Kisah Alquran menjadi bagian Alquran yang berperan penting dalam menyebarkan pesan yang tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Demikian pentingnya pengkajian kisah Alquran, maka penelitian ini berfokus pada salah satu kisah Nabi Musa ketika berguru kepada Khidir. Kisah yang memicu setiap daya logis, menggali lebih dalam atas pertanyaan bagaimana bisa seorang Nabi Musa sebagai Nabi Ulul Azmi begitu sering berkonflik dengan gurunya, Khidir?. Penelitian ini lantas mengambil sudut pandang penafsiran Fakhruddin Al-Razi dalam tafsir Mafa>tih al-Ghayb, mencoba menggali makna pesan terdalam dari konflik atas kisah pertemuan Nabi Musa dan Khidir melalui penafsiran Fakhruddin Al-Razi, yang masyhur sebagai mufassir dengan beragam pendekatan ilmu komperhensif. Penelitian ini menggunakan basis penelitian model kualitatif, dengan penggunaan sumber-sumber penelitian yang berasal dari kepustakaan (library research). Melalui pendekatan historis, penelitian ini mencoba mengungkap pesan moral (‘ibrah}) dari kisah Nabi Musa dan Khidir, dalam lingkup penafsiran Fakhruddin Al-Razi dalam kitab Mafa>tih al-Ghayb. Kemudian akan dianalisa kembali, berdasarkan metode analisis-deskriptif melalui sumber-sumber primer maupun sekunder yang digunakan dalam penelitian ini. Melalui serangkaian penelitian sebelumnya, penelitian ini berkonklusi bahwa dalam penafsirannya atas kisah tersebut, Fakhruddin Al-Razi mendapati konflik Nabi Musa dan Khidir yang demikian berulang terjadi atas perbedaan pengetahuan, dimana Nabi Musa berada dalam tataran ilmu syariat (ilmu pasti) dan Khidir yang berada dalam lingkup ilmu ladunni (hakikat /batin). Hal inilah yang disinyalir mengakibatkan timbulnya konflik karena perbedaan ilmu, cara berpikir dan sikap yang dimiliki oleh keduanya. Lebih lanjut, Al-Razi kembali menjelaskan adanya indikasi bahwa ketika Allah menggiring Nabi Musa pada satu pemahaman bahwa ilmu yang dimilikinya hanyalah sebagian kecil dari luasnya ilmu Allah, yang juga dititipkan kepada Khidir. Dan sebagai sosok pengajar yang telah dipilih oleh Allah, Khidir juga menunjukkan kepada Nabi Musa bahwa ilmu yang dimilikinya bukanlah ilmu yang dapat dipelajari dengan cara yang biasa. Adapun pesan moral yang dapat diteladani dalam kisah ini mencakup adab tawadhu’ sebagai murid kepada guru, larangan untuk bersikap sombong dalam hal keilmuan, bersabar dalam menuntut ilmu, dan tawakkal (berserah diri) atas perkara yang Allah tetapkan
Is data on this page outdated, violates copyrights or anything else? Report the problem now and we will take corresponding actions after reviewing your request.