Leading & Enlightening Journal UMY
Not a member yet
    4045 research outputs found

    Peroksidasi Lipid dan Aktivitas Enzim Pembersih pada Diabetes yang Diinduksi Streptozotocin

    No full text
    Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji peroksidasi lipid dan aktivitas ensim pembersih pada diabetes yang diinduksi Streptozotocin. Penelitian ini juga dilakukan untuk menetapkan apakah dosis sedang vitamin E sebagai antioksidan nonensimatik berperan utama dalam sistem pertahanan tubuh oleh antioksidan pada tikus hamil dan bayinya. Subyek yang terlibat pada penelitian ini terdiri dari 30 ekor tikus galur Wistar betina normal, yang diberi dosis tunggal Streptozotocin (40 mg/Kg BB) dan dikawinkan 7 hari kemudian. Selanjutnya tikus yang diabetikdibagi dalam 2 kelompok yang sesuai yaitu,kelompok I diberi suplemen vitamin E dengan dosis (30 mg/100 g pakan), dan kelompok II diberi pakan dengan diet standart rendah vitamin E Kelompok kontrol terdiri dari 15 ekor tikus hamil. Pada hari pertama setelah kelahiran tikus di dekapitasi dan hepar induknya dihomogenat dan uterus maupun paru - paru bayi tikus dan hepar di preparasi. Kemudian dilakukan pengukuran untuk parameter - parameter berikut: konsentrasi Malondialdehid (MDA) pada homogenat dan serum darah, kadar Glutathione(GSH), aktivitas superoksida-CuZn dismutase dan Glu¬tathione peroksidase (G-Px) dan Glikemia. Dari hasil yang diperoleh ternyata bayi tikus diabetik lebih kecil dari pada bayi tikus normal,dan kadar gula serumnya jauh lebih tinggi pada bayi tikus diabetik. Kadar MDA meningkat bermakna sedangkan GSH, SOD,dan GPx jauh berkurang pada tikus dewasa diabetik dan bayinya dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada tikus yang diberi suplemen vitamin E, kadar MDA lebih rendah bermakna, Kadar GSH dan aktivitas SOD sangat meningkat pada jaringan-jaringan yang diamati sedangkan aktivitas GPx tetap tidak berubah. Penelitian ini berkesimpulan bahwa dengan mengamati aktivitas ensim - ensim pembersih tertentu, informasi adanya stress oksidatif secara biologi yang terjadi terus menerus serta status janin/bayi dapat diamati. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tikus hamil diabetik dan anaknya terpapar stress oksidatif yang meningkat, dan suplemen vitamin E mampu menurunkan pengaruh yang menggangu dari stress tersebu

    Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Mencit ( Mus musculus) Setelah Pemberian Solasodin yang Diisolasi dari Terong Kuning (Solatium khasianum)

    No full text
    The eggplant is consumed and used in traditional medication, for example to reduce male desire. One of the solanum’s alkaloid which may affect on reproduction is solasodine , but it is still unclear. This study was conducted to investigate the effects of solasodine on sperm motility and viability in adult mice.Twenty five healthy mice, 3 months old, and 37- 45 gram of body weight were used. They were divided into five groups. Each group consisted of five mice. Group I, control without any treatment (Kl), group II, treatment with solvent of solasodine, polyvinylpirollidon 1% in aquadest (K2), group III, treatment with solasodine 87,61 mg/kgBw/day (PI), group IV, treatment with solasodine 175,62 mg/kgBW/day (P2) and group V, treatment with solasodine 263,43 mg/kgBW/day (P3). Treatments were given in 36 days. In the 37th day mice were killed for evaluation of sperm motility and viability. The result of this study shows that sperm motility and viability in all treatment groups were significantly reduced (Analysis of Variance cintinued with least significant difference, p 0,05).Terong banyak dikonsumsi masyarakat dan digunakan sebagai bahan obat osional misalnya untuk menurunkan nafsu seks pria. Salah satu alkaloid solanum ;;~‘Z kemungkinan berpengaruh terhadap fungsi reproduksi adalah solasodin, tetapi . mi masih belum jelas dan perlu penelitian lebih lanjut, Penelitian ini dilakukan eik mengetahui pengaruh pemberian solasodin terhadap kualitas spermatozoa lisusnya motilitas dan viabilitas spermatozoa mencit dewasa.Digunakan 25 ekor mencit jantan umur 3 bulan, sehat, berat 37-45 gram.Mencit i fiompokkan menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. i rmpok I, kontrol tanpa perlakuan apapun (Kl), kelompok II, diberi larutan ' vinylpyrollidon 1% dalam aquadest(K2), kelompok III, diberi perlakuan solasodin ;: s 87,81 mg/kgBB/hr (Pl), kelompok IV, diberi solasodin dosis 175,63 mg/kgBB/ in kelompok V diberi solasodin 263,43 mg/kgBB/hr. Perlakuan diberikan selama : izii kemudian pada hari ke-37 semua mencit dimatikan dan diambil cauda :ijd\misnya untuk pemeriksaan motilitas dan viabilitas spermatozoa. Hasil penelitian lezunjukkan bahwa pada semua kelompok perlakuan terjadi penurunan motilitas BE iabilitas spermatozoa secara bermakna (Analisis varian dilanjutkan dengan uji 12 nyata terkecil, p 0,05)

    Pengetahuan dan Penggunaan Asam Folat Wanita Umur Reproduktif

    No full text
    Neural Tube defects (NTDs), termasuk spina bifida dan anencephali merupakan malformasi serius yang terjadi pada saat perkembangan janin selama hari ke 17-30 sesudah konsepsi. Konsumsi suplemen yang berisi asam folat dapat mengurangi kejadian NTDs 50-70 %.Dari laporan “The 1998 behavioral risk factor Surveillance System (BRFSS)” mengenai pengetahuan asam folat dan penggunaan multivitamin pada wanita usia reproduktif di Michigan:Telah dilakukan survey pada 739 wanita usia reproduktif (18-44 tahun) mengenai pengetahuan dan penggunaan asam folat. Usia, ras, pendidikan, status pernikahan, status berat badan, perokok, dan konsumsi sayur/buah diidentifikasi menjadi variabel perhatian dan termasuk dalam analisis multivariabelPengetahuan tentang asam folat dibatasi pada jawaban mengenai alasan rekomendasi para ahli pada penggunaan asam folat, yaitu pencegahan cacat kelahiran.Dari seluruh wanita 30% memiliki pengetahuan tentang penggunaan asam folat. Prevalensi tertinggi pada wanita lulusan sarjana (42,2%), umur 25-29 (39,8%), perokok (37,0%), menikah (35,8%), konsumsi sayur/buah (34,9%) non obesitas (31,9%), Kulit putih (31,5%). Analisa multi variabel menunjukkan bahwa wanita yang berpendidikan tinggi, perokok dan yang tidak menikah secara statistik kurang bermakna dibandingkan masing-masing kelompok pembanding terhadap pengetahuan yang benar mengenai asam folat. Wanita usia 18-29 tahun secara statistik lebih bermakna.Penggunaan multivitamin dibatasi untuk sedikitnya sekali sehari mengkonsumsi multivitamin atau suplemen asam folat. Dari survey menunjukkan bahwa 42,4% wanita mengkonsumsi suplemen asam folat tiap harinya. Penggunaan multivitamin meningkat sesuai umur, dari umur 18-24 tahun 33,1% hingga 41,8% untuk wanita umur 40-44 tahun. Prevalensi wanita yang menggunakan multivitamin paling tinggi berturut turut:Konsumsi sayur/buah (54,9%), lulusan sarjana (49,9%), umur 35-39 tahun (49,6%), perokok (47,4%) menikah (46%) non overweigth (44.5%) dan kulit putih (44,2%).Analisa multivariabel menunjukkan bahwa kelompok berikut secara statistik kurang bermakna dibanding masing-masing kelompok pembanding terhadap penggunaan multivitamin: wanita umur 18-24 tahun, berpendidikan rendah, sedikit konsumsi sayur/buah dan wanita dengan obesitas.Disarankan upaya multi strategis dalam meningkatkan intake dan penggunaan asam folat, baik melalui program pendidikan maupun fortifikasi makanan

    Anemia pada Usia Lanjut

    No full text
    Due to relatively high life expectancy (i.e. 71 years old), there is a signifi-cant number of elderly in Yogyakarta (according to Central Bureau of Statis¬ts / BPS, 1998). Many health problems were commonly found in elderly, such as anemia. Despite its prevalence in elderl, anemia is difficult to detect and causes potential health problems. The aim of this study was to reveal tiemia situation in the elderly in Yogyakarta.Subjects of the study were 21 elderly i.e. 12 men and 9 women. Two ml ~enous blood were drawn from antecubital vein of each subject and put into IDT A tube. Laboratory examinations were performed for hemoglobin level, hematocrit and erythrocyte count.The result of the study showed that based on hemoglobine level, anemia was observed in all male and female subjects. However, all subjects were nor- nal based on hematocrit level. In addition, all female subjects were normal, while all male subjects were anemia based on erythrocyte count.Further studies with large series of subjects covering other health prob¬lems related to anemia are recommended.Kelompok usia lanjut di Yogyakarta beijumlah cukup banyak, sebab usia harapan hidup penduduk Yogyakarta termasuk tinggi yaitu rl tahun (menurut Biro Pusat Statistik, 1998). Banyak gangguan yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia antara lain anemi. Anemi pada usia lanjut sering teijadi, sukar dideteksi dan dapat mengganggu kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui anemi yang terjadi pada usia lanjut yang dapat mengganggu kesehatannya.Subyek penelitian ini adalah golongan kelompok usia lanjut yang berumur antara 50-75 tahun yang terdiri dari 12 pria dan 9 wanita. Dua ml darah vena yang diambil dari vena mediana cubiti dimasukkan dalam tabung berisi EDTA, selanjutnya diperiksa kadar hemoglobin, hematokrit dan angka eritrosit.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasar kadar hemoglobin terdapat anemi pada usia lanjut, tetapi berdasar kadar hematokrit mereka dinyatakan nor¬mal. Adapun berdasar angka eritrosit pada wanita kesemuanya adalah normal, sedangkan pada pria terdapat anemi.Penelitian lebih lanjut dengan melibatkan jumlah subyek yang lebih besar dengan mencakup masalah kesehatan lain yang terkait dengan anemi masih perlu dianjurkan

    Uji Banding Pengukuran Protein Total Serum antara Metoda Tetes Layang, Refraktometer dan Spektrofotometer

    No full text
    Examination of serum total protein is often needed to assess the presence :' hypoproteinemia or hyperproteinemia in various cases, and the method of Examination commonly used is photometric (Biuret) or automatisation. In View of not all regions can make this instrument available, the method of Examination using Refractometer device and Flying-drops method can become alternatives for measuring serum total protein in remote region or in many Tablic health centres and small hospitals.This reseach is aimed to obtain the difference in the findings from serum protein measurement between Flying-drops method and Biuret method, between Tefractometer and Biuret, and between Flying-drops and Refractometer.The materials for examination were 50 serum samples obtained purposely ^om in-patients and then total protein measurement was performed with three methods for each serum sample. Materials for examination were a series of cupric sulphate of various densities strarting from 1.100 ; 159.0 grams of CUS045H20 was solved in 1000 ml of water for Flying-drops method, Hand Jiefractometer device for Refractometer method, and Biuret kit with normal control serum (Precinorm U from BM) with Automatic Analyzer Hitachi 902 for Biuret method. Data obtained were analyzed by SPSS-PC using Anova ::atistical test.This reseach shows There were significant differences between Flying-drops Hth Biuret method (p=0.000), between Refractometer with Biuret method p=0.000), and between Flying-drops with Refractometer (p=0.000).This reseach shows (statistically), there were significant differences be-tween the three methods (p = 0.000). Furthermore, it is necessary to consider replacing Biuret method with F/yrng-drops method or Refractometer.Pemeriksaan protein total serum sering diperlukan untuk menilai adanya hipoproteinemia atau hiperproteinemia dalam berbagai kasus, dan metoda pemeriksaan yang sering digunakan pada umumnya secara fotometrik (biuret) atau otomatisasi. Mengingat tidak semua daerah bisa mengadakan peralatan ini, metoda pemeriksaan dengan alat Refraktometer dan metoda Tetes layang dapat merupakan alternatif untuk pemeriksaan protein total serum di daerah-daerah atau di banyak Puskesmas dan Rumah sakit kecil.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pengukuran protein serum antara metoda Tetes layang dengan Biuret, Refraktometer dengan Biuret dan Tetes layang dengan Refraktometer.Bahan penelitian adalah 50 serum pasien rawat inap diambil secara purposif dan dilakukan pemeriksaan protein total dengan tiga metoda untuk setiap serum. Bahan pemeriksaan satu seri larutan kupri sulfat dari berbagai berat jenis berasal dari b.j 1,100; 159,0 g krital CuS045H20 dilarutkan dalam 1000 ml air untuk metoda Tetes layang, alat Hand Refractometer untuk metoda Refraktometer dan kit Bi¬uret dengan serum kontrol normal (Precinorm U dari BM) dengan alat Automatic analyzer Hitachi 902 untuk metoda Biuret. Data yang diperoleh dianalis dengan SPSS-PC menggunakan uji statistik Anova.Penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara metode Tetes latang dengan Biuret (p=0,000), antara Refraktometer dengan Biuret (0,000 dan antara Tetes layang dengan Refraktometer (p=0,000).Penelitian ini menyimpulkan terdapat perbedaan bermakna secara uji statistik dari tiga metode tersebut p=0,000). Perlu pertimbangan lebih jauh untuk menggantikan pemeriksaan protein total metoda Biuret dengan metoda Tetes layang atau refraktometer

    3,626

    full texts

    4,045

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    Leading & Enlightening Journal UMY
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇