12,284 research outputs found

    Memento Mori : Memento Maori – moko and memory

    Get PDF
    Moko patterns, mau moko, “wearing ink” is often explained as an act of remembrance, a symbol of honour or success, of grieving or loss. Memento mori, remembering the dead and remembrance of death, pervades the Maori world, and is profoundly expressed in customary practice – haehae, upoko tuhi, and ta moko. These embodied and visceral experiences are described in waiata tangi, in whai korero, in moteatea, in the traditional context, and graphically recorded on the living flesh in our contemporary world. Mau moko celebrates identity, so modern memorial ornamentation mourns and reflects on this in ‘memento mori’; and also reinforces and engages reality in the correspondent notion of ‘memento Maori’; an assertion that claims dominion and understanding across generations, across time, across space

    Jasper Skulls and Memento Mori

    Full text link
    The jasper skulls in this Curiosity Cabinet sit on the scale atop the touch-ables table. Jasper, a type of impure silica usually a reddish color, is commonly carved for small sculptures, as we see in the skulls. The reddish tones of both skulls match the overall tone of the cabinet nicely, as well as complimenting the rich medium blue of the walls. Thematically, skulls perfectly align with other objects in the cabinet. A ubiquitous theme of curiosity cabinets in the 16th and 17th century is the inevitability of death. Symbols of this notion in art work are known as Memento mori or vanitas. Memento mori is derived from Latin, and roughly translates to, “remember you will die.” Vanitas is a related term with similar meaning: all Earthly pursuits are feeble because they are temporary. (excerpt

    Memento mori

    Get PDF
    As with all children, cartoons enthralled me. I cannot identify any point in my life when I got out of this fascination. To this day I watch animations of all descriptions, savor them, fantasize over making them myself and derive considerable vicarious satisfaction. I never wavered from my fascination with animation. I carried my passion forward and made a decision to pursue animation... making it my reality. My first tangible practical step in this direction was to enroll in the Master of Fine Arts program in the School of Film and Animation at Rochester Institute of Technology. It was my intention to convert my imagination and longing into reality. During the first year at RIT, I had the desire and the opportunity to explore the animation art form and carve a niche for myself in my individual style and innovative thinking. My interest in animation grew and kindled my interest in advancing my knowledge and competence in animation. I was given the opportunity, and as required of all MFA candidates, to create my own work in a form of a Thesis production. I stood poised between an intense passion for the field that was fueled by more mature perceptions than those I had as a girl. Additionally, now I was armed with a tremendous amount of technical know-how and I found myself more deeply attached to my goal than ever before. I knew that my firm determination, strong motivation, and background of serious, committed working in this field were my primary qualifications to undertake my thesis production

    Memento Mori

    Full text link

    Memento Mori

    Get PDF

    Memento Mori

    Full text link

    Memento Mori

    Get PDF

    Memento Mori

    Get PDF

    TINJAUAN ESTETIKA DALAM KARYA MUSIK MEMENTO MORI

    Get PDF
    Memento Mori adalah judul yang terinspirasi dari sebuah lagu yang diciptakan oleh sebuah band Inggris yaitu Architects. Memento Mori merupakan Bahasa latin yang memiliki arti “Be Mindful Of Death”. Karya musik ini mengusung gaya sebuah Requiem dengan jenis musik programatik. Karya yang berformat pada string orchestra dengan choir yang terdiri total pemain berjumlah 40 orang. Kematian merupakan sebuah kejadian yang semua manusia akan lewati, ketika sang kuasa menghendakinya. Manusia belajar untuk mencintai hidup sama seperti mencintai sebuah kematian yaitu dengan menciptakan lagu. Lagu untuk seseorang yang berpulang kepada Yang Maha Kuasa memiliki nama latin yaitu Requiem. Beragam kejadian yang terjadi pada umat manusia seperti peristiwa tsunami yang terjadi di Aceh pada tahun 2004 merupakan penggambaran bahwa Tuhan sendiri yang menentukan waktu manusia untuk kembali kepada dia. Karya musik Memento Mori yang berdurasi 7 menit 30 detik ini menggunakan tanda sukat yaitu ¾ dengan beberapa tangga nada yaitu Am, Ab mayor, F#m, Bm dan Dm. dan disertai tempo 90 BPM, 120 BPM, 90 BPM. Metode yang dipakai dalam mengkaji nilai estetika dalam karya musik Memento Mori ini adalah metode deskriptif kualitatif dasar dengan melakukan pendalaman pada fullscore karya musik Memento Mori sebagai obyek yang dianalisis. Peneliti akan mendeskripsikan tinjauan estetika karya musik Memento Mori yang divalidasikan dengan teori Monroe Beardsley yang mencakup tiga sifat keindahan dalam karya musik tersebut.Dari hasil penelitian, maka dapat dihasilkan sebuah kesimpulan bahwa karya musik Memento Mori ini memiliki satu bagian pembuka dan tujuh bagian besar yaitu bagian 0, bagian A, B, C, D, E, F, dan G. pada bagian 0 merupakan bagian dimana semua player tuning semua instrument yang dimainkan agar tidak terjadi kesalahan dalam memainkan karya tersebut. Pada bagian A, keindahan terlihat dari harmoni yang dipadukan antara string section dengan piano. Pada bagian A menggambarkan penggambaran tentang seseorang yang lahir dan hidup dengan memiliki satu pandangan hidup yaitu “aku adalah Tuhan untuk hidupku sendiri”. Pada bagian B, keindahan yang tergambarkan terlihat dari susunan piano yang mengambil Teknik permainan octave sedangkan string dan choir menjadi harmoni yang selaras dengan iringan piano. Bagian B menggambarkan kematian akan selalu mendatangi manusia dan dimana saat itu tiba, manusia akan selalu menyesal dan melihat semua kehidupannya terlintas di matanya dan tidak dapat mengulanginya lagi. Untuk bagian C, piano dan choir menjadi pemegang kendali dalam penggambaran suasana yang ditampilkan pada karya tersebut. Pada bagian D, keindahan yang tergambar pada bagian ini adalah pergantian suasana dari Am menjadi Ab mayor dan piano Pada bagian F, masuk pada bagian solo dimana violin serta solo vocal sopran dan piano menjadi sebuah paduan harmoni yang inda. Pada bagian G, ini adalah dimana bagian orang tersebut kembali menuju kesadarannya sendiri. Kata kunci : Memento Mori, estetika musik, bentuk musi
    corecore