FUNGSI DAN MAKNA FILOSOFI TRADISI RUWATAN DI JAWA

Abstract

Ruwatan pada dasarnya membuang Sukerta (pemebersih diri dari kotoran) yang pelaksanaan pertunjukan pakeliran pada umumnya yang ada di Jawa. Dalam wayang Ruwatan tidak mengharuskan memakai iringan gamelan, karena diluar signifikasi masih ada yang harus disajikan seperti tempat sesaji, tempat untuk ruwatan, dan padupan. Sumber lakon pengruwatan yang disajikan oleh para dalang mengacu pada pakem pengruwatan (standar baku cerita) walaupun dalam pelaksanaannya berubah menurut situasi dan kondisi, seperti Ruwatan yang tanpa iringan gamelan tidak harus mengacu pada pakem. Kriteria orang Sukerta banyak versi dan banyak sumber buku yang menyebutkan berbeda-beda, tetapi dalam sajian ini dasar criteria orang Sukerta diambil dari lakon atau cerita yang disajikan oleh Ki Dalang Warsena Guno Carito. Murwakala mempunyai makna yang luas tidak hanya sebuah karya sastra dan pakeliran akan tetapi fungsi dan filosofinya, ternyata mengacu pada esensi mikro dan makro manusia sebagai insane yang berdaya cipta, budi dan karsa. Kebenaran riil atas implikasi Murwakala pada kehidupan nyata adalah seperti halnya keyakinan pada yang ada dan yang tiada

Similar works

This paper was published in ISI Denpasar | Institutional Repository.

Having an issue?

Is data on this page outdated, violates copyrights or anything else? Report the problem now and we will take corresponding actions after reviewing your request.