138 research outputs found

    Seismicity Analysis and Velocity Structure of Two-phase Geothermal Field in Southern Bandung

    No full text
    Over a duration of six months, we conducted a microearthquake analysis to characterize the subsurface conditions in the two-phase geothermal field located in Southern Bandung. Throughout the study, a total of 754 microearthquake (MEQ) data were recorded from at least 15 monitoring stations. After selection process of the dataset, 362 events were selected based on their azimuthal gap angle being less than 180°. Initially, the earthquake locations were determined using the Geiger method. Subsequently, we updated the hypocenter locations through simultaneous inversion, incorporating 1D velocity structure and 3D tomographic inversion. Our analysis revealed three primary seismicity clusters, which likely correspond to the injection and production activities within the geothermal field. The southern cluster aligns with the injection wells, extending from a depth of 1 km to 8 km, suggesting that the MEQ events were induced by injection activity. In the production area, a higher concentration of events is observed, densely distributed between depths of 1 km and 3 km. We suspect that the third cluster is associated with the development activity of a steam-dominated geothermal field located east of the main field. Notably, low Vp/Vs values near the surface are detected and exhibit increased thickness towards the north. These characteristics are interpreted as indicative of the steam zone, as the anomaly\u27s location aligns closely with the production area. The thickening of the low Vp/Vs zone towards the north suggests the presence of steam as the impact of fluid extraction in the region, leading to a decline in pressure

    ANALSIS STRATIGRAFI TERINTEGRASI (BIOSTRATIGRAFI, SEISMIK STRATIGRAFI DAN SIKUEN STRATIGRAFI) DALAM IDENTIFIKASI LINGKUNGAN PENGENDAPAN PADA UMUR OLIGOSEN – SEKARANG UNTUK EKSPLORASI HIDROKARBON SUB-CEKUNGAN PALEMBANG, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN

    No full text
    ABSTRAKPenelitian ini merupakan hasil dari studi stratigrafi terintegrasi dengan menggabungkan analisis biostratigrafi, seismik stratigrafi dan sikuen stratigrafi yang kemudian dapat menekankan identifikasi lingkungan pengendapan yang berkembang secara komprehensif pada Sub-Cekungan Palembang Selatan. Hasil ini akan sangat membantu dalam perkembangan eksplorasi hidrokarbon Sub-Cekungan Palembang Selatan yang merupakan cekungan yang produktif menghasilkan hidrokarbon. Penelitian ini menggunakan data 2D seismik dan satu data sumur (Ugong-1) yang menembusnya berisikan informasi biostratigrafi yang lengkap dari formasi tertua yakni Formasi Lahat hingga formasi termuda saat ini berupa Formasi Air Benakat dari analisis biostratigrafi yang dilakukan. Informasi litologi dan top marker dari data mudlog Ugong-1. Berdasarkan analisis biostratigrafi ditemukan sembilan zonasi dari biozonasi foraminifera plangtonik diseluruh interval formasi sumur Ugong-1 (Globigerina ampliapertura (P20/O2), Globigerina opima opima (P21/O3-O5), Globigerina opima nana (P22/O6-O7), Globigerina ciperoensis (P22/M1a), Tenuitella munda (N4/M1b), Globigerinoides primordius (N5/M2), Globigerina euapertura / Catapsydrax stainforthi (N7/M4a-M4b), Praeorbulina sicana (N8/M5a-M6), Orbulina universa (N9/M7)). Top Formasi Lahat bersesuaian dengan Top Zona P21, Top Formasi Talang Akar bersesuaian dengan Top Zona P22, Top Formasi Baturaja bersesuaian dengan Top Zona N4, Top Formasi Gumai bersesuaian dengan Top Zona N8. Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat didefinisikan tiga sikuen pengendapan (SP1, SP2 dan SP3). Batas ketidakselarasan sangat tercermin pada data paleobatimetri dan data seismik, begitu pula dengan sikuen stratigrafinya. Lingkungan pengendapan teridentifikasi secara komprehensif diketiga SP.Kata kunci: Biostratigrafi, Seismik fasies, Seismik stratigrafi, Sikuen Stratigrafi, Sub-Cekungan Palembang Selatan. ABSTRACTThis research results from an integrated stratigraphic study by combining biostratigraphic, seismic stratigraphic, and sequence stratigraphic analysis, which can then emphasize the identification of depositional environments that develop comprehensively in the South Palembang Sub-Basin. These results will significantly assist in developing hydrocarbon exploration for the South Palembang Sub-Basin, a productive basin for producing hydrocarbons. This study uses 2D seismic data and one well data (Ugong-1) that penetrates contains complete biostratigraphic information from the oldest formation, namely the Lahat Formation, to the youngest formation currently, the Air Benakat Formation from the biostratigraphic analysis carried out: lithology and top marker information from Ugong-1 mudlog data. Based on the biostratigraphic analysis, nine biozonation of planktonic foraminifera were found throughout the formation interval of the Ugong-1 well (Globigerina ampliapertura (P20/O2), Globigerina opima opima (P21/O3-O5), Globigerina opima nana (P22/O6-O7), Globigerina ciperoensis (P22/M1a), Tenuitella munda (N4/M1b), Globigerinoides primordius (N5/M2), Globigerina euapertura / Catapsydrax stainforthi (N7/M4a-M4b), Praeorbulina sicana (N8/M5a-M6), Orbulina universa (N9/ M7)). The top of the Lahat Formation corresponds to Top Zone P21, the Top of the Talang Akar Formation corresponds to Top Zone P22, the Baturaja Formation corresponds to the Top Zone of N4, Top of the Gumai Formation corresponds to the Top Zone of N8. Based on the analysis, three depositional sequences (SP1, SP2, and SP3) can be defined. Unconformity boundaries are strongly reflected in paleo bathymetric data and seismic data, as well as sequence stratigraphy. The depositional environment is comprehensively identified in all three depositional sequences.Keywords: Biostratigraphy. Seismic facies, Seismic Stratigrafi, Sequence Stratigraphy, South Palembang Sub-Basin

    Analisis Kualitas Airtanah Berdasarkan Karakteristik Hidrogeokimia Pasca Peristiwa Sumur Ambles di Dusun Nanas, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

    No full text
    Dusun Nanas Kecamatan Puncu merupakan salah satu desa yang mengalami peristiwa sumur ambles pada tahun 2017. Dari peristiwa tersebut dapat mempengaruhi kualitas air pada sumur gali milik warga sehingga kebutuhan akan air bersih sangat di perlukan untuk kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan agar dapat diketahui karakteristik dan kualitas airtanah melalui parameter fisik maupun kimia yang sesuai dengan standar baku mutu air bersih menurut Permenkes Nomor 32 Tahun 2017. Metode yang digunakan berupa pengambilan sampel airtanah pada sumur dangkal meliputi uji pengamatan fisik berupa bau, rasa, DHL, TDS dan suhu serta pengujian airtanah secara kimia berupa NO2, NO3, Fe, CaCO3, dan Mn. Berdasarkan hasil uji sifat fisik airtanah, karakteristik airtanah di daerah penelitian memenuhi standar baku mutu air bersih berdasarkan Permenkes No. 32 Tahun 2017. Penyebab sumur ambles daerah penelitian yaitu litologi penyusun berupa batuan gunung api muda meliputi lapisan abu, pasir vulkanik dan endapan lahar yang mudah runtuh. Berdasarkan peristiwa tersebut kualitas airtanah memiliki kandungan Mn yang tinggi pada sampel SN-6 sebesar 3,08 mg/l sedangkan sampel SN-2 memiliki kandungan NO3sebesar 14,7 mg/l sehingga dapat dikatakan bahwa daerah penelitian memiliki kualitas airtanah yang tidak sesuai dengan baku mutu air bersih dan tidak layak untuk dikonsumsi sehingga perlu adanya pengolahan lanjut agar airtanah tersebut layak dikonsumsi. Kata kunci: Airtanah, Karakteristik, Kimia, Kualitas, Nana

    Perhitungan Gross Sand, Net Sand dan Net Pay untuk Optimasi Produksi berdasarkan Data Log, Core dan Tes Sumur pada Formasi Air Benakat Sumur W-4 dan Sumur W-7 Lapangan G Cekungan Sumatra Selatan

    No full text
    AbstrakKajian pada perulangan batupasir dan batulempung Formasi Air Benakat sebagai batuan reservoir dan lapisan pembawa hidrokarbon menarik dan perlu dilakukan untuk optimasi produksi. Sumur W-4 dan W7 yang berada di bagian sayap struktur antiklin serta puncak jebakan antiklin di Lapangan G memiliki ketersediaan data log, core, dan tes sumur yang lengkap dan memadai. Analisis log sumur untuk perhitungan parameter petrofisika meliputi Volume shale (Vsh), porositas (ϕ), saturasi air (Sw), dan permeabilitas (k), mengacu pada diagram alir yang dikeluarkan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi (SKKMIGAS). Penentuan nilai cut-off Vsh dan ϕ dilakukan dengan cross-plot yang divalidasi dengan data tes sumur untuk menghitung net sand. Cut-off Sw didasarkan pada cross-plot fractional flow SCAL untuk menghitung net pay. Berdasarkan validasi data tes sumur jenis fluida hidrokarbon yang terkandung pada lapisan produktif berupa fluida minyak. Nilai hasil perhitungan cut-off Vsh, ϕ, dan Sw pada Lapangan G berturut-turut: 0.40; 0.10; dan 0,70. Pada Sumur W-4 diperoleh 1 lapisan batupasir produktif dan pada Sumur W-7 diperoleh 7 lapisan batupasir produktif dengan lapisan Batupasir-18 merupakan lapisan dengan ketebalan net pay tertinggi sebesar 52 feet atau 15,8 meter.Kata kunci: Formasi Air Benakat, reservoir batupasir, optimasi produksi, analisis log sumur, cut-off petrofisika, net sand, net pay.Abstract Studies on repeating sandstones and claystones of the Air Benakat Formation as reservoir rocks which contained hydrocarbon are interesting and important for production optimization. Wells W-4 and W-7 which located on the wing of the anticline structure and the top of the anticline trap in Field G have complete availability of log, core, and well test data. Well log analysis for the calculation of petrophysical parameters includes shale volume (Vsh), porosity (ϕ), water saturation (Sw), and permeability (k), referring to the flow chart issued by Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities Republic of Indonesia (SKKMIGAS). Determination of the cut-off value of Vsh and ϕ was conducted by cross-plot which validated with well test data to calculate net sand. The cut-off Sw is based on a SCAL fractional flow cross-plot to calculate net pay. Based on the validation of well test data the hydrocarbon contained in the productive layer was oil-based. The value of the calculated cut-off Vsh, ϕ, and Sw respectively: 0.40; 0.10; and 0.70. 1 productive layer obtained at W-4 Well and 7 productive layer obtaidet at W-7 Well, with Sandstone-18 layer being the reservoir layer with the highest net-pay thickness of 52 feet or 15.8 meters.Keywords: Air Benakat Formation, sandstone reservoir, production optimization, well log analysis, petrophysics cut-off, net sand, net pay

    KUALITAS BATUGAMPING KLASTIK BULU SEBAGAI BAHAN BAKU SEMEN PORTLAND DAERAH DINGIL, KECAMATAN JATIROGO, KABUPATEN TUBAN, PROVINSI JAWA TIMUR

    No full text
    Abstrak Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Salah satu sumber daya alam yang cukup melimpah adalah mineral industri, seperti dalam industri semen yang bahan bakunya berasal dari campuran batugamping, batulempung, gypsum, dan sebagai bahan tambahan, misalnya pasir silika serta pasir besi.Batugamping merupakan bahan galian golongan C, jenis mineral industri yang tersusun oleh kalsium karbonat (CaCO3) dan mengandung unsur lain, diantaranya magnesium. Dalam era pembangunan sekarang ini, kebutuhan akan semenPortlandsalalu meningkat sesuai dengan laju pembangunan diseluruh wilayah Indonesia (Sukandarrumidi, 1999). Daerah penelitian memiliki luas ± 54 m2 , satuan batugamping klastik Bulu menempati 20 % dari luas daerah penelitian yang terdiri dari satuan batugamping klastuk Bulu, sehingga penelitian khusus mengenai batugamping terkait bahan baku semenportlandperlu dilakukan.Kata kunci; Batugamping, Bahan Galian, Semen Portland.Abstract Indonesia is a rich country in natural resources. One of the abundant natural resources is industrial minerals, such as in the cement industry whose raw materials are derived from a mixture of limestone, claystone, gypsum, and as an additional material, such as silica sand and iron sand.Limestone is a class C quarry, a type of industrial mineral composed of calcium carbonate (CaCO3) and contains other elements, including magnesium. In the current era of development, the need for cement has always increased in accordance with the pace of development throughout Indonesia (Sukandarrumidi, 1999). The research area has an area of ± 54 m2, Bulu clastic limestone unit occupies 20% of the area of the study area which consists of Bulu clast limestone unit, so special research on limestone related to cement raw material needs to be carried out.Keyword; Limestone, Minerals, Portland Cemen

    KLASIFIKASI MASSA BATUAN RMI (ROCK MASS INDEX) UNTUK ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

    No full text
    ABSTRAK - Pada penelitian ini akan digunakan studi klasifikasi massa batuan terhadap lereng alami, yaitu klasifikasi RMi dengan objek penelitian pada lokasi lereng batuan yang berada di Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian memiliki morfologi bentuk lereng terjal dengan litologi dominan berupa batugamping. Klasifikasi RMi ini jarang digunakan karena memiliki beberapa parameter yang cukup rumit untuk dilakukan pembobotan. Untuk mendapatkan nilai bobot dari klasifikasi massa batuan dilakukan pengamatan lapangan dengan scanline dan pengambilan sampel batuan utuh. Hasil properti keteknikan dari klasifikasi massa batuan RMi dianalisis menggunakan metode elemen hingga (finite element method). Massa batuan di lokasi penelitian memiliki litologi dominan berupa batugamping kalkarenit, kalsirudit, dan kalsilutit dengan tingkat pelapukan rendah hingga sedang. Bobot massa batuan berdasarkan klasifikasi RMi berkisar 2,09 – 6,228 (high). Properti keteknikan dari massa batuan dari lima lokasi memiliki modulus deformasi (Em) berkisar 3.068 – 11.550 MPa, kohesi (c) berkisar 0.236 – 2.334 MPa, sudut geser dalam (ɸ) 37o – 57o, dan kuat tarik (σt) berkisar 0,04 – 0.80 MPa. Dari hasil analisis tersebut, properti keteknikan dari klasifikasi massa batuan RMi dapat diterapkan untuk analisis kestabilan lereng menggunakan metode elemen hingga. Rekomendasi penyangga dari klasifikasi RMi cukup signifikan berpengaruh pada faktor keamanan dan perpindahan kestabilan lereng. Kata kunci: Klasifikasi massa batuan RMi, kestabilan lereng, volume blok, metode elemen hingga ABSTRACT - In this research, a rock mass classification study on rock slopes will be used, the RMi classification with the research object on rock slope locations in Cipatat, West Bandung Regency, West Java Province. The research location has a steep slope morphology with dominant lithology in the form of limestone. The RMi classification is rarely used because it has several parameters that are quite complicated to weight. To obtain weight values from rock mass classification, field observations were carried out with a scanline and intact rock samples were taken. The results of the engineering properties of the RMi rock mass classification were analyzed using the finite element method. The rock mass at the study site has dominant lithology in the form of calcarenite, calcirudite, and calcilutite limestones with low to moderate weathering levels. The rock mass weight based on the RMi classification ranges from 2.09 to 6.228 (high). The engineering properties of the rock masses from five locations have a deformation modulus (Em) ranging from 3,068 – 11,550 MPa, cohesion (c) ranging from 0,236 – 2,334 MPa, internal friction angle (ɸ) 37o – 57o, and tensile strength (σt) ranging from 0,04 – 0.80 MPa. From the results of this analysis, the engineering properties of the RMi rock mass classification can be applied to slope stability analysis using the finite element method. Support recommendations from RMi classifications have quite an effect on the safety factor and slope stability, while another recommendation to make the slope more stable is to make a cut-off slope for each slope so that the slope is more stable

    Analisis Perbandingan Tipe Fluida Berdasarkan Kandungan Anion Cl-SO4-HCO3 Pada Mataair Panas Candi Gedong Songo Dan Mataair Panas Derekan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah

    No full text
    Lokasi penelitian terletak di daerah mataair panas Candi Gedong Songo dan mataair panas derekan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi perbandingan tipe fluida berdasarkan kandungan anion Cl-SO4-HCO3 pada mataair panas Gedong Songo dan mataair panas Derekan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Analisis tipe fluida mataair panas menggunakan data hasil pengujian geokimia. Berdasarkan hasil analisis geokimia dan perhitungan persentase kadar  unsur  Cl, SO4 dan HCO3, yang kemudian diplotkan dalam diagram Ternary Plot kandungan fluida mataair panas yang terdapat pada daerah Gedong Songo merupakan fluida air Sulfat, dikarenakan dari hasil analisis kimia diketahui unsur SO4 (Sulfat) merupakan unsur yang paling dominan dan berada pada Volcanic Waters. Berdasarkan hasil analisis geokimia dan perhitungan persentase kadar  unsur  Cl, SO4 dan HCO3 , yang kemudian diplotkan dalam diagram Ternary Plot kandungan fluida mataair panas yang terdapat pada daerah Derekan merupakan fluida air Bikarbonat. Hal ini dikarenakan dari hasil analisis geokimia diketahui unsur HCO3 (Bikarbonat) merupakan unsur yang paling dominan dan berada pada Peripheral Water

    Geologi dan Pengaruh Nilai Porositas Terhadap Nilai Kuat Geser Batugamping Daerah Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

    No full text
    Daerah penelitian terletak di daerah Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis, daerah penelitian terletak pada zona 49 S UTM dengan koordinat 419270 – 424270 mE, 9131363 – 9136363 mS. Terdapat 2 jenis pola pengaliran yang berkembang pada daerah penelitian, yaitu pola pengaliran dendritik (DND) dan subdendritik (SDND). Secara geomorfologi, daerah penelitian dibagi menjadi 4 satuan bentuklahan, yaitu perbukitan bergelombang, dataran nyaris, anak sungai, dan dataran alluvial. Secara stratigrafi, daerah penelitian tersusun oleh 4 satuan batuan. Urutan satuan batuan di daerah penelitian dari yang tertua sampai termuda yaitu Satuan batunapal Sentolo, Satuan batugamping pasiran Sentolo, Satuan batugamping Sentolo, dan Satuan endapan alluvial. Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian adalah kekar gerus. Analisis pengaruh nilai porositas terhadap nilai kuat geser batugamping dilakukan pada 3 titik. Berdasarkan hasil pengujian analisis nilai porositas yang dilakukan pada 3 sampel uji, didapatkan nilai porositas sampel A1 sebesar 12,74%, sampel A2 sebesar 10,56%, dan sampel A3 sebesar 9,35%. Untuk sampel A1 diperoleh nilai kuat geser sebesar 17,634 kPa, sampel A2 sebesar 26,993 kPa, dan sampel A3 sebesar 27,830 kPa. Porositas dan kuat geser memiliki persamaan regresi linier y = -3,1612x + 58,556 dengan koefisien determinasi R² = 0,9205. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini porositas memiliki pengaruh sebesar 92,05 % terhadap kuat geser. Semakin besar nilai porositas, maka semakin kecil nilai kuat geser

    ANALISIS PERHITUNGAN WAKTU RUNTUH DAN DIMENSI KERUNTUHAN TEROWONGAN BAWAH TANAH BERDASARKAN PERHITUNGAN RMR DI LOKASI CIBITUNG, KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN

    No full text
    ABSTRAK - Pengamanan kegiatan penambangan bawah tanah dilakukan bertujuan untuk menjaga stabilitas dan keamanan lubang bukaan terowongan dari reruntuhan batuan. Pengamanan kegiatan penambangan bawah tanah diperlukan kajian rekayasa geologi teknik seperti pemetaan lapangan, perhitungan Rock Mass Rating (RMR), tinggi bukaan terowongan bawah tanah, waktu runtuh (stand-up time), serta dimensi keruntuhan (beban runtuh, tinggi runtuh, dan beban luas atap). Penelitian ini menggunakan data kondisi geologi secara umum, pemetaan lapangan, perhitungan Rock Mass Rating (RMR), waktu runtuh (stand-up time), dimensi keruntuhan (beban runtuh, tinggi runtuh, dan beban luas atap). Kondisi geologi secara umum di daerah produksi CBT_1106_RMU_NTH dan CBT_1106_RMU_STH berupa batuan porfiritik andesit dengan dominan mineral kuarsa, memiliki jenis tekstur kuarsa crusiform, terdapat beberapa kekar menerus dengan panjang 1-3 m yang terisi dengan mineral hard filling lebar 1-5 mm, kekuatan batuan termasuk medium strong, sebagian teralterasi oleh mineral silika. Nilai RMR untuk daerah CBT_1106_RMU_NTH lebih tinggi dibandingkan CBT_1106_RMU_STH karena adanya pengaruh kondisi air tanah dengan tingkat pelapukan yang berbeda. Waktu runtuh daerah CBT_1106_RMU_NTH dapat bertahan lebih lama dibandingkan CBT_1106_RMU_STH karena daerah tersebut lebih stabil. Dimensi keruntuhan CBT_1106_RMU_NTH lebih pendek dan lebih ringan dibandingkan daerah CBT_1106_RMU_STH. Penelitian ini memberikan rekomendasi tinggi bukaan efektif tanpa penguatan.Kata kunci: geologi teknik, RMR, waktu runtuh, tinggi runtuh, beban runtuh. ABSTRACT - Securing underground mining activities is done purposely to maintain the stability and safety of underground mining openings from rock debris. Securing underground mining activities requires geological engineering studies such as field mapping, calculation of Rock Mass Rating (RMR), underground tunnel height, stand-up time, and collapse dimensions (collapse load, collapse height, and roof area load). This study uses data on general geological conditions, field mapping, calculation of Rock Mass Rating (RMR), stand-up time, collapse dimensions (collapse load, collapse height, and roof area load). The general geological conditions in the CBT_1106_RMU_NTH and CBT_1106_RMU_STH production areas are porphyritic andesitic rocks with dominant quartz minerals, have a crusiform quartz texture type, there are several continuous joints with a length of 1-3 m filled with hard filling minerals 1-5 mm wide, rock strength including medium strong, partially altered by silica minerals. The RMR value for the CBT_1106_RMU_NTH area is higher than CBT_1106_RMU_STH due to the influence of groundwater conditions with different levels of weathering. The collapse time for the CBT_1106_RMU_NTH area can last longer than CBT_1106_RMU_STH because this area is more stable. The CBT_1106_RMU_NTH collapse dimension is shorter and lighter than the CBT_1106_RMU_STH region. This study provides a high recommendation of effective aperture without reinforcement.Keywords: engineering geology, RMR, stand-up time, collapse height, collapse loa

    Komposisi Maseral Organik Terhadap Karbonisasi Batubara Daerah Muara Singan dan Sekitarnya, Kalimantan Tengah

    No full text
    Daerah penelitian secara administrasi berada pada daerah Desa Muara Singan dan Sekitarnya, kecamatan Gunung Bintangawai kabupaten, Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah dan secara geografis terletak pada BT 115° 10\u27 00” BT - 115° 13\u27 30” dan LS 1°32\u27 0” LS 1°35\u2730”. Penelitian dilakukan dengan pemetaan geologi permukaan untuk mengetahui lapisan batubara pada daerah Muara Singan dan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi maseral organic pada lapisan batubara sebagai bahan baku karbonisasi. Proses karbonisasi merupakan peningkatan pemanfaatan batubara dengan pengkayaan unsur karbon. Penentuan karbonisasi menggunakan metode penelitian menggunakan 4 sampel batubara yang didapatkan dari singkapan permukaan batubara dan dilakukan analisa laboratorium berupa maseral batubara, Rv, calori value dan FSI. Maseral batubara yaitu komponen asal pembentuk batubara terbagi berupa vitrinite, Liptinite, dan Inertinite. Maseral Inertinite adalah proses oksidasi tumbuhan yang terbakar atau hasil dari pembusukan jamur atau bakteri. Hasil analisa petrografi didapatkan komposisi maseral vitrinite 67-84,2 %vol, Liptinite 0.4-7.4%vol, Inertinite 7-31%vol, dan mineral matter 1.4-3.4%vol,  berdasarkan nilai kalori dan reflektan vitrinit batubara memiliki rank Lignite hingga High volaile subbituminous C dengan nilai kalori 4489-6896 cal/gr, dan nilai Free Swelling Index 1-3.5. Batubara pada daerah Muara Singan yang dapat digunakan sebagai bahan baku karbonisasi yaitu pada sampel 4 dengan kandungan Inertinite 31%vol dan FSI 2 (Sifat caking sedang)

    0

    full texts

    136

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    MTG
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇