Jurnal Pengembangan Energi Nuklir
Not a member yet
349 research outputs found
Sort by
Koreksi Geometrik Pemetaan Tataguna Lahan di Sekitar Calon Tapak PLTN Kalimantan Barat
Lahan yang diusulkan untuk PLTN kemungkinan tidak sesuai, sehingga studi kesesuaian tataguna lahan dan air untuk penetapan tapak prototipe PLTN perlu dilakukan. Penggunaan citra satelit sebagai salah satu jenis data hasil penginderaan jauh telah banyak dilakukan dalam analisis kesesuaian lahan atau tataguna lahan. Sebagai langkah awal yang penting untuk mempersiapkan citra satelit resolusi tinggi (CSRT) seperti citra pleiades 1A yang digunakan pada penelitian ini adalah proses Koreksi Geometrik dengan data masukan utama adalah koordinat GCP hasil survei dan pengukuran di lokasi penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan rektifikasi (pembetulan) atau restorasi (pemulihan) citra agar koordinat citra sesuai dengan koordinat geografis. Pengolahan data CSRT menggunakan beberapa metode, yaitu assemble, mosaik, dan pansharp serta koreksi geometrik on-screen. Uji akurasi proses pengolahan data CSRT menggunakan persamaan root mean square error (RMSE) atau circular error. Data raster terkoreksi geometrik yang dihasilkan memiliki RMSE sebesar 1,53 serta ketelitian geometrik horisontal sebesar 2,32, sehingga dapat memenuhi standar untuk digunakan dalam pembuatan peta dasar tataguna lahan dengan skala 1:5000
Korelasi Antara Kecepatan Gelombang Geser dan NSPT di Area Pulau Nuklir, Tapak RDE Serpong
Karakteristik gerakan tanah akibat gempabumi dipengaruhi oleh variasi nilai kecepatan gelombang geser (Vs). Ketersediaan nilai Vs suatu daerah belum tentu lengkap dan siap, hal ini disebabkan oleh penyelidikan langsung guna memperoleh nilai Vs memerlukan waktu relatif lama dan biaya yang tidak sedikit. Selain itu juga dipengaruhi oleh tingkat keterjangkauan suatu daerah pengujian. Berbeda halnya dengan data jumlah pukulan (N) dari uji Standard Penetration Test (NSPT) yang lebih banyak tersedia. Dewasa ini telah banyak dilakukan penelitian persamaan korelasi nilai Vs dari data NSPT, meskipun demikian tingkat keandalan antara satu dengan lainnya tidaklah sama. Studi ini bertujuan mengembangkan korelasi yang reliabel antara Vs dan NSPT untuk kategori semua jenis tanah. Metode yang digunakan adalah dengan mengumpulkan dan menganalisis data hasil pengujian geofisika dan geoteknik kemudian melakukan analisis regresi non-linear. Dari hasil perhitungan diperoleh korelasi Vs = 98,759NSPT0,3101 untuk kategori semua jenis tanah di area pulau nuklir Tapak RDE, Serpong. Korelasi ini mampu memprediksi Vs dengan cukup baik dan cepat, tanpa harus melakukan pengukuran yang memerlukan biaya lebih banyak dan waktu lebih lama
Kajian Kualitas Air Laut dan Dosis Cesium 137 Pada Biota di Pantai Gosong, Kalimantan Barat Sebagai Calon Tapak PLTN
KAJIAN KUALITAS AIR LAUT DAN DOSIS CESIUM 137 PADA BIOTA DI PANTAI GOSONG, KALIMANTAN BARAT SEBAGAI CALON TAPAK PLTN.Β Kondisi awal lingkungan di Pantai Gosong sebagai calon tapak PLTN di Kalimantan Barat sebelum pembangunan dan pengoperasian PLTN penting untuk dilakukan. Salah satu deskripsi lingkungan yang diperlukan namun belum tersedia adalah data radionuklida Cs-137 dan besarnya dosis radiasi Cs-137 terhadap biota laut di perairan laut Pantai Gosong. Penelitian ini bertujuan menentukan kualitas air termasuk konsentrasi radionuklida Cs-137 di perairan Pantai Gosong dan dosis radiasi Cs-137 terhadap biota lautnya. Penentuan lokasi penelitian didasarkan dengan metode purposive sampling. Metode penelitian meliputi pengendapan Cs-137, pemisahan, pengeringan dan pencacahan dengan spectrometer gamma. Selanjutnya dilakukan simulasiΒ dosis radiasi terhadap biota laut menggunakan perangkat lunak Erica Tools. Parameter kualitas air lainnya diukur menggunakan Water Qulity Mater. Hasil pengukuran empat parameter yang diukur seperti pH, suhu, salinitas dan TDS mempunyai nilai yang serupa dengan penelitian lain pada lokasi yang berdekatan dan tidak terjadi perubahan kualitas lingkungan. Dari aspek radioekologi yang diwakili olah nuklida Cs-137, didapatkan bahwa aktivitasnya di perairan Pantai Gosong hampir sama nilainya dengan penelitian serupa di perairan Indonesia yang sumbernya berasal dari Β fallout. Dosis radiasi Cs-137 pada biota laut yang berada di perairan Pantai Gosong lebih rendah dari tingkat dosis skrining level
Simulasi Pengaruh Radius Channel Garam dan Temperatur Terhadap Distribusi Temperatur Pada Teras Molten Salt Breeder Reactor
Penelitian ini bertujuan untuk mensimulasikan distribusi temperatur dengan variasi radius channel garam dan temperatur masukan pada teras Molten Salt Breeder Reactor (MSBR). Computational Fluid Dynamics (CFD) dengan perangkat lunak Ansys Fluent digunakan pada simulasi ini untuk sebuah sel moderator. Variasi radius channel garam adalah 0,0108 m; 0,0208; dan 0,0308 m dengan panjang moderator 3,96 m. Variasi temperatur masukan adalah 809 K, 839 K, 859 K, dan 909 K. Hasil simulasi pada variasi radius menunjukkan bahwa dengan pertambahan sebesar 0,01 m memberikan kenaikan suhu sebesar 8 - 23 K pada temperatur masukan konstan. Perubahan terhadap temperatur masukan, diperoleh kenaikan temperatur keluaran antara 1 - 10 K, pada radius channel garam yang konstan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi temperatur dalam teras MSBR akan meningkat jika radius channel garam diperkecil atau temperatur masukan dinaikkan
Individual Effective Dose and Nuclear Emergency Planning for Muntok NPP Area using TMI-2 Source Term
Probabilistic dose analysis from a postulated nuclear accident is performed for the Muntok area in the western Bangka region. Three-Mile Island unit 2PWR-type Nuclear Power Plant (TMI-2) source-term is compiled and used as accident data. The accident is also known as the Small-break Loss of Coolant Accident (SB-LOCA) accident. The isotopes used in the simulation are Kr-88, I-131, Xe-133, and Cs-137. The release point is a 50 m stack. Lagrangian particle dispersion method (LPDM) is used along with a 3-dimensional mass-consistent wind-field. Surface-level time-integrated air concentration and spatial distribution of ground-level total dose were obtained for dry conditions. Meteorological data is taken from hourly records obtained from an on-site meteorological tower in Muntok area for the 2014-2015 period. Effluent is released at a uniform rate during a 6-hour period and the dose is integrated for 12 hours from the beginning of the release until most of the plume left the model boundaries. The regulatory limit for the general public of 1 mSv was detected in an area located 2.5 km from the release point. Radioactive plume is spread from the postulated plant location to uninhabited areas consisted of bushes and farming areas in the SE-SSE direction and to W-NW direction to the Bangka Sea