Ekowisata Berbasis Digital Sebagai Solusi Pengembangan Pariwisata Modern di Hutan Mangrove Pantai Cengkrong, Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur.

Abstract

Hutan mangrove sangat penting keberadaannya bagi keseimbangan biota laut, namun hutan mangrove yang menjadi tempat ekowisata di Pantai Cengkrong mengalami permasalahan berupa illegal logging dan alih fungsi lahan. Permasalahan tersebut disebabkan oleh kebutuhan ekonomi masyarakat, egosektoral, dan minimnya informasi yang diterima masyarakat terkait fungsi ekologis mangrove, penelitian ini fokus pada salah satu penyebab permasalahan di hutan mangrove yaitu minimnya informasi yang diterima masyarakat terkait fungsi ekologis mangrove. Penyampaian informasi ekologis berbasis digital perlu diterapkan untuk menunjang pariwisata modern karena tidak terbatas ruang dan waktu dalam penyampaian informasi kepada masyarakat. Tujuan penelitian 1). mengetahui struktur pengelola dan sistem koordinasi ekowisata di hutan mangrove Pantai Cengkrong, 2). mengetahui keanekaragaman vegetasi mangrove di Pantai Cengkrong, 3). menemukan strategi dan model pengelolaan ekowisata mangrove di Pantai Cengkrong. Metode penelitian deskriptif kuantitatif, pengambilan data biotik dan abiotik secara random sampling, dan data culture secara purposive sampling. Analisis penelitian menggunakan Principal Component Analysis (PCA), analisis SWOT, analisis vegetasi mangrove menggunakan Indeks Nilai Penting (INP) dan analisis keanekaragaman spesies mangrove menggunakan Shannon Wiener. Hasil penelitian 1). struktur pengelola dan sistem koordinasi terdiri dari tiga kelompok, yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) sebagai ketua dan fasilitator, Perhutani, dan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) sebagai tim pelaksana dan pengawas di lapangan. 2). Indeks Nilai Penting (INP) zonasi A kategori pohon Sonneratia alba (92,34 %), kategori anakan pohon Sonneratia alba (89,03 %), dan kategori semai Rhizophora mucronata (80,74 %). INP zonasi B kategori pohon Sonneratia alba (70,44 %), kategori anakan pohon Sonneratia alba (57,56 %), dan kategori semai Sonneratia alba (32,47 %), Ceriops tagal (32,47 %), Rhizophora apiculata (32,47 %). INP zonasi C kategori pohon Lumnitzera racemosa (132,41 %), kategori anakan pohon Xylocarpus granatum (113,03 %), dan kategori semai Lumnitzera racemosa (60,28 %). Keanekaragaman vegetasi mangrove termasuk rendah, dengan nilai zonasi A (0,82), zonasi B (0,92), zonasi C (0,62). 3). Strategi SWOT untuk mengatasi salah satu permasalahan di kalangan masyarakat tentang minimnya informasi fungsi ekologis mangrove yang diterima masyarakat setempat menggunakan solusi yang dikemas ke dalam website dan aplikasi. Kesimpulan penelitian adalah 1). struktur pengelola ekowisata di hutan mangrove Pantai Cengkrong terdiri dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) dan perhutani dengan sisitem koordinasi fungsional territorial. 2). Keanekaragaman vegetasi mangrove dari tiga jenis zonasi termasuk rendah, dengan nilai zonasi A (0,82), zonasi B (0,92), zonasi C (0,62). 3). Strategi pengelolaan ekowisata mendukung kebijakan perkembangan yang agresif sehingga model pengelolaan berupa kolaborasi website dan aplikasi drive bernama Digital Ekowisata Drive (DIEKO Drive) www.mangrovetrenggalek.ga. Kata Kunci: Digital, Ekowisata, Hutan Mangrove, Modern, Pariwisata

Similar works

This paper was published in Sebelas Maret Institutional Repository.

Having an issue?

Is data on this page outdated, violates copyrights or anything else? Report the problem now and we will take corresponding actions after reviewing your request.