138 research outputs found

    Analisis Potensi Longsor Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process pada Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan

    No full text
    Panekan Sub-district, Magetan Regency, is located on landslide prone area. To address this issue, a landslide susceptibility map is needed. This study aims to develop landslide susceptibility map for Panekan Sub-district using Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP method was used to determine the weights and relative influence of five parameters which is slope, lithology, distance from structures, distance from rivers, and land use. The weight scores for each parameter are as follows: slope gradient (0,403), lithology (0,318), distance from structures (0,139), distance from rivers (0,084), and land use (0,056). Each parameter was analyzed spatially using Geographic Information System (GIS). AHP analysis produced map with values ranging from 0,99 to 4,31. Zonation was classified using the index method based on Regulation of Head of BNPB No. 2 of 2012. AHP analysis found that most areas of Panekan Sub-district are within medium hazard zone. These findings are expected to serve as a basis for local governments and communities to strengthen disaster mitigation and preparedness efforts.Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan, merupakan salah satu wilayah dengan tingkat potensi bencana tanah longsor yang tinggi. Untuk menanggulanginya, diperlukan peta potensi tanah longsor. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun peta potensi longsor di Kecamatan Panekan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode AHP digunakan untuk menentukan bobot dan pengaruh relatif lima parameter yaitu kemiringan lereng, litologi, jarak terhadap struktur, jarak terhadap sungai, dan tata guna lahan. Nilai bobot masing-masing parameter kemiringan lereng sebesar 0,403, litologi sebesar 0,318, jarak terhadap struktur geologi sebesar 0,139, jarak terhadap sungai sebesar 0,084, dan tata guna lahan sebesar 0,056. Masing-masing parameter dianalisis dan dipetakan secara spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil analisis menghasilkan peta analisis AHP dengan rentang nilai 0,99 hingga 4,31. Pembagian menggunakan metode indeks mengacu pada Peraturan Kepala BNPB No 2 Tahun 2012. Analisis AHP menunjukkan sebagian besar wilayah Kecamatan Panekan berada pada zona potensi sedang bencana tanah longsor. Temuan ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan upaya mitigasi dan kesiapsiagaan bencana

    Pengembangan Wisata Embung Berbasis Mitigasi Bencana pada Embung Setumpeng Desa Gentungan, Mojogedang, Karanganyar

    No full text
    Setumpeng Reservoir in Gentungan Village, Mojogedang Subdistrict, Karanganyar Regency was a lively tourism spot. Unfortunately, Covid-19 pandemic made the tourism activity in this area to cease indefinitely. As the tourism activity ceased, the reservoir became neglected. In the near future, Gentungan Village plans to redevelop Setumpeng Reservoir as tourist spot once again. Nevertheless, the possibility of disaster in the area pushes the necessities of planning based on disaster mitigation and reduction. This study aims to create a hazard map to support the sustainable development of Setumpeng Reservoir tourism spot. The method used in this research are field survey to identify potential hazard in the area directly. Hazard that was found in Setumpeng Reservoir area reservoir failure and landslides. Area with high hazard zone is located in downstream of reservoir as this area would face the direct impact of reservoir failures. Area with medium hazard zone can be found in the south of the reservoir that only face small scale landslides. The last area of low hazard zone located in the north of the reservoir as it doesn’t face neither reservoir failure nor landslides. Yet even the area is relatively safe, further study is necessary as it’s a paddy field. A study regarding foundation and building stability is a must.Embung Setumpeng di Desa Gentungan, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, adalah salah satu embung yang dulu dikembangkan sebagai destinasi wisata. Namun, Pandemi Covid-19 membuat aktivitas wisata di kawasan ini berhenti total dan kondisi embung menjadi tidak terawat. Pemerintah Desa Gentungan berencana akan menghidupkan kembali fungsi Embung Setumpeng sebagai objek wisata. Namun, potensi bencana yang mengintai menuntut pengembangan wisata yang berbasis mitigasi bencana. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun peta zona bahaya untuk mendukung pengembangan wisata Embung Setumpeng yang berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah survei langsung di lapangan untuk melakukan identifikasi potensi bahaya di kawasan embung. Hasil penelitian berhasil mengidentifikasi bahaya di kawasan embung menjadi 3 zona yang didasarkan atas potensi bencana kegagalan embung dan tanah longsor. Zona bahaya tinggi berada di hilir embung karena merupakan daerah paparan kegagalan embung. Zona bahaya sedang berada di selatan sembung karena merupakan daerah paparan tanah longsor skala kecil. Zona bahaya rendah di utara relatif aman dari bahaya sehingga cocok dikembangkan lebih jauh tapi memerlukan kajian lebih lanjut untuk pembangunan fondasinya

    POTENSI GEOWISATA DI KECAMTAN LEBAKBARANG, KABUPATEN PEKALONGAN, JAWA TENGAH

    No full text
    Abstrak – Lebakbarang merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Pekalongan dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Banjarnegara. Kecamatan Lebakbarang terletak pada daerah dengan kondisi berlereng dengan kondisi morfologi berupa gunung dan lembah dan merupakan lereng selatan barat daya dari Gunung Rogojembangan. Potensi geowisata merupakan sesuatu hal yang dapat menambah nilai ekonomi suatu wilayah sehingga perlu untuk dilakukan pemetaan didalamnya. Dalam penelitian ini metode pemetaan geowisata didasarkan pada kondisi geologi dan geomorfologi serta beberapa wisata yang sudah ada di wilayah Kecamatan Lebakbarang. Kondisi geologi Kecamatan Lebakbarang didominasi oleh satuan breksi andesit sisipan lava dari Gunung Rogojembangan sedangkan kondisi geomorfologi berupa satuan geomorfologi gawir sesar dan graben. Sementara potensi geomorfologi berupa 3 airterjun berupa Curug Cinde, Curug Jaran, dan Curug Kuwung. Kata Kunci: Geowisata, Lebakbarang, Curug Jaran Abstract – Lebakbarang is a sub-district in Pekalongan Regency and directly borders Banjarnegara Regency. Lebakbarang District is located in an area with sloping conditions with morphological conditions in the form of mountains and valleys and is the southwestern slope of Mount Rogojembangan. Geotourism potential can add economic value to an area, so it is necessary to map it. In this research, the tourism mapping method is based on geological and geomorphological conditions as well as several existing tourist attractions in the Lebakbarang District area. The geological conditions of Lebakbarang District are dominated by lava-inserted andesite breccia units from Mount Rogojembangan, while the geomorphological conditions consist of fault scarp and graben geomorphological units. Meanwhile, the geomorphological potential is in the form of 3 waterfalls: Curug Cinde, Curug Jaran, and Curug Kuwung.Keywords: Geotourism, Lebakbarang, Waterfal

    Facies Analysis From Kikim Formation in Garba Mountain, South Palembang Subbasin

    No full text
    The Kikim Formation, especially the Cawang Member, has an important role in the formation and stratigraphic evolution of Paleogene age sedimentary rocks in the South Sumatra Basin because of their presence as pre-rift deposits. These deposits occurred before or simultaneously with the basin\u27s formation. The results of research regarding facies analysis and interpretation of the depositional environment of the Kikim Formation located in the Garba Mountains will provide an explanation and description of the history of the formation and stratigraphic evolution of Paleogene age sedimentary rocks in the South Sumatra Basin as reflected in their lithological and facies characteristics. Facies analysis was conducted on the stratigraphic cross-section of the conglomerate deposit and sandstone deposit 1. The conglomerate deposit and sandstone deposit had thicknesses of ± 158.82 m and ± 177.50 m, respectively, on the Bumi Agung and Batu Belang measurement lines, South Ogan Komering Ulu area, Sumatra South. Facies analysis leads to the division of facies according to Miall (1978), namely eight lithofacies, namely Gravel matrix supported massive (Gmm), matrix supported Gravel (Gmg), massive Gravel (Gm), massive Sandstone (Sm), horizontally bedded Sandstones (Sh), low angel cross-bedding Sand (SI), Carbonaceous mud (C), massive Fine sandstone silt mud (Fm), Massive siltstones, and mudstones (Fsm). The facies associations obtained were Gravel Bars (GB), Sandy Bedforms (SB), channel (CH), and Overbank fine (FF). It showed that the depositional environment was a fluvial environment, and it was found that the type of river in the research area in the Kikim Formation was a braided river with Gravel braided rivers with sedimentary gravity flows model.The Kikim Formation, especially the Cawang Member, has an important role in the formation and stratigraphic evolution of Paleogene age sedimentary rocks in the South Sumatra Basin because of their presence as pre-rift deposits. These deposits occurred before or simultaneously with the basin\u27s formation. The results of research regarding facies analysis and interpretation of the depositional environment of the Kikim Formation located in the Garba Mountains will provide an explanation and description of the history of the formation and stratigraphic evolution of Paleogene age sedimentary rocks in the South Sumatra Basin as reflected in their lithological and facies characteristics. Facies analysis was conducted on the stratigraphic cross-section of the conglomerate deposit and sandstone deposit 1. The conglomerate deposit and sandstone deposit had thicknesses of ± 158.82 m and ± 177.50 m, respectively, on the Bumi Agung and Batu Belang measurement lines, South Ogan Komering Ulu area, Sumatra South. Facies analysis leads to the division of facies according to Miall (1978), namely eight lithofacies, namely Gravel matrix supported massive (Gmm), matrix supported Gravel (Gmg), massive Gravel (Gm), massive Sandstone (Sm), horizontally bedded Sandstones (Sh), low angel cross-bedding Sand (SI), Carbonaceous mud (C), massive Fine sandstone silt mud (Fm), Massive siltstones, and mudstones (Fsm). The facies associations obtained were Gravel Bars (GB), Sandy Bedforms (SB), channel (CH), and Overbank fine (FF). It showed that the depositional environment was a fluvial environment, and it was found that the type of river in the research area in the Kikim Formation was a braided river with Gravel braided rivers with sedimentary gravity flows model

    The use of PhaseNet and GaMMA in microseismic monitoring in geothermal fields

    No full text
    Due to its potential to decrease greenhouse gas emissions and decrease dependence on fossil fuels, geothermal energy has recently attracted more attention as a renewable and sustainable form of power generation. For evaluating the reservoir\u27s integrity and understanding the underlying geomechanical processes in geothermal fields, microseismic monitoring is crucial. To accurately analyze and understand these microseismic occurrences, it is necessary to accurately identify their phases. Therefore, in this study, we used the PhaseNet-GaMMA combination to identify the arrival times of P and S and associate them to determine the microseismic events of these phases. PhaseNet-GaMMA succeeded in detecting a greater number of phases and events compared to catalog data, where the identification match rate was 85%. Even so, the time required for automatic detection of PhaseNet-GaMMA is relatively short and simple, so it is very good if used as an initial stage in the process of identifying phases and microevents in geothermal fields

    Deformation Signals at Mud Volcano in Kambing Island Detected by L-band InSAR

    No full text
    Abstract – Mud volcanoes are generated by fluid and solid material extrusion from their mud reservoir and are predominantly found at convergent plate margins. Kambing Island is a small island in Eastern Timor, Indonesia, where the Australian continental plate collides with the Banda Sea plate. The previous geological study identified active mud volcano on this island, but it is still unclear whether and to what extent they are active. In this work, we attempt to detect surface deformation due to the mud volcanoes activism in Kambing island using the Advanced Land Observing Satellite/ Phased Array Type L-band Synthetic Aperture Radar (ALOS/PALSAR) Interferometry Synthetic Aperture Radar (InSAR). The ALOS/PALSAR datasets consist of 12 ascending and 5 descending Synthetic Aperture Radar (SAR) data from 2006 to 2011. Although the results indicate surface deformation signals are hardly detected in the interferogram pairs due to lost coherence and atmospheric noise, we could highlight the episodic occurrence of surface deformation signals between April and November 2008 reaches 6.4 cm moving away from the satellite line of sight. In the future, to back up our findings, further field surveys or long-term InSAR are needed. Keywords: mud volcano, InSAR, deformation

    GEOLOGI DAN ZONASI TINGKAT RAWAN BENCANA LONGSOR MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAERAH SIDOHARJO DAN SEKITARNYA, KECAMATAN SAMIGALUH, KABUPATEN KULON PROGO, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    No full text
    ABSTRAKSecara administratif daerah penelitian terletak di daerah Sidoharjo, KecamatanSamigaluh, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara Universal Tranverse Mercator (UTM) terletak pada koordinat 410700mT – 415700 mT dan 9151400 mU- 9156400 mU datum WGS 84. Daerah penelitian merupakan daerah perbukitan dan berpotensi terjadi gerakan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk pemetaan wilayah zonasi tingkat bahaya longsor sebagai salah satu usaha mengurangi korban jiwa atau mitigasi menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan metode scoring berdasarkan parameter MAFF - JAPAN. Bentuklahan pada daerah telitian terdiri dari lereng vulkanik terdenudasi (V1), perbukitan bergelombang lemah (D1), lereng bergelombang kuat (D2), gawir sesar (S1), lembah aluvial (F1), tubuh sungai (F2) dan Stratigrafi daerah telitian, terdiri dari satuan breksi-andesit Kaligesing, berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal, dengan litologi breksi andesit, sisipan lava andesit dan batupasir, dengan tebal ± 500 m, terendapkan di lingkungan darat, satuan lavaandesit Kaligesing, berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal, dengan litologi lava andesit dengan tebal ± 100 m satuan batugamping Jonggrangan, berumur Miosen Tengah, dengan litologi batugamping terumbu, dengan tebal ± 98,3 m, terendapkan di lingkungan litoral dan satuan endapan aluvial, berumur Holosen dengan litologi berupa material lepas, terendapkan di lingkungan darat. Berdasarkan zonasi tingkat bahaya longsor daerah telitian dibagi menjadi tiga zonasi. Zonasi tingkat bahaya longsor rendah menyebar, zonasi tingkat bahaya longsor sedang menyebar pada daerah telitian, zonasi tingkat bahaya longsor tinggi menyebar pada daerah telitian, zonasi tingkat bahaya longsor sangat tinggi pada desa majaksingi dan sidoharjo daerah telitian. Rekomendasi Penanggulangan longsor yang tepat dapat membantu masyarakat sekitar

    Geologi dan Identifikasi Potensi Gasifikasi Under Ground Coal Gasification (UCG) Batubara Bawah Permukaan Berdasarkan Karakteristik Seam Batubara Di Area Pit Bangko Barat PT Bukit Asam Tbk, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan

    No full text
    Daerah penelitian secara administratif berada di Daerah Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan tepatnya berada di area PIT Banko Barat yang merupakan konsesi dari PT. Bukit Asam Tbk tepatnya pada koordinat (UTM-WGS84 zona 48S) X1;Y1= 368714; 9582477, X2;Y2= 369941; 9582477, X3;Y3= 369941; 9581477, X4;Y4= 368714; 9581477. Metode penelitian yang dilakukan berupa studi pustaka, pemetaan geologi permukaan, analisis geomorfologi, analisis struktur geologi, analisis petrografi, analisis stratigrafi, analisis data wireline log, analisis data proksimat, dan analisis potensi UCG daerah penelitian. Stratigrafi pada daerah penelitian termasuk dalam Formasi Muara Enim, yang terdiri atas tiga satuan batuan, dari tua ke muda diendapkan secara berurutan satuan batupasir b muara enim, satuan batulanau muara enim, dan satuan batupasir a muara enim. Ketiga satuan batuan berumur Miosen Akhir-Pliosen dan diendapkan pada lingkungan lower delta-plain. Pada analisis struktur geologi daerah penelitian, diketahui kemiringan batuan berarah tenggara-barat laut serta dijumpai kekar berpasangan dan Cleat  pada batubara. Diketahui bahwa seam B1 pada sumur RN_01, RN_06 serta seam C pada sumur RN_01, RN_03, RN_04, RN_05, RN_06 merupakan seam yang berpotensi dalam pengembangan UCG berdasarkan pada parameter gasifikasi seperti ketebalan, kedalaman, kadar abu + kadar air total < 60%, rank lignit-bituminus, diapit lapisan impermeable, dip yang tidak terlalu curam (± 20°), struktur geologi sederhana, jauh dari intrusi, dan lebih dari 1 sumur

    Indikasi Keterdapatan Endapan Mineral daearah Gayamharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

    No full text
    Penelitian berada di Desa Gayamharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya  di sebelah Utara Gunung Nglanggeran. Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik batuan, penyebaran zona alterasi dan jenis tipe endapan    yang terdapat pada daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan berupa pemetaan permukaan dan analisa petrografi. Hasil pemetaan didapatkan tiga belas lokasi pengamatan yang terbagi menjadi tiga satuan yaitu Satuan Andesit Basaltik, Satuan Lapilli Tuf, dan Satuan Batuan Alterasi (dalam bentuk bongkah atau boulder). Pengamatan petrografi diambil dari dua lokasi pengamatan (sampel 1 (LP1) dan sampel 2 (LP9)) pada satuan batuan alterasi yang menunjukkan pada sampel 1 masuk kedalam zona alterasi filik dan sampel 2 masuk dalam zona alterasi argilik dan diinterpretasikan memiliki hubungan dengan proses vulkanik. Pada kedua lokasi pengamatan tersebut juga ditemukan stuktur dan tekstur batuan yaitu stockworck structure dan crustiform-colloform banded texture. Berdasakan data yang diperoleh daerah penelitian termasuk dalam jenis tipe endapan epitermal sulfidasi rendah

    Pengaruh Interaksi Air Tanah dan Air Sungai terhadap Konsentrasi Nitrat (NO3--N) di Sekitar Sungai Winongo, Kota Yogyakarta, D.I Yogyakarta

    No full text
    AbstrakInteraksi antara air tanah dan air sungai pada akuifer bebas menunjukkan bahwa air tanah dan air sungai merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, terutama untuk kualitas kimia air. Penelitian ini meneliti mengenai jenis interaksi antara air tanah dan air sungai, serta pengaruhnya terhadap konsentrasi nitrat (NO3--N) di sekitar Sungai Winongo, Kota Yogyakarta, D.I.Y. Setelah dilakukan analisis elevasi muka air tanah dan interpretasi pola aliran air tanah maka ditentukan jenis interaksi air tanah dan air sungai di daerah penelitian adalah gaining stream, akan tetapi juga terdapat sistem losing stream di beberapa bagian kecil daerah penelitian. Interaksi air tanah dan air sungai tersebut mempengaruhi konsentrasi nitrat di daerah penelitian dimana pada sistem gaining stream, konsentrasi nitrat yang tinggi pada air tanah semakin menurun seiring berkurangnya jarak dengan sungai atau menurun mengikuti arah aliran air tanah yang menuju sungai. Sebaliknya, pada sistem losing stream, air sungai dengan konsentrasi nitrat rendah yang mengalir menuju air tanah mengakibatkan pencampuran air sehingga mengurangi konsentrasi nitrat pada air tanah. Akan tetapi, faktor lainnya, seperti kegiatan manusia/anthropogenik berkaitan erat dengan banyaknya konsentrasi nitrat selain dari interaksi antara air tanah dan air sungai itu sendiri. Kata Kunci: Gaining stream, Losing stream, Nitrat

    0

    full texts

    136

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    MTG
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇