices was resultrs in p=0143. There is a relationship beetwen mother's education and feeding behaviour in under five children at gilingan primary health care of surakarta. There is no relationship between mother’s knowledge on balanced nutrition with feeding behaviour in under five children at gilingan primary health care of surakarta

    Hubungan Mutu Pelayanan Gizi dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta

    Get PDF
    Pendahuluan: Kepuasan pasien merupakan indikator dari keberhasilan pelayanan rumah sakit. Kepuasan pasien terkait dengan beberapa dimensi mutu pokok. Dimensi mutu pokok yang perlu dipenuhi adalah reliabilitas (kehandalan), daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti langsung/fisik. Kelima dimensi mutu tersebut dikenal sebagai service quality. Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta merupakan salah satu rumah sakit swasta di Kota Surakarta. Rumah Sakit Panti Waluyo melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pelayanan gizi. Tujuan: Mengetahui hubungan mutu pelayanan gizi dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. Metode penelitian: Desain penelitian ini adalah studi cross-sectional. Jenis penelitian bersifat kuantitatif yang diambil menggunakan kuesioner serta wawancara terhadap 55 responden. Data terdiri dari penilaian mengenai persepsi, harapan pasien terhadap pelayanan gizi yang akan menghasilkan mutu pelayanan, serta data kepuasan berdasarkan aspek kehandalan, daya tanggap, jaminan, empati dan bukti fisik/langsung. Data yang terkumpul diuji dengan menggunakan uji koefisien korelasi Rank Spearman. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan secara keseluruhan berhubungan dengan kepuasan pasien. Hasil uji analisis hubungan diperoleh dengan koefisien korelasi sebesar 0. 833 serta taraf kritik 0. 000. Kepuasan pasien te rhadap pelayanan gizi dari aspek kehandalan, jaminan, dan bukti langsung/fisik termasuk kategori “puas”, sedangkan untuk aspek daya tanggap dan empati adalah kategori “cukup puas” Kesimpulan: Ada hubungan antara mutu pelayanan gizi dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta

    Hubungan Antara Kadar Hemoglobin Dan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Remaja Di Asrama Putri MTs Surakarta

    Get PDF
    remaja ada dua yaitu anemia dan status gizi kurang. jika remaja mengalami anemia maka akan mudah pusing, lelah, mengantuk sehingga mengganggu konsentrasi belajar. status gizi kurang akan menyebabkan kurang perhatian di dalam kelas, daya ingat rendah dan tidak ada motivasi sehingga mempengaruhi keberhasilan akademik Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin dan status gizi dengan prestasi belajar remaja di Asrama Putri MTA Surakarta. Metode Penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional dan teknik pengambilan subjek menggunakan simple random sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 75 siswi. Kadar hemoglobin diperoleh dengan menggunakan metode cyanmenthemoglobin, data status gizi diperoleh dari pengukuran BB dan TB dan prestasi belajar diperoleh dari nilai rapot ujian semester. Uji hubungan menggunakan uji pearson product moment. Hasil. Kadar hemoglobin yang anemia 62.7%, status gizi normal 68% dan prestasi belajar baik 97.3%. Hasil uji korelasi kadar hemoglobin dengan prestasi belajar diperoleh nilai p= 0.626, yang berarti tidak ada hubungan kadar hemoglobin dengan prestasi belajar dan hasil uji korelasi status gizi dengan prestasi belajar diperoleh p= 0.722, yang berarti tidak ada hubungan status gizi dengan prestasi belajar. Kesimpulan. Tidak ada hubungan antara kadar hemoglobin dan status gizi dengan prestasi belajar remaja di Asrama Putri MTA Surakarta. Saran. Diharapkan pihak sekolah selalu memberikan informasi kepada siswa melalui mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan tentang pentingnya mengkonsumsi makanan sumber zat besi untuk mencegah terjadinya anemia, karena masih terdapat anemia sebesar 62.7%

    Hubungan Ketepatan Waktu Penyajian Dan Rasa Makanan Dengan Sisa Makanan Biasa Kelas Ii Dan Iii Di Rsud Raa Soewondo Pati

    Get PDF
    Too many food waste causes problems of “Hospital Malnutrition” The high amount of food waste are caused by many factors, which is internal, external and others. Many food waste could cause patients lose nutrients. In RSUD RAA Soewondo Pati in 2013, the average amount of food waste is 27,1% and in 2014 is 31,56%. The purpose of this research is to know the correlation between time efficiency of serving and taste to food waste of second and third class patient in RSUD RAA Soewondo Pati. The design of this research is using cross-sectional approach. The subject of this research is the patients in general surgical room of RSUD RAA Soewondo Pati. The measured indicator in this research is time efficiency of the three meal time (morning, afternoon, evening), the food waste in each meal time, and patient’s respond to meal’s taste, and it’s all documented in questionnaire. Those data is analized with Rank Spearman correlation and Pearson Product Moment. The time efficiency of distribution of breakfast, lunch and dinner are respectively 82,9%, 92,7%, and 95,1%. The result about meal’s tastiness is that 67,5% patients respond that the meal taste good. The average waste of staple food (rice) is 63,4%, meat-based side dish is 63,4%, plant-based side dish is 78%, vegetable is 75,6%. The result of Rank Spearman correlation shows that the ρ value of time efficiency to food waste is ρ=0,377. The Pearson Product Moment result of ρ value of food’s taste with food waste is ρ=0,298. There is no correlation between time efficiency of food serving ti food waste of second and third class patient in RSUD RAA Soewondo Pati

    Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Status Pekerjaan Ibu dengan Status Pemberian ASI di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar

    Get PDF
    Background : Breast Milk (ASI) is the best food for babies because it contains the appropriate nutrients for growth and development of infants. But in reality the scope of exclusive breastfeeding in Indonesia is still low. The main problem of low coverage exclusive breastfeeding is the socio-cultural factors, lack of knowledge in Early Initiation of Breastfeeding (IMD), maternal employment status and the promotion of infant formula. Objective : Determine the correlation between maternal knowledge about IMD and mother employment status with exclusive breastfeeding in the District Jatipuro Karanganyar. Research Method : This study is an observational study with cross sectional method. Samples were 70 mothers having 7-12 month babies in the District Jatipuro. The instrument used in this study were interviews with reference questionnaire. The hypothesis test used is the Chi-Square test. Result : Mothers with good level of knowledge IMD 68.9% exclusive breastfeeding for babies and mothers with less than 64% of the level of knowledge does not give exclusive breastfeeding their babies. 65.4% of the working mother does not give exclusive breastfeeding for baby and mother are not working or housewives 70.5% exclusive breastfeeding their babies. Conclusion : Chi-Square test results test showed a correlation between maternal knowledge about IMD with exclusive breastfeeding (p-value = 0.008; CC = 0303) and there is a relationship between maternal employment status with exclusive breastfeeding in the District Jatipuro Karanganyar (p-value = 0.003 ; CC = 0330)

    Hubungan Antara Body Image dengan Status Gizi pada Remaja Putri Kelas XI IPS di SMA Batik 1 Surakarta

    Get PDF
    Pendahuluan : Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang disebut pubertas. Di usia ini mereka mulai menentukan sendiri makanan yang mereka sukai tanpa memperhitungkan aspek gizi. Hal ini bisa terjadi karena adanya konsep body image yang negatif yang akan berdampak terhadap status gizi. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body image dengan status gizi pada remaja putri di SMA Batik 1 Surakarta. Metode penelitian : Jenis penelitian observasional dengan desain crossectional. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan antropometri. Sampel diambil menggunakan teknik stratified random sampling sebanyak 67 siswi. Uji hubungan yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman. Hasil : Siswi SMA Batik 1 Surakarta dengan body image baik sebesar 8,9% dan body image kurang baik sebesar 91,1%. Siswi SMA Batik 1 Surakarta dengan status gizi normal 55,4%, status gizi kurang 17,9% dan status gizi lebih 26,8%. Hasil analisi statistik Rank Spearman didapatkan nilai p >0,05. Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara body image dengan status gizi pada remaja putri di SMA Batik 1 Surakarta

    Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Anemia dan Sikap Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia di Wilayah Kerja PUSKESMAS Kerjo Kabupaten Karanganyar

    Get PDF
    Pendahuluan : Anemia merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang masih sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan gizi, karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang dikandung. Pengetahuan ibu hamil tentang anemia sangat diperlukan untuk mencegah ibu mengalami anemia Tujuan : Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan anemia dan sikap ibu hamil dalam konsumsi tablet Fe dengan tingkat kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah subjek penelitian sebanyak 49 dipilih dengan metode consecutive sampling. Data pengetahuan dan sikap diperoleh dengan menggunakan quesioner dan data kadar hemoglobin dengan metode cyanmethemoglobin menggunakan alat Hemocue. Analisis data dengan korelasi Pearson Product Moment. Hasil : Berdasarkan analisis univariat responden yang memiliki tingkat pengetahuan anemia tinggi sebanyak 38,8% dan sebanyak 34,7% responden memiliki sikap yang tinggi, sedangkan kadar hemoglobin responden yang menderita anemia sebesar 36,7%, dan yang tidak menderita anemia sebesar 63,3%. Hasil uji Pearson Product Moment untuk pengetahuan anemia nilai p=0,132 dan sikap nilai p=0,638 Kesimpulan : Hasil penelitian disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan anemia dan sikap ibu hamil dalam konsumsi tablet Fe dengan tingkat kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar

    Hubungan Antara Konsumsi Protein dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman

    Get PDF
    Pendahuluan : Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja dan menurunkan daya tahan tubuh, yang berakibat meningkatnya angka kesakitan dan kematian. Tingkat konsumsi makanan merupakan salah satu penentu status gizi seseorang, konsumsi protein dan zat besi sangatlah berhubungan dengan kadar hemoglobin. Protein berperan penting dalam transportasi zat besi di dalam tubuh. Oleh karena itu, kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi terhambat sehingga akan terjadi defisiensi besi. Disamping itu kekurangan zat besi juga menurunkan kadar hemoglobin. Tujuan : Mengetahui hubungan antara konsumsi protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah subjek penelitian sebanyak 26 dipilih dengan metode multi stage random sampling. Data konsumsi protein dan zat besi dikumpulkan melalui wawancara dengan metode recall 3x24 jam dan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan kadar hemoglobin dengan cyanmethemoglobin. Analisis data dengan uji statistik fisher exact test. Hasil : Berdasarkan analisis univariat tingkat konsumsi protein subjek sebanyak 15 subjek (57,7%) termasuk dalam kategori konsumsi protein kurang sedangkan konsumsi zat besi subjek sebanyak 22 subjek (84,6%) termasuk dalam kategori konsumsi zat besi kurang dan sebagian besar kadar hemoglobin subjek sebanyak 17 subjek (65,4%) termasuk dalam kategori hemoglobin normal. Kesimpulan : Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara konsumsi protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Hal ini diharapkan masyarakat dapat memperhatikan pola konsumsi makan sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
    corecore